" Memangnya ada gadis atau janda berkeliaran disana ? "
      " Terakhir kali kau bertemu Ning si janda manis juga berakhir petaka "
      " Aku ? "
      " Lhoo, kan kamu mencekiknya sampai mati "
      " Mana mungkin ! "
      " Lhoo, katamu dia sudah bunuh Wiwit kesayanganmu itu "
      " Kamu siapa ? "
      " Aku yang selalu mendoakanmu dan memberimu uang ! "
      " Lalu Wiwit ?? "
      " Gay ! "
      Broto bingung, jalannya limbung, seperti orang linglung, siap berangkat memulung, seperti mengenakan pelampung, badannya terus menggelembung, lalu hanya mengapung. Pun mba Lastri tidak memberikan jawaban apapun, pulsa yang di beli darinya juga tidak datang tepat waktu katanya gangguan jaringan. Belum lama ini mba Lastri mengganti status lajangnya di Facebook , ia menjalin kasih dan tali asmara dengan orang baru ia kenal di sana, fotonya tampan katanya. Terlepas dari mba Lastri yang menjadi satu-satu nya pelarian kacau hatinya, Broto menengok kanan dan kiri, memang benar-benar sendirian yang ia rasarakan, tidak ada Ning, tidak ada Wiwit, tidak ada kopi susu, bahkan pulsa mba Lastri tidak datang tepat waktu. Semua sudah menjadi rantai makanan yang teratur dari si penyantap dan si penyaji. Hanya pemilik Restoran yang belum kelihatan batang hidungnya, atau barangkali dia tidak memiliki hidung.