Mohon tunggu...
Farras Salsabila Anjali
Farras Salsabila Anjali Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya adalah pelajar yang bersekolah di SMP Wijaya Kusuma.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dear, Semestaku

29 Agustus 2022   12:05 Diperbarui: 29 Agustus 2022   12:07 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai, namaku Jadis, aku ingin menceritakan sedikit tentang pria bisu yang membuatku jatuh cinta, sang penyuka hujan dan sajak. Meskipun pada ujungnya semesta tak menginginkan kita untuk bersatu.

Ini adalah diaryku, sang fajar yang menunggu senjanya, meskipun itu *mustahil*.

_"Kamu memang memiliki segalanya dan aku hanya memiliki Jadis, tetapi ketika aku menggenggam tangannya aku serasa memiliki semesta._

_"Jangan sakiti semestaku yaa, sakiti aku saja, dia adalah segalaku."_

_"Aku adalah hujan dan kau adalah pelanginya Jadis. Karena ketika aku jatuh kamu selalu datang."_

_"Baik pelangi maupun hujan, mereka tidak kekal, mereka hanya datang sementara."_

_"Jadis, jika aku diberikan kesempatan untuk menjadi benda mati, aku ingin jadi hujan. Meskipun dijatuhkan berkali-kali tetapi mereka membawa kebahagiaan."_

_"Kutub utara dan kutub selatan, mereka adalah dua kutub yang tak mungkin bersatu tetapi tetap saling menarik, aku rasa kita juga seperti itu."_

_"Jadis, jika kamu lelah menangislah pada Tuhan. Ia akan mendengarkanmu dan akan memberikan jalan untuk segala rasa sakitmu."_

_"Senjaku, ingat ya, kadang orang yang kamu pikir memiliki segalanya adalah orang yang paling kehilangan di dunia."_

_"Hujan tidak akan tahu ia akan menjatuhi siapa, tetapi air mata tahu ia jatuh untuk siapa."_

_"Jangan pernah takut, ada aku, keluargamu, dan Tuhanmu."_

Tak ada habisnya jika mengingat betapa indahnya kata-kata yang ia lontarkan dan bagaimana lucunya ia ketika berbicara menggunakan bahasa isyarat. Sagara, dia adalah pria bisu yang berhasil membuatku jatuh cinta sedalam-dalamnya. Ia adalah pria dengan sejuta kelebihan yang dipandang dengan sejuta kekurangan. Kepergiannya, adalah suatu takdir yang tak pernah aku inginkan. Aku ingin selalu ada disampingnya, tetapi semesta lebih menyayanginya. " Kak... semestaku telah hilang dari sisiku. Lantas, bagaimana aku bertahan? Dia semestaku dan aku adalah dunianya. Jika saja Tuhan bisa mengabulkan satu permintaanku, aku hanya ingin memiliki semestaku kembali... " itu yang selalu aku ucapkan kepada kakakku, Galang Abiputra. Aku ingin dia kembali ke pangkuanku, bukan ke pangkuan Tuhan.

Sagara selalu disiksa oleh keluarganya, bahkan aku sendiri jijik untuk menyebut itu sebagai 'keluarga'. Aku tau bagaimana mereka memperlakukan Sagara, tetapi Sagara tetap Sagara, ia selalu mencoba berusaha untuk kuat meskipun aku tau dia tak sekuat itu.
"Dasar anak bisu,"
"Anak gatau di untung,"
"Seharusnya lo tuh ga dilahirin tau ga? nyusahin papa aja."

_Sagara itu sakit mentalnya,_
_Sagara bisu,_

Begitu kejamnya mereka kepada seorang anak yang selalu tersenyum indah bagaikan senja.
Begitu banyak caci maki dari mereka. Namun, Sagara selalu membalas dengan senyuman. Hatiku hancur-sehancur-hancurnya ketika Sagara berkata kepadaku "Jadis, aku ingin ikut mamaku, aku sudah tidak tahan". Aku benar-benar tidak tau harus menjawab apa saat itu.

Dia itu sangat lucu dan kadang menjengkelkan.

_"Kamu itu lucu ketika marah."_

_"Jangan keseringan marah ya, ga baik buat kamu."_

Tetapi, semua telah usai. Waktu berjalan dengan sangat cepat. Lika-liku di hubungan kami sangat banyak. Hingga pada akhirnya, Ia menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuanku.

_Bandung, 01 Januari 2018._
Tahun baru yang tak pernah aku inginkan kehadirannya. Ketika aku bermain dengannya, ia berkata kepadaku "Jadis, aku sangat lelah, bisakah aku bersender di bahumu?" akupun menyetujuinya. Ia menyenderkan kepalanya pada bahuku. Aku bisa merasakan senyumannya yang sangat indah. Jika aku tahu itu adalah saat terakhirnya, aku tak akan pernah mengizinkannya untuk menyenderkan kepalany padaku.

Walaupun demikian, aku tetap senang, hey lihatlah, pelangiku sekarang tidak akan merasakan lelah lagi, ia tidak akan mendengarkan caci maki, ia sudah beristirahat untuk selamanya, begitu banyak beban yang ia bawa di pundaknya dan sekarang tidak ada lagi. Harusnya aku bahagia, harusnya aku tersenyum sama indahnya seperti senyumannya.
"Selamat tidur, pelangiku. " hanya itu kata yang bisa aku ucapkan tanpa isak tangis.

Kota Bandung, tak akan pernah aku lupakan kamu. Saksi bisu pelangiku menghabiskan sisa hidupnya, saksi bisu sang senja dan sang fajar yang bersama dalam suka dan duka.

Ini hanyalah sebuah ungkapan indah untukmu, pria tak sempurna pengagum sajak dan hujan.

Bagai jantung yang dialiri darah dan seperti matahari yang dikelilingi semesta. Bukankah kamu tau bahwa kamu adalah kekuatanku? Aku telah menyimpan segenap harapan yang selalu aku semogakan ketika aku berdoa kepada Tuhanku. Aku selalu meminta dan berharap bahwa kita akan selalu bersama, Pelangiku. Namun, takdir tak seindah senyumanmu. Takdir begitu jahat, ia datang dalam hidupmu dan membuat hidupmu penuh ketidakadilan, Kau begitu sempurna untuk menerima semua ini. Tapi, aku tahu Tuhan itu sangat menyayangimu, ia menyempurnakan senyummu, menguatkan langkahmu, dan membiarkanmu menghabiskan sisa waktu denganku. Sekarang, aku bagai sebuah debu yang ditiup angin. Tak tau arah kembali. Aku tau aku salah tetapi aku ingin marah kepada Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun