Kelima, pemberdayaan petani lokal
Memastikan keterlibatan dan pemberdayaan petani lokal dalam setiap tahap program menjadi kunci keberhasilan. Ini melibatkan pelibatan mereka dalam pengambilan keputusan, pelatihan, dan penyediaan akses pasar yang adil.Â
Kelima, riset dan pengembangan tanaman
Investasi dalam riset dan pengembangan varietas tanaman yang tahan terhadap penyakit, beradaptasi dengan perubahan iklim, dan tetap berkelanjutan dalam jangka panjang perlu diutamakan.
Keenam, pengelolaan resiko
Menerapkan strategi pengelolaan risiko yang baik, termasuk asuransi pertanian dan diversifikasi usaha, akan membantu melindungi petani dari kerugian yang mungkin terjadi.Â
Untuk mendukung keenam hal ini diperlukan partisipasi masyarakat dan pihak swasta. Partisipasi masyarakat ditunjukkan dengan Komunikasi terbuka dan dialog yang berkelanjutan dengan masyarakat lokal, LSM lingkungan, dan pihak-pihak terkait lainnya akan membantu mencegah konflik dan membangun dukungan terhadap program food estate.Â
Sedangkan peran pihak swasta adalah melibatkan sektor swasta dalam implementasi food estate dapat membawa inovasi, investasi, dan pengetahuan yang diperlukan untuk menjadikan program ini berkelanjutan secara ekonomi.
Terkait dengan hal diatas, food estate adalah program yang mencoba menjawab tantangan ketahanan pangan Indonesia. Namun, kesuksesannya tidak hanya diukur dari capaian produksi, tetapi juga dari kemampuannya menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Hanya dengan pendekatan yang bijaksana dan terencana, food estate dapat menjadi solusi untuk mencapai swasembada pangan tanpa mengorbankan keberlanjutan lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H