Tabel 2 Analisis Perhitungan
Pada tabel di atas menunjukkan Analisis Perhitungan Produksi Ikan di Kecamatan Sungai Tabuk dari tahun 2017 hingga 2021. Data ini terdiri dari lima jenis ikan, yaitu Nila, Patin, Lele, Mas, dan Bawal. Setiap baris mewakili produksi per jenis ikan dalam satuan tertentu, yang diakumulasikan dari tahun ke tahun. Misalnya, produksi ikan Nila mengalami fluktuasi selama periode tersebut, dengan puncak tertinggi pada tahun 2020 sebesar 153951525 dan total keseluruhan mencapai 492345229,6. Selain itu, ikan Patin juga menunjukkan kenaikan hingga total keseluruhan sebesar 466137751,45 selama lima tahun.
Tabel juga menunjukkan bahwa ikan Lele memiliki produksi yang lebih stabil dengan sedikit peningkatan selama periode lima tahun. Produksi ikan Mas dan Bawal juga mengalami perubahan yang signifikan, dengan ikan Mas mencapai total produksi sebesar 8659041,85 dan Bawal 15281999,2. Perhitungan total untuk semua jenis ikan dari tahun 2017 hingga 2021 mencapai angka 1197267222, menunjukkan besarnya kontribusi sektor perikanan terhadap perekonomian lokal.
Penekanan pada total produksi per tahun dan jenis ikan dapat memberikan wawasan bagi kebijakan pengembangan sektor perikanan di wilayah tersebut, terutama untuk ikan-ikan dengan produksi yang lebih tinggi seperti Nila dan Patin. Analisis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi pertumbuhan dan area yang memerlukan peningkatan produksi.
Tabel 3 Analisis LQ
Pada tabel ini menunjukkan Analisis Location Quotient (LQ) untuk berbagai jenis ikan di Kecamatan Sungai Tabuk selama periode yang sama, dari 2017 hingga 2021. LQ digunakan untuk menentukan apakah suatu komoditas merupakan basis atau non-basis di suatu daerah, yang mengindikasikan apakah komoditas tersebut diproduksi melebihi konsumsi lokal dan bisa diekspor (basis) atau hanya mencukupi kebutuhan lokal (non-basis).
Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa ikan Nila, Patin, Mas, dan Bawal termasuk ke dalam kategori “Basis” selama lima tahun berturut-turut, menunjukkan bahwa komoditas ini merupakan komoditas unggulan daerah yang berpotensi untuk diekspor ke luar wilayah. Sementara itu, ikan Lele selalu masuk dalam kategori “Non Basis”, menunjukkan bahwa produksinya tidak mencukupi untuk kebutuhan ekspor dan hanya diproduksi untuk konsumsi lokal.
Data ini penting bagi perencanaan ekonomi daerah, karena dapat digunakan untuk memprioritaskan investasi dan dukungan bagi komoditas yang termasuk kategori basis, serta mencari cara untuk meningkatkan produksi komoditas non-basis agar dapat memenuhi kebutuhan daerah lebih efektif.