Mohon tunggu...
Farobi Fatkhurridho
Farobi Fatkhurridho Mohon Tunggu... Freelancer - Saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Sudah saya bilang, saya bekas mahasiswa sastra yang malas cari kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

6 Kendati di Pelipis Matamu

5 Juni 2019   21:14 Diperbarui: 5 Juni 2019   21:25 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana jika pria yang memiliki orientasi seksual menyimpang namun taat beribadah dan tidak pernah mengekspresikan kejanggalannya selama hidup, lalu dengan modal nekat dan beruntung berhasil menembus lapisan langit surga, jenis bidadari seperti apa yang akan di dapatkannya. Apakah di tempat yang di idam-idamkan itu hanya mencukupi kebutuhan saja, lalu bagaimana dengan keinginan yang terpendam semasa hidup. Nafsu yang di tahan sampai mati apakah akan di ganti atau masih harus di tahan lagi dalam kehidupan yang abadi.

Sekelebat hal yang paling bodoh dan sesuatu yang menakjubkan terbesit di kepalaku, bahkan ketika kau bersarang lalu bertelur dan menetas dalam rajutan kotak kepala ini. Mungkin kali ini Plato yang menang, ide dan dunianya menjadi garis horison utama yang di perintah oleh lelucon lucifer. Kedalamnya aku mampu menikam lehermu berkali-kali tanpa rasa sakit.

            Kita bertiga akan pulang sama -- sama tidak perlu menggandeng tangan, berseberangan pun tidak masalah. Jam pasir yang habis terlalu berat untuk di balik kawanan lebah pekerja, sementara ratu nya sibuk membuka kursus jahit, lalu serombongan pengangkut peti kemas berjalan merunduk ke arah barat.

"Kau manis, tapi tidak perlu berbicara, suaramu parau, mengganggu. "

"Jahadd !!"

Gejala flu menyerang sekujur pinggiran kota, aku adalah salah satu diantara mereka yang tidak memiliki begitu baik daya pertahanan tubuh. Magdalena sudah berada di rumah sejak aku masi dalam perjalanan pulang. Pekerjaan rumahnya sudah kelar dari pagi, hanya tersisa beberapa cucian yang hanyut kering sebelum dibilas. Aku mengeluh pening dan sengaja menggelayuti lehernya dengan lentur.

"Lupakan sebentar cucian mu, tolong pijat sebentar kepala ku ini"

"Jangan manja, sebentar lagi selesai"

"Apa perlu aku bantu"

"Tidak perlu, bantu dirimu sendiri dulu"

"Aku butuh pijatan bukan bantuan"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun