Dzikir yang merupakan perantara hati untuk selalu mengingat-Mu, merekam kebijaksanaan-Mu, dan terkadang sesekali bersemayam di atas hamparan sajadah-Mu kini enggan untuk dilafadzkan.
"itu aku"
waktu terus menampakan Siapa aku?
menghujam kelu.
Asa kian menjadi tabu.
Aku ingin kembali menyibak anggun paras-Mu.
sejuk meronta,
damai dalam sunyi.
bertabur pelbagai cipta rasa melampaui batas limit.
berubah menjadi jingga hingga atmosfer subuh terasa.
sajak pun tak bisa lagi berucap. "sepotong sketsa ketika Aku bersama-Nya"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!