Meskipun serangan ini dianggap sukses dalam jangka pendek karena mampu menghancurkan sebagian besar armada Pasifik AS, dalam jangka panjang, ini menjadi kesalahan besar bagi Jepang. Sebaliknya dari membuat AS mundur, serangan ini justru membangkitkan semangat perang di seluruh Amerika. Pada 8 Desember 1941, Presiden Franklin D. Roosevelt berpidato di depan Kongres AS dan menyebut tanggal serangan tersebut sebagai "a date which will live in infamy" (tanggal yang akan hidup dalam kenistaan). Dengan dukungan publik yang sangat besar, Amerika Serikat segera menyatakan perang terhadap Jepang.
Tak hanya Jepang yang menjadi musuh Amerika, beberapa hari setelah itu, Jerman dan Italia, sebagai sekutu Jepang dalam Pakta Tripartit, juga menyatakan perang terhadap Amerika Serikat. Dengan demikian, AS tidak hanya terlibat dalam Perang Pasifik melawan Jepang, tetapi juga dalam Perang Dunia II yang lebih luas melawan Blok Poros di Eropa. Keterlibatan AS membawa perubahan besar dalam dinamika perang, karena negara ini memiliki kekuatan industri, militer, dan sumber daya manusia yang sangat besar.
Kehadiran Amerika Serikat di medan perang memberi harapan baru bagi Sekutu. Di Eropa, Inggris dan Uni Soviet yang tengah menghadapi tekanan besar dari Jerman, menyambut keterlibatan AS dengan antusias. Di Pasifik, AS segera memulai kampanye untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang diduduki Jepang. Kekuatan industri Amerika yang luar biasa memungkinkan negara ini memproduksi pesawat, kapal perang, senjata, dan amunisi dalam jumlah besar, yang akan menjadi kunci dalam perjuangan panjang melawan kekuatan Poros.
Serangan terhadap Pearl Harbor bukan hanya menjadi titik balik dalam Perang Dunia II, tetapi juga mengubah lanskap politik global secara drastis. Amerika Serikat yang sebelumnya berusaha mempertahankan netralitasnya kini secara aktif memimpin perjuangan Sekutu melawan kekuatan fasis di seluruh dunia. Dengan sumber daya militer yang hampir tak terbatas, AS memainkan peran sentral dalam memenangkan perang, baik di Eropa maupun di Pasifik.
Keterlibatan Amerika Serikat juga mempercepat inovasi teknologi dan perubahan dalam strategi perang. Salah satu contohnya adalah pengembangan kapal induk sebagai tulang punggung Angkatan Laut AS, menggantikan kapal perang besar yang rusak di Pearl Harbor. Strategi baru yang berfokus pada perang udara dan laut memungkinkan Amerika dan Sekutu untuk secara bertahap merebut kembali wilayah yang jatuh ke tangan Jepang.
Dengan masuknya Amerika Serikat ke dalam Perang Dunia II, perang berubah dari konflik yang sebagian besar terbatas di Eropa dan Asia menjadi konflik global yang melibatkan hampir setiap benua. Kekuatan ekonomi dan militer AS mengubah jalannya perang dan pada akhirnya, bersama dengan sekutu lainnya, membawa kekalahan bagi Blok Poros.
Serangan Jepang terhadap Pearl Harbor tidak hanya mengundang pembalasan dari Amerika Serikat tetapi juga mengawali kampanye panjang yang mengarah pada kejatuhan Kekaisaran Jepang, yang berpuncak pada pengeboman atom Hiroshima dan Nagasaki empat tahun kemudian.
Kemenangan Sekutu di Afrika dan Italia (1942-1943)
Di tengah perang yang berkecamuk di berbagai penjuru dunia, Afrika Utara menjadi medan penting dalam Perang Dunia II. Setelah kekalahan pasukan Jerman di Front Timur pada akhir 1941, Adolf Hitler mengalihkan fokusnya untuk mendukung sekutu utama di Eropa, Italia, yang dipimpin oleh Benito Mussolini. Mussolini sebelumnya telah berusaha memperluas pengaruh Italia di wilayah Mediterania dan Afrika Utara, tetapi kampanye militernya di wilayah tersebut terbukti bencana, dan Hitler harus mengirim bantuan berupa Korps Afrika yang dipimpin oleh Marsekal Erwin Rommel, yang dikenal sebagai "Singa Gurun."
Pada awal 1942, pasukan Poros (Jerman dan Italia) tampak mendominasi Afrika Utara, berhasil mendesak mundur pasukan Inggris dan Sekutu hingga ke Mesir. Rommel, dengan kepemimpinannya yang cemerlang, terus mendorong pasukannya menuju Terusan Suez, yang merupakan rute penting bagi sekutu. Namun, pada Oktober 1942, momentum perang di Afrika Utara berubah drastis setelah Pertempuran El Alamein yang kedua. Di bawah komando Jenderal Bernard Montgomery, pasukan Inggris dan Persemakmuran melancarkan serangan balik yang menghancurkan pasukan Rommel. Kemenangan ini sangat penting karena menandai titik balik dalam kampanye Afrika Utara, mengakhiri ambisi Jerman dan Italia di wilayah tersebut.
Dengan kemenangan di El Alamein, Sekutu segera melancarkan Operasi Torch pada November 1942, sebuah invasi amfibi besar-besaran yang melibatkan pasukan Amerika Serikat dan Inggris yang mendarat di Maroko dan Aljazair, yang saat itu berada di bawah kendali pemerintah kolaboratif Vichy Prancis. Operasi ini berhasil mengepung pasukan Poros di Tunisia. Setelah berbulan-bulan pertempuran sengit, pada Mei 1943, pasukan Sekutu berhasil mengusir seluruh pasukan Poros dari Afrika Utara. Sekitar 250.000 tentara Jerman dan Italia ditangkap, mengakhiri kehadiran militer Poros di benua Afrika.
Kemenangan Sekutu di Afrika Utara memberikan landasan penting bagi langkah berikutnya dalam perang, yakni invasi ke Eropa Selatan melalui Italia, yang dianggap sebagai "perut lembut Eropa" oleh Winston Churchill. Pada Juli 1943, pasukan Sekutu melancarkan Operasi Husky, invasi besar-besaran ke Sisilia. Pendaratan ini merupakan keberhasilan strategis yang mempercepat runtuhnya pemerintahan Benito Mussolini di Italia. Dalam waktu singkat, Mussolini ditangkap dan digulingkan dari kekuasaan oleh Raja Victor Emmanuel III dan pemerintah Italia yang baru.