Dengan spesifikasi dan fitur-fitur ini, KRI Nanggala adalah kapal selam yang sangat efektif dan andal dalam melaksanakan berbagai misi di bawah laut, berkat kombinasi teknologi mutakhir dan desain yang diperhitungkan dengan matang.
Kontroversi dan Masalah Operasional
1. Jumlah Awak Melebihi Kapasitas
Salah satu kontroversi utama terkait KRI Nanggala adalah isu jumlah awak yang melebihi kapasitas. Menurut Kepala Staf Angkatan Laut, Yudi Margono, kapal selam ini dirancang untuk menampung hingga 57 orang. Namun, sejumlah pihak, termasuk anggota Komisi I DPR, Mayjen (Purn.) TB Hasanuddin, telah mengungkapkan kekhawatiran mengenai kapasitas sebenarnya dari kapal selam ini. Laksamana Muda TNI Muhammad Ali menjelaskan bahwa batas kapasitas 33 orang sering kali hanya didasarkan pada jumlah tempat tidur yang tersedia, bukan kapasitas aktual kapal selam dalam situasi operasional. Hal ini menimbulkan perdebatan mengenai apakah kapal selam tersebut benar-benar mampu menampung jumlah awak yang diinginkan tanpa mengorbankan keselamatan dan kenyamanan.
2. Keluhan Komandan terhadap PT PAL
Komandan KRI Nanggala, Letnan Kolonel Heri Oktavian, pernah mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap perawatan kapal selam yang dilakukan oleh PT PAL Indonesia. Dalam wawancara dengan Edna C. Pattisna, seorang reporter Kompas, Heri mengeluhkan kualitas dan ketepatan waktu perawatan yang dilakukan oleh PT PAL. Keluhan ini mencakup masalah teknis dan perakitan kapal selam, termasuk isu yang dihadapi dengan perakitan KRI Alugoro (405). Ketidakpuasan ini menciptakan ketegangan antara perwira dan pimpinan terkait pemeliharaan kapal selam, serta menyoroti tantangan yang dihadapi dalam memastikan kapal selam tetap dalam kondisi operasional yang optimal.
3. Masalah Mati Listrik
Masalah operasional lainnya yang pernah dialami oleh KRI Nanggala adalah insiden mati listrik yang terjadi pada 27 April 2021. Dalam sebuah konferensi pers, Laksamana Muda Iwan Isnurwanto, mantan awak kapal selam, menceritakan pengalaman ketika kapal selam mengalami gangguan listrik yang signifikan. Pada saat itu, kapal selam turun ke kedalaman 90 meter dalam waktu 10 detik dan miring 45 derajat ke belakang. Para awak diinstruksikan untuk berpindah ke bagian depan kapal untuk menyeimbangkan kapal selam. Masalah ini disebabkan oleh sekring yang putus, yang mengakibatkan gangguan pada sistem listrik kapal. Kepala kamar mesin berhasil mengatasi situasi dengan menghembuskan tangki pemberat pokok dan tangki tahan tekan untuk menyeimbangkan kapal selam dan mengembalikannya ke posisi stabil.
Insiden-insiden ini menyoroti tantangan yang dihadapi dalam operasional kapal selam, termasuk masalah teknis dan perawatan, serta pentingnya pemeliharaan yang tepat dan kesiapsiagaan kru dalam menghadapi situasi darurat.
Tragedi dan Nasib KRI Nanggala
1. Tenggelamnya KRI Nanggala
Pada 21 April 2021, Indonesia mengalami tragedi yang memilukan ketika KRI Nanggala, kapal selam yang telah lama menjadi kebanggaan angkatan laut, mengalami kecelakaan yang menyebabkan tenggelamnya kapal beserta 53 awaknya. Tragedi ini terjadi di Laut Bali, di kedalaman 838 meter, di mana kapal selam tersebut ditemukan pecah menjadi tiga bagian. Kecelakaan ini bukan hanya menandai salah satu kehilangan terbesar dalam sejarah angkatan laut Indonesia, tetapi juga membawa duka mendalam yang menyelimuti keluarga korban dan seluruh bangsa. Dengan seluruh awak kapal yang terhormat dan berani kehilangan nyawanya, tragedi ini mencerminkan betapa beratnya beban dan risiko yang dihadapi oleh mereka yang melayani di bawah laut.