Mohon tunggu...
Farraz FahreziAbdul
Farraz FahreziAbdul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Diliat aja

Manusia gaada kalahnya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cerita di Bumi Jogjakarta

13 Juli 2022   17:09 Diperbarui: 13 Juli 2022   17:20 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Setelah pergi menikmati sejarah kota Jogja dengan berkunjung ke Tamansari dan menyaksikan sang surya yang tenggelam saat sorenya, hari ini Sam Linting memberi saran kita benar-benar harus mengunjungi daerah Tawangmangu. Tapi sebelum kami berangkat, rasanya tidak lengkap pagi ini karena kami belum menyicip sarapan Lupis Mbah Satinem yang cukup dikenal.

Selesai menyantap lupis, kami langsung menuju Tawangmangu. Belum sampai ke daerah yang dituju yaitu lereng Gunung Lawu yang semalam diceritakan Sam Linting, kami disambut hujan yang seakan menyampaikan ucapan selamat datang karena sudah berada di wilayah Magetan. 

Kami melipir ke warung kopi untuk sekedar mengisi tenaga dan menghangatkan badan dengan tambahan gorengan yang sebenarnya sudah cukup lama dibiarkan hingga sudah dingin.

Lama perjalanan, akhirnya kami sampai di Telaga Sarangan, tepat berada di lereng Gunung Lawu. Banyak yang ditawarkan dari tempat ini, pertama adalah tukang baso yang di kasih kuah dan dimakan dengan wadah plastik kiloan, cara makannya pun diikat dan digigit di ujung bagian plastik tersebut, cukup aneh ya. 

Selanjutnya adalah harus berjalan untuk sampai tepat di telaga, cukup jauh dengan disetiap langkah ada yang menawarkan beberapa cinderamata cirikhas daerah sana.

Udara yang dingin menemani kami melihat keindahan yang ditawarkan oleh telaga ini. Benar saja, hamparan air dengan dibelakangnya terdapat keindahan Gunung Lawu sudah cukup lengkap untuk mengatakan nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan. 

Telaga ini menawarkan berkeliling dengan kuda, speedboat, atau mau berjalan kaki juga boleh, hanya saja untuk berkeliling dengan kuda dan speedboat harus mengocek kantong lebih dalam lagi. Saya memutuskan untuk berdiam duduk di tepi danau melihat speedboat lalu lalang, orang-orang berdebat agar harga nya sepakat, atau bahkan beberapa pedagang yang berkeliling menawarkan dagangannya.

Tatkala saya menikmati pemandangan, Sam Linting datang dengan segelas susu panas yang cocok saat udara dingin seperti ini. Setelah obrolan demi obrolan akhirnya kami bertolak untuk makan siang, masih disekitar daerah Tawangmangu. Berlabuh pada satu tempat makan yang menyediakan beberapa jenis makanan, kami memutuskan pesan sate ayam dan sate kelinci yang masing-masing satu porsi.

Perut sudah terisi dan beberapa batang rokok pun sudah menjadi abu, kami siap untuk ke tempat selanjutnya, daerah yang mirip Negri Jiran. Tidak butuh waktu lama, kamipun tiba. Tempat ini cocok untuk siapapun yang sangat Instagramable, foto-foto adalah hal yang wajib dilakukan ketika berada di tempat ini, mungkin lebih cocok untuk para kaum hawa, tapi tidak apa-apa kami tetap menikmatinya.

Setelah itu kami bertolak kembali ke tempat istirahat alias pulang kerumah karena besok pagi harus pulang ke Jakarta. Kalau dipikir-pikir tidak cukup menikmati kota Jogja dengan waktu sempit. Lain kali saya akan lebih meluangkan waktu lama lagi untuk kembali ke kota ini.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun