Dari pertempuran di lembah Barbate, 3.000 kaum Muslimin tewas. Bumi dan seisi alam semesta menangisi kepergian para prajurit yang tewas karena ketulusan dan kesucian para prajurit. Setiap tetes darah yang mengalir dari kaum muslimin, ditangisi oleh seisi semesta, mereka berdoa dan bersumpah kelak akan bersaksi atas syahidnya para prajurit agar mereka semua bisa memasuki surgaNya. Setelah kemenangan jatuh pada tangan kaum muslimin, Andalusia memulai lembaran baru yang jauh lebih gemilamg dibawah kepimpinan kaum Muslimin.
Marak sekali berita pembakaran kapal yang dilakukan oleh Thariq bin Ziyad dalam pertempuran di lembah Barbate. Lagi-lagi, itu hanyalah rekayasa bangsa Eropa yang tidak percaya atas kemenangan kaum Muslimin dengan jumlahnya prajuritnya hanya 12.000 Infanteri melawan kaum kafir yang berjumlah 100.000 Kavaleri dari Gothic Kristen. Kisah pembakaran kapal Thariq bin Ziyad sama sekali tidak bersanad shahih. Lagipula, mana mungkin, seorang panglima yang faham betul tiap satu kata yang Allah tuturkan dalam surat Al-Isra ayat 27, membakar kapal hanya demi kemenangan, mengikuti keegoisannya agar
Memenangi pertempuran itu.
“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”
Mana mungkin, Thariq yang sebegitu cerdasnya tidak faham akan makna ayat 27 dari surat Al-Isra diatas? Berapa banyak biaya yang dikeluarkan Khulafaur Rasyidin untuk membeli kapal yang digunakan dalam pertempuran di Lembah Barbate dan disia-siakan begitu saja oleh Thariq bin Ziyad. Begitulah cara bangsa Eropa menafsirkan kemenangan kaum Muslimin yang tak dapat diraba oleh nalar bangsa Eropa. Tak sanggup menanggung malu, mereka mengarang dongeng agar kemenangan kaum Muslimin terdengar alamiah. Seandainya para kaum kafir punya pilihan kembali, mereka memilih untuk pulang kembali dengan mengendarai perahu-perahu itu dan menarik diri pulang ke negeri masing-masing.
Setelah kemenangan dan menaklukkan Andalusia, Thariq mulai menaklukkan satu per satu kota yang berada disekeliling Andalusia. Cordoba, Murcia, Granada, Alborea, Malaga dan lain-lain berhasil Thariq taklukkan. Kota pertama yang Thariq taklukkan ialah ibukota Andalusia, Toledo. Menurut hemat Thariq, jika sudah menaklukkan Toledo yang merupakan pusat perdaban, pusat perdagangan juga pusat perekonomian berada, maka mudah baginya untuk menaklukkan wilayah yang lain, yang berkiblat pada Toledo. Betul saja, tanpa diperangi, wilayah lain pun menyetujui pembayaran Jizyah.
Dengan berbagai penaklukkan kota yang dilakukan oleh Thariq bin Ziyad, ternyata menuai rasa tidak suka dari Musa bin Nushair. Sebab Khalifah takut, apabila nanti ada yang tiba-tiba menyerang kaum muslimin dari Belakang.
Thariq umpama seekor singa buas yang siap menerkam siapa saja yang menjadi musuh Allah, harus diberhentikan dari medan perang oleh Khalifah, karena aksi nekad Thariq yang membuat Khalifah khawatir. Semenjak saat itu, nama Thariq tak pernah lagi terdengar. Thariq mengasingkan diri, menutup diri dari keramaian, karena Hasrat untuk menaklukkan kota-kota lain sebetulnya begitu besar. Thariq meninggalkan Andalusia menuju Damaskus, kabarnya Thariq bin Ziyad wafat pada tahun 720 Masehi di Damaskus, Suriah.