Nggak semua orang punya kemampuan untuk mengkritisi informasi yang mereka terima. Literasi media yang rendah bikin masyarakat jadi lebih gampang termanipulasi. Banyak orang terjebak dalam narasi palsu atau bias yang disebarkan oleh media. Makanya, peningkatan literasi media harus jadi prioritas, lewat program-program pendidikan yang bisa diakses semua kalangan.
Representasi yang Nggak Adil
Media sering kali gagal memberikan representasi yang adil untuk kelompok minoritas. Ini malah memperkuat stereotip dan prasangka yang sudah ada. Misalnya, liputan tentang komunitas adat atau kelompok LGBTQ+ sering kali nggak dilakukan secara menyeluruh. Kalau ini terus terjadi, marginalisasi kelompok-kelompok tersebut akan semakin parah.
Polarisasi yang Makin Tajam
Polarisasi di media sosial sering diiringi dengan narasi kebencian dan disinformasi yang memecah belah masyarakat. Konflik ideologi yang diperburuk oleh media bisa mengganggu harmoni sosial. Polarisasi ini juga bikin dialog yang konstruktif jadi makin sulit, sehingga masalah sosial susah diselesaikan.
Solusi untuk Media yang Lebih Baik
Meningkatkan Literasi Media
Pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi masyarakat perlu kerja bareng untuk meningkatkan literasi media di masyarakat. Kampanye untuk mengenali berita palsu dan mengkritisi informasi harus diutamakan. Selain itu, guru dan siswa perlu dilatih supaya paham dengan dinamika informasi di era digital. Masyarakat juga harus diajari cara mengecek fakta secara mandiri.
Regulasi yang Lebih Ketat
Pemerintah harus bikin regulasi yang memastikan media massa mematuhi standar etika jurnalistik. Platform media sosial juga perlu diawasi supaya nggak jadi tempat berkembangnya misinformasi. Tapi, regulasi ini harus transparan supaya nggak disalahgunakan. Penyebar berita palsu di media tradisional maupun digital juga perlu diberi sanksi tegas.
Diversifikasi Representasi