Mohon tunggu...
Farobi Fatkhurridho
Farobi Fatkhurridho Mohon Tunggu... Freelancer - Saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Sudah saya bilang, saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Mati di Mimpimu

23 Agustus 2020   22:20 Diperbarui: 24 Agustus 2020   22:56 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Kehidupan di dalam mimpi. (sumber: pixabay.com/Stergo)

Hari ini tidak ada kegiatan apapun yang kau hadirkan di duniaku, aku bisa bebas berpikir, aku bebas untuk meregangkan tangan dan kakiku. Kalian pasti tahu kelanjutannya ketika kutengok ke arah tangan dan kakiku. 

Setiap hari adalah kejutan, aku tidak hidup berdasarkan lintasan waktu yang kau sepakati. Beberapa waktu yang lalu aku bangun sebagai bayi lalu dalam hitungan detik tampak kakiku melebar dan kumisku bertumbuh lebat.

Aku lelah, bisakah aku tidur sejenak dan bermimpi. Tunggu sebentar, bagaimana bisa aku tidur sementara lelap adalah aku, bagaimana aku bisa bermimpi apabila mimpi adalah aku. 

Aku ingin keluar, aku ingin melarikan diri dari tempat gelap ini walaupun terkadang tempat ini berubah sangat terang dan panas. Aku bersumpah akan menemukan jalan keluar dari tempat ini tak peduli apapun resikonya, karena sepertinya aku selalu menanggung hal-hal berat dan aneh disini.

"ngiiiiiiiiiiing nguuuiiiiiiiiing....."

Apa ini, seketika mataku kunang-kunang, telingaku berdenging tidak habis-habisnya. Ada sinar tepat 100 meter di depan mataku yang semakin melebar setiap detiknya. Apakah keinginanku langsung dikabulkan begitu saja? Siapa yang mengabulkannya?. Ahh sialan, suara ini semakin lama semakin mengeras membuat kepalaku benar-benar pusing, aku ingin muntah. Baru saja beristirahat dan membayangkan yang indah-indah sudah dikejutkan dengan pekik suara sialan ini.

"Kau adalah kesadaran, ikutlah bersamaku maka kau akan terbebas dari tempat ini".

"Suara siapa ini, datang dari mana" aku tidak bisa menemukan sumber suara berat ini."

Siapa yang sedang berbicara kepadaku, aku tidak bisa melihatnya, suaranya benar-benar asing. Apakah pemilik tubuh ini sedang mengerjaiku lagi, tak habis-habisnya dia berulah.

"Ikuti cahaya ungu yang kau lihat, jangan berkedip dan berpaling!!"

Apa maksudnya, aku mencoba mengikuti cahaya itu, meski semakin melebar aku tidak bisa menjangkaunya lalu cahaya itu hilang dan berada di belakang punggungku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun