Mohon tunggu...
Farly Mochamad
Farly Mochamad Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Sebagai lulusan baru teknologi informasi, saya adalah alumni Kebangsaan Lemhannas 2023 dan peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah Indonesia-Malaysia bersama KRI Dewaruci 2024

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pasukan Siliwangi: Dari Bandung Lautan Api ke Garda Pertahanan Nasional

18 September 2024   11:00 Diperbarui: 18 September 2024   11:02 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasukan Siliwangi, dengan sejarah panjang dan penuh warna, merupakan salah satu ikon penting dalam perjalanan kemerdekaan dan pertahanan Indonesia. Didirikan pada masa awal perjuangan kemerdekaan, pasukan ini tidak hanya dikenal karena peran strategisnya dalam berbagai konflik, tetapi juga karena dedikasi dan semangat juangnya yang tak tergoyahkan. Nama "Siliwangi," yang diambil dari tokoh legendaris Prabu Siliwangi, menggambarkan kebijaksanaan dan keberanian yang menjadi landasan bagi setiap prajuritnya.

Perjalanan Pasukan Siliwangi dimulai pada tahun 1946, ketika Republik Indonesia yang baru merdeka menghadapi tantangan besar dari sisa-sisa kekuatan kolonial dan pasukan Sekutu. Sejak saat itu, mereka telah membuktikan kemampuan mereka melalui berbagai peristiwa bersejarah, termasuk peristiwa Bandung Lautan Api dan misi-misi perdamaian internasional. Dengan sejarah yang kaya dan pengabdian yang mendalam, Pasukan Siliwangi telah menjadi simbol kekuatan, ketahanan, dan kebanggaan, baik bagi masyarakat lokal di Bandung maupun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Tulisan ini akan mengulas perjalanan Pasukan Siliwangi dari masa awal perjuangan hingga peran mereka dalam era modern, termasuk kontribusi mereka dalam misi perdamaian internasional dan dampaknya terhadap identitas dan kebanggaan lokal. Dengan menelusuri sejarah dan pencapaian mereka, kita akan lebih memahami bagaimana Pasukan Siliwangi telah mengukir namanya dalam lembaran sejarah bangsa dan tetap berperan penting dalam menjaga keamanan dan perdamaian di tingkat nasional dan global.

Lahirnya Pasukan Siliwangi: Awal Perjuangan dalam Sejarah Indonesia

Sejarah lahirnya Pasukan Siliwangi tidak terlepas dari kondisi krusial pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Pada masa itu, Indonesia yang baru saja merdeka dihadapkan pada ancaman besar dari pasukan Sekutu dan tentara kolonial Belanda yang berusaha kembali merebut kekuasaan. Kekuatan militer Indonesia yang masih terbentuk secara ad hoc, terutama dalam bentuk laskar-laskar rakyat, berhadapan langsung dengan pasukan yang jauh lebih terlatih dan bersenjata lengkap. Di sinilah peran penting dari Divisi Siliwangi, yang lahir sebagai salah satu kekuatan militer terorganisir, mulai terlihat.

Pasukan Siliwangi didirikan secara resmi pada 20 Mei 1946, bertepatan dengan meningkatnya ketegangan di wilayah Jawa Barat. Di tengah situasi yang sangat dinamis, tentara Indonesia harus berhadapan dengan upaya Belanda yang ingin mengembalikan kekuasaan kolonial melalui operasi militer besar-besaran. Di sisi lain, rakyat Jawa Barat yang baru saja merasakan kebebasan dari cengkeraman kolonialisme juga berjuang dengan segala daya untuk mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih.

Pada saat itu, pembentukan kesatuan militer yang disiplin dan terorganisir sangat dibutuhkan. Pemerintah Republik Indonesia yang baru terbentuk menyadari pentingnya memiliki angkatan bersenjata yang kuat dan bersatu untuk menghadapi ancaman besar dari luar dan dalam negeri. Pembentukan Pasukan Siliwangi, bersama dengan divisi-divisi militer lainnya, merupakan langkah nyata dalam mewujudkan angkatan bersenjata yang solid dan siap mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Nama "Siliwangi" diambil dari tokoh legendaris dalam sejarah Kerajaan Sunda, Prabu Siliwangi, yang dikenal sebagai raja yang bijaksana, adil, dan berwibawa. Prabu Siliwangi memerintah Kerajaan Sunda pada abad ke-15 dan dianggap sebagai salah satu penguasa terbesar dalam sejarah kerajaan tersebut. Kepemimpinannya diingat karena kemampuan menjaga perdamaian, mengelola pemerintahan dengan baik, dan mempertahankan kerajaan dari berbagai ancaman eksternal.

Pemilihan nama "Siliwangi" bukan hanya sekadar bentuk penghormatan terhadap warisan budaya Sunda, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai kepahlawanan, keberanian, dan tanggung jawab yang diharapkan dari para prajurit di dalam divisi ini. Filosofi Siliwangi yang penuh kebijaksanaan dan keperkasaan menjadi simbol dari karakter pasukan ini, yang diharapkan dapat melindungi negara dan rakyatnya dengan tekad bulat.

Semangat kepahlawanan Prabu Siliwangi ini terwujud dalam sikap dan tindakan pasukan, yang mengutamakan keberanian, keadilan, dan loyalitas dalam setiap misi pertahanan mereka. Dengan mengadopsi nama "Siliwangi," pasukan ini secara langsung terhubung dengan semangat lokal Jawa Barat yang berakar kuat dalam sejarah Sunda, sekaligus berperan sebagai pengingat akan pentingnya memadukan kebijaksanaan dan keberanian dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa.

Pada awal pembentukannya, Pasukan Siliwangi terdiri dari berbagai kesatuan militer rakyat yang ada di wilayah Jawa Barat. Divisi ini menggabungkan laskar-laskar yang sebelumnya berperang secara gerilya melawan pasukan Belanda, dengan tujuan menyatukan perlawanan dan memperkuat kekuatan militer Republik Indonesia. Dengan demikian, Pasukan Siliwangi menjadi kekuatan yang signifikan dalam pertahanan wilayah Jawa Barat yang strategis.

Di bawah komando Kolonel Abdul Haris Nasution, seorang pemimpin militer yang kelak menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah TNI, Pasukan Siliwangi segera berkembang menjadi divisi militer yang solid dan disiplin. Nasution, yang dikenal dengan pemikirannya tentang taktik gerilya dan pertahanan rakyat semesta, memimpin Pasukan Siliwangi dengan visi untuk mengorganisir perlawanan yang lebih efektif terhadap agresi militer Belanda.

Pasukan ini dengan cepat menjadi salah satu elemen utama dalam strategi pertahanan nasional. Mereka terlibat dalam berbagai pertempuran penting di wilayah Jawa Barat, termasuk dalam mempertahankan kota-kota strategis dari serangan pasukan Belanda yang ingin kembali menguasai wilayah Indonesia. Dalam situasi yang penuh tekanan, Pasukan Siliwangi menunjukkan ketangguhan mereka dengan terus melawan meskipun harus berhadapan dengan pasukan yang lebih kuat dan lebih lengkap persenjataannya.

Peran Pasukan Siliwangi dalam Peristiwa Bandung Lautan Api

Peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi pada Maret 1946 merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pasukan Siliwangi, sebagai salah satu kesatuan militer terkuat di Jawa Barat, memegang peran strategis dalam menghadapi pasukan Sekutu dan Belanda yang berusaha kembali menduduki Bandung. Setelah proklamasi kemerdekaan pada 1945, situasi di Bandung memanas ketika tentara Sekutu yang dibantu Belanda (NICA) datang untuk mengembalikan kekuasaan kolonial. Mereka menuntut agar pasukan Indonesia mundur dari wilayah Bandung, terutama di bagian utara yang menjadi pusat strategi dan perekonomian.

Dalam kondisi genting ini, Pasukan Siliwangi, yang dipimpin oleh Kolonel Abdul Haris Nasution, dihadapkan pada dilema besar. Pilihan untuk menyerah bukanlah opsi yang diterima oleh mereka. Dengan semangat pantang menyerah, bersama rakyat Bandung, Pasukan Siliwangi mengambil keputusan untuk meninggalkan kota dan membakar Bandung sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajah. Langkah ini tidak hanya sebagai taktik militer, tetapi juga untuk menunjukkan bahwa mereka lebih memilih menghancurkan kota daripada membiarkannya jatuh ke tangan musuh.

Pada malam tanggal 23 Maret 1946, ribuan rumah, gedung, dan bangunan penting di Bandung dibakar oleh warga dan pejuang kemerdekaan. Aksi ini membuat seluruh Bandung bagian selatan menjadi lautan api, yang kemudian dikenang sebagai "Bandung Lautan Api". Pasukan Siliwangi memainkan peran penting dalam mengatur strategi pembakaran kota ini dan memastikan evakuasi warga ke daerah-daerah yang lebih aman di luar Bandung. Meskipun mereka harus meninggalkan kampung halaman, pengorbanan ini mencerminkan bahwa mempertahankan kehormatan dan kemerdekaan bangsa lebih penting daripada wilayah fisik.

Tindakan heroik ini menjadikan Pasukan Siliwangi sebagai simbol keberanian dan tekad perjuangan bangsa Indonesia. Meskipun harus menghadapi kerugian besar, baik materi maupun emosional, mereka berhasil menjaga semangat kemerdekaan tetap hidup. Bandung Lautan Api kemudian menjadi salah satu simbol terbesar dalam perjuangan nasional, di mana Pasukan Siliwangi menjadi garda terdepan dalam mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa dari cengkeraman penjajahan.

Hijrah ke Yogyakarta dan Dampak Perjanjian Renville

Setelah peristiwa Bandung Lautan Api, Pasukan Siliwangi, bersama pemerintah Republik Indonesia, terpaksa hijrah ke Yogyakarta. Pada saat itu, Yogyakarta menjadi ibu kota darurat Republik Indonesia setelah Jakarta diduduki oleh Belanda. Situasi ini menandai fase baru perjuangan Pasukan Siliwangi yang harus menghadapi ancaman kolonial dalam kondisi yang sangat sulit. Meskipun mereka harus meninggalkan tanah kelahirannya di Jawa Barat, Pasukan Siliwangi tetap menunjukkan komitmen mereka untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pada tahun 1948, terjadi Perjanjian Renville, yang diadakan di atas kapal USS Renville milik Amerika Serikat, sebagai bagian dari upaya diplomasi antara Republik Indonesia dan Belanda. Perjanjian ini menetapkan garis demarkasi yang memisahkan wilayah yang dikuasai Republik dan Belanda. Salah satu dampak langsung dari perjanjian ini adalah keputusan untuk menarik Pasukan Siliwangi dari Jawa Barat ke wilayah Jawa Tengah. Meskipun secara fisik mundur, hijrah ini tidak memadamkan semangat juang mereka. Pasukan Siliwangi tetap menjadi tulang punggung pertahanan Republik di tengah kondisi politik yang semakin genting.

Selama masa hijrah ini, Pasukan Siliwangi tidak hanya bertahan dari ancaman eksternal, tetapi juga menghadapi tantangan dari dalam negeri. Salah satunya adalah pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948, yang dipimpin oleh Musso. Pasukan Siliwangi memainkan peran penting dalam menumpas pemberontakan ini, membuktikan kesetiaan mereka terhadap Republik Indonesia. Keberhasilan dalam mengatasi ancaman dari dalam dan luar negeri selama periode ini semakin memperkuat reputasi Pasukan Siliwangi sebagai salah satu kekuatan utama yang menjaga keberlangsungan pemerintahan Republik yang masih muda.

Meskipun mereka harus berjuang di luar wilayah asalnya, hijrah ini menjadi bagian dari perjalanan panjang Pasukan Siliwangi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Setelah masa sulit ini, mereka akhirnya bisa kembali ke Jawa Barat pada tahun 1949, setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda, menandai kemenangan atas perjuangan panjang mereka.

Kembali ke Jawa Barat dan Masa Konsolidasi Pasukan Siliwangi

Setelah penyerahan kedaulatan oleh Belanda pada akhir tahun 1949, Pasukan Siliwangi akhirnya kembali ke tanah kelahirannya, Jawa Barat. Kembalinya mereka ke wilayah asal menandai dimulainya fase baru dalam sejarah pasukan ini, yaitu masa konsolidasi dan penguatan setelah bertahun-tahun berjuang di luar kampung halaman. Setelah bertempur dalam berbagai medan perang, kembalinya Pasukan Siliwangi tidak hanya disambut sebagai simbol kemenangan, tetapi juga menjadi awal dari reorganisasi dan perbaikan dalam tubuh Divisi Siliwangi.

Selama masa konsolidasi, Pasukan Siliwangi bertransformasi dari kesatuan gerilya menjadi kekuatan militer yang lebih modern dan terstruktur. Mereka melakukan penguatan di berbagai sektor, mulai dari peningkatan pelatihan militer, peremajaan peralatan, hingga penataan kembali strategi dan taktik. Fase ini juga berfokus pada stabilitas internal serta penanganan berbagai masalah keamanan dalam negeri, termasuk mengatasi pemberontakan yang masih terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Pasukan Siliwangi memainkan peran penting dalam menumpas pemberontakan-pemberontakan bersenjata, seperti DI/TII yang dipimpin oleh Kartosuwiryo di Jawa Barat.

Tidak hanya di dalam negeri, Pasukan Siliwangi juga berkembang menjadi salah satu kekuatan utama dalam tubuh TNI yang diandalkan dalam berbagai misi internasional. Mereka terlibat dalam berbagai operasi misi perdamaian di bawah bendera PBB, menunjukkan komitmen Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia. Dari masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan hingga masa konsolidasi pascakedaulatan, Pasukan Siliwangi terus membuktikan diri sebagai kekuatan militer yang profesional, tangguh, dan loyal terhadap kedaulatan Republik Indonesia.

Kembalinya Pasukan Siliwangi ke Jawa Barat juga menjadi simbol kembalinya stabilitas di wilayah yang selama masa revolusi kemerdekaan penuh dengan konflik. Konsolidasi ini memberikan fondasi kuat bagi Divisi Siliwangi untuk terus tumbuh sebagai kekuatan militer yang disegani, baik di kancah nasional maupun internasional.

Pasukan Siliwangi dalam Era Modern

Memasuki era modern, Pasukan Siliwangi tetap memainkan peran yang krusial dalam menjaga stabilitas dan keamanan nasional Indonesia. Sejak awal kemerdekaan, pasukan ini tidak hanya bertanggung jawab dalam mempertahankan perbatasan dan kedaulatan negara, tetapi juga terlibat dalam berbagai operasi keamanan domestik yang penting. Di era modern, mereka terlibat dalam berbagai operasi militer untuk menghadapi tantangan baru yang muncul di seluruh nusantara.

Salah satu momen penting dalam sejarah modern Pasukan Siliwangi adalah keterlibatan mereka dalam Operasi Trikora dan Operasi Dwikora pada tahun 1960-an. Pada Operasi Trikora (1961-1962), Pasukan Siliwangi berperan aktif dalam usaha mengintegrasikan Irian Barat (Papua) ke dalam wilayah Republik Indonesia, yang saat itu masih berada di bawah kekuasaan Belanda. Operasi ini merupakan bagian dari upaya besar Indonesia untuk merebut kembali wilayah yang menjadi bagian dari perjuangan kemerdekaan. Keterlibatan mereka juga mencakup Operasi Dwikora (1964-1965), yang bertujuan untuk menanggulangi ancaman dari Malaysia di perbatasan Kalimantan selama konfrontasi Indonesia-Malaysia. Dalam operasi ini, Pasukan Siliwangi berperan sebagai kekuatan utama dalam menghadapi ancaman eksternal dan menjaga integritas wilayah Indonesia.

Di samping peran mereka dalam konflik internasional, Pasukan Siliwangi juga turut serta dalam menangani berbagai krisis domestik. Mereka aktif dalam penanganan pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dan Aceh, yang merupakan tantangan besar bagi keamanan dan stabilitas negara. Selain itu, Pasukan Siliwangi berperan penting dalam penumpasan Gerakan 30 September/PKI (G30S/PKI) pada tahun 1965, yang merupakan upaya kudeta oleh komunis yang mengguncang pemerintahan Indonesia saat itu. Keterlibatan mereka dalam penumpasan gerakan ini menegaskan posisi mereka sebagai garda terdepan dalam menjaga ketertiban dan keamanan negara.

Dalam era modern, Pasukan Siliwangi tetap berkomitmen untuk menjaga keamanan nasional melalui berbagai operasi militer dan keamanan domestik. Peran mereka dalam mengatasi tantangan baru dan memastikan stabilitas negara mencerminkan dedikasi dan profesionalisme yang telah lama menjadi ciri khas pasukan ini. Keberhasilan mereka dalam berbagai operasi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, membuktikan bahwa Pasukan Siliwangi terus memainkan peran vital dalam pertahanan dan keamanan Republik Indonesia.

Pengabdian Pasukan Siliwangi dalam Misi Perdamaian Internasional

Seiring dengan semakin berkembangnya peran internasional TNI, Pasukan Siliwangi turut serta dalam berbagai misi perdamaian yang diinisiasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Keterlibatan mereka dalam misi internasional merupakan manifestasi dari kontribusi Indonesia dalam menjaga stabilitas dan perdamaian global. Pasukan Siliwangi telah diberi kepercayaan untuk beroperasi di berbagai negara yang mengalami konflik, seperti Kongo, Libanon, dan Sudan.

Di Republik Kongo, misalnya, Pasukan Siliwangi berpartisipasi dalam Operasi PBB yang bertujuan untuk menstabilkan situasi politik dan keamanan pasca-konflik. Kontribusi mereka dalam menjaga keamanan dan membantu proses rekonstruksi di Kongo menunjukkan kemampuan profesional mereka dalam lingkungan yang penuh tantangan. Di Libanon, Pasukan Siliwangi menjadi bagian dari United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL), di mana mereka berperan dalam memelihara gencatan senjata dan memberikan bantuan kemanusiaan di wilayah yang dilanda konflik. Keterlibatan mereka di Libanon menggarisbawahi komitmen mereka terhadap upaya perdamaian dan penegakan hak asasi manusia.

Di Sudan, Pasukan Siliwangi terlibat dalam Operasi PBB di Darfur, di mana mereka bekerja untuk membantu mengatasi krisis kemanusiaan dan memastikan keamanan bagi warga sipil. Pengalaman ini menambah panjang daftar misi internasional mereka dan semakin menguatkan reputasi mereka di mata komunitas internasional.

Pengalaman yang didapat dalam misi internasional ini membuktikan bahwa Pasukan Siliwangi tidak hanya kuat dalam menghadapi tantangan domestik, tetapi juga memiliki kemampuan profesional yang tinggi dalam beroperasi di panggung global. Reputasi mereka diakui oleh berbagai negara dan lembaga internasional sebagai contoh militer yang profesional, berdisiplin tinggi, dan humanis. Pasukan Siliwangi menunjukkan bahwa mereka adalah kekuatan militer yang mampu beradaptasi dengan tuntutan misi perdamaian dunia, sekaligus menjaga integritas dan komitmen terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan.

Warisan dan Kebanggaan Bandung

Bagi warga Bandung dan Jawa Barat, Pasukan Siliwangi lebih dari sekadar unit militer; mereka merupakan simbol perjuangan dan kebanggaan lokal yang mendalam. Jejak sejarah mereka yang kaya dan penuh pengorbanan terpatri dalam ingatan kolektif masyarakat. Di Bandung, berbagai monumen, nama jalan, dan peringatan sejarah mengabadikan peran penting Pasukan Siliwangi dalam membela kemerdekaan Indonesia dan menjaga kedamaian. Salah satu monumen yang menonjol adalah Monumen Siliwangi di Bandung, yang menjadi lambang penghormatan bagi jasa-jasa mereka dalam perjuangan kemerdekaan.

Monumen-monumen ini, bersama dengan nama-nama jalan yang mencerminkan sejarah perjuangan, berfungsi sebagai pengingat abadi akan kontribusi luar biasa Pasukan Siliwangi. Peringatan-peringatan sejarah ini tidak hanya merayakan kemenangan dan keberanian mereka tetapi juga mengajarkan generasi muda tentang pentingnya semangat juang dan pengorbanan.

Kini, Pasukan Siliwangi tidak hanya dikenal sebagai pelindung wilayah Jawa Barat, tetapi juga sebagai bagian integral dari kekuatan pertahanan nasional Indonesia secara keseluruhan. Dengan semangat juang yang diwarisi dari masa lalu, pasukan ini terus menjalankan tugas mereka dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan negara. Selain peran domestik mereka, Pasukan Siliwangi juga berkontribusi dalam misi perdamaian dunia, mencerminkan dedikasi mereka terhadap keamanan global.

Warisan Pasukan Siliwangi merupakan refleksi dari nilai-nilai keberanian, pengabdian, dan patriotisme yang mendalam. Sebagai bagian dari identitas Bandung dan Jawa Barat, mereka tetap dihargai dan dikenang sebagai pahlawan yang telah berjuang untuk kebebasan dan keamanan negara, serta sebagai simbol kehormatan dan kebanggaan masyarakat setempat.

Penutup

Pasukan Siliwangi telah membuktikan diri sebagai pilar kekuatan militer dan simbol kebanggaan yang mendalam bagi Bandung dan Jawa Barat. Dari perjuangan awal dalam peristiwa Bandung Lautan Api hingga peran mereka dalam misi perdamaian internasional, Pasukan Siliwangi memainkan peran vital dalam mempertahankan kedaulatan negara dan melindungi kepentingan nasional. Dengan keberanian dan dedikasi mereka, pasukan ini tidak hanya melawan ancaman domestik, tetapi juga berkontribusi dalam menjaga keamanan global.

Warisan Pasukan Siliwangi yang kaya dan pengabdian yang tak tergoyahkan membentuk bagian integral dari sejarah dan identitas lokal. Di Bandung, monumen-monumen, nama-nama jalan, dan peringatan sejarah menjadi pengingat abadi akan jasa-jasa mereka dalam perjuangan kemerdekaan dan kontribusi mereka dalam menjaga kedamaian. Setiap peringatan ini tidak hanya merayakan kemenangan dan keberanian Pasukan Siliwangi tetapi juga mengajarkan generasi muda tentang pentingnya semangat juang dan pengorbanan.

Kini, Pasukan Siliwangi terus menginspirasi generasi baru dengan semangat juang yang diwarisi dari masa lalu. Mereka tetap menjadi bagian penting dari kekuatan pertahanan nasional Indonesia dan berperan dalam misi perdamaian internasional. Keberadaan mereka menjadi teladan dalam berjuang untuk kemerdekaan, keamanan, dan perdamaian, serta pengingat abadi akan dedikasi dan pengorbanan yang telah mengukir nama mereka dalam sejarah bangsa. Pasukan Siliwangi adalah simbol kehormatan dan kebanggaan masyarakat, yang terus menerus menjaga keutuhan negara dan berkontribusi pada keamanan dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun