Pada April 1945, Berlin dikepung oleh Tentara Merah, dan pertempuran brutal terjadi di dalam kota. Sementara itu, di barat, pasukan Sekutu terus menembus wilayah Jerman, dengan pasukan Amerika Serikat dan Inggris mencapai sungai Elbe. Hitler, yang telah kehilangan harapan untuk kemenangan, berlindung di bunkernya di bawah Reich Chancellery di Berlin. Pada 30 April 1945, Adolf Hitler mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, menyadari bahwa kekalahannya tidak terelakkan.
Setelah kematian Hitler, pasukan Nazi yang tersisa hanya memiliki sedikit pilihan selain menyerah. Pada 7 Mei 1945, Jerman secara resmi menyerah tanpa syarat kepada pasukan Sekutu Barat di markas besar Jenderal Dwight D. Eisenhower di Reims, Prancis. Keesokan harinya, 8 Mei 1945, ditetapkan sebagai Hari Kemenangan di Eropa (V-E Day), merayakan berakhirnya perang di Eropa. Penyerahan ini mengakhiri perang yang telah menghancurkan sebagian besar benua Eropa, menyebabkan jutaan korban jiwa, dan membawa bencana kemanusiaan yang luar biasa.
Dengan kekalahan Jerman, rezim Nazi yang brutal runtuh, dan wilayah Jerman mulai dibagi dan diduduki oleh Sekutu, termasuk Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, dan Prancis. Proses denazifikasi dan rekonstruksi Jerman dimulai setelah perang, sementara para pemimpin Nazi yang bertanggung jawab atas kekejaman perang dibawa ke pengadilan di Nuremberg. Kekalahan Nazi Jerman menandai berakhirnya perang yang mengerikan di Eropa, namun Perang Dunia II belum sepenuhnya usai, karena konflik masih berlanjut di Pasifik antara Sekutu dan Jepang.
Akhir Perang di Asia: Penyerahan Jepang (1945)
Di teater Pasifik, meskipun Jepang mengalami kekalahan dalam banyak pertempuran besar dan menghadapi tekanan berat dari Sekutu, mereka tetap berjuang dengan gigih dan menolak untuk menyerah. Pada pertengahan tahun 1945, situasi semakin mendesak bagi Amerika Serikat dan sekutunya, yang mencari cara untuk mengakhiri perang dengan cepat tanpa harus melancarkan invasi darat yang diperkirakan akan sangat memakan korban jiwa.
Dalam upaya untuk memaksa Jepang menyerah dan menghindari konflik yang lebih panjang, Amerika Serikat memutuskan untuk menggunakan senjata nuklir yang baru dikembangkan. Pada 6 Agustus 1945, pesawat B-29 Enola Gay menjatuhkan bom atom pertama di kota Hiroshima, yang menyebabkan kehancuran besar dan menewaskan sekitar 140.000 orang, sebagian besar adalah warga sipil. Bom atom kedua dijatuhkan di Nagasaki pada 9 Agustus 1945, menewaskan sekitar 70.000 orang. Kedua serangan ini memberikan dampak yang sangat mengerikan, menghancurkan infrastruktur dan menambah beban psikologis bagi penduduk Jepang.
Kehancuran yang ditimbulkan oleh bom atom, ditambah dengan serangan besar-besaran oleh pasukan Soviet di Manchuria dan tekanan dari blokade laut yang telah memperparah krisis ekonomi dan kekurangan sumber daya di Jepang, menyebabkan pemerintah Jepang akhirnya menyerah. Pada 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito mengumumkan kepada rakyat Jepang melalui siaran radio bahwa Jepang akan menyerah tanpa syarat, menandai akhir dari Perang Dunia II di Asia.
Penyerahan resmi Jepang dilakukan pada 2 September 1945, di atas kapal USS Missouri yang berlabuh di Teluk Tokyo. Dalam upacara yang dipimpin oleh Jenderal Douglas MacArthur, yang memimpin pasukan Sekutu di Asia Pasifik, pejabat Jepang menandatangani dokumen penyerahan yang menandai akhir dari konflik global yang paling dahsyat dalam sejarah. Penandatanganan ini menandai berakhirnya Perang Dunia II secara keseluruhan, mengakhiri perjuangan yang telah mengakibatkan kehancuran dan kehilangan nyawa dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pengaruh Perang Dunia II terhadap Indonesia
Perang Dunia II membawa perubahan yang mendalam dan signifikan bagi Indonesia, yang pada saat itu masih merupakan koloni Belanda, Hindia Belanda. Awalnya, Belanda terlibat dalam konflik global dengan mendukung Sekutu. Namun, situasi berubah drastis ketika Jepang melancarkan serangkaian invasi ke wilayah Asia Tenggara, termasuk Hindia Belanda. Pada Maret 1942, pasukan Jepang berhasil menduduki Indonesia, menggulingkan pemerintahan kolonial Belanda dan mengakhiri dominasi Belanda atas kepulauan tersebut.
Pendudukan Jepang di Indonesia berlangsung selama tiga tahun dan membawa dampak yang kompleks dan mendalam bagi masyarakat Indonesia. Jepang, yang pada awalnya dianggap sebagai pembebas dari penjajahan Belanda, segera memperlihatkan wajahnya sebagai penjajah baru dengan kebijakan yang sangat keras. Pemerintahan Jepang memberlakukan kerja paksa (romusha) yang melibatkan jutaan orang Indonesia dalam kondisi yang sangat berat, pengambilalihan sumber daya alam untuk kepentingan perang Jepang, dan represi politik yang ketat. Kebijakan ini menyebabkan penderitaan yang luas dan memperburuk kondisi kehidupan rakyat Indonesia.