Mohon tunggu...
M Alfarizzi Nur
M Alfarizzi Nur Mohon Tunggu... Lainnya - Paralegal Posbakumadin Lampung

Paralegal yang senang bertutur melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

4 Penumpang Gelap (Bagian 4): Perbincangan Terakhir Yono

2 November 2023   08:08 Diperbarui: 2 November 2023   08:50 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesama prajurit saling menolong (Sumber: Military.com)

"Ya" prajurit itu membuka mengangkat baju, dan memperlihat luka pada perut kirinya itu

"Cih, cepat obati sebelum terlambat"

"Siap.."

Seluruh serdadu telah hilang. Keramaian kedai berubah menjadi kesunyian yang begitu gelap dan dingin. Matahari sudah mulai terbenam dari ufuk barat, langit telah menebar spektrum warna jingga kemerahan. Banyak dari masyarakat yang hilir menuju rumah mereka masing-masing, walaupun dalam benak mereka masih menyisakan tanda tanya apa yang sedang terjadi kedai yang paling terkenal itu.

"Ha.. Ha.. Ha.." Yono terduduk di meja bar dengan keadaan terengah-engah. Nafasnya semakin pendek, mungkin karena faktor syok.

Salah satu kursi yang terlihat masih utuh, tetapi tergeletak jatuh di lantai ditegakan kembali oleh Kolonel Vogel. Dirinya dan Yono duduk berdampingan melihat secercah cahaya sore yang semakin menipis di antara sela-sela jendela dan ventelasi yang rusak akibat terkena tembakan.

"Haus ?"

"Y-ya..." ujar Yono yang masih berusaha mengatur nafasnya

Kolonel Vogel melirik ke arah dalam bar. Berharap masih ada brendi atau minuman lainnya yang masih tersisa. Kolonel Vogel beranjak dari kursinya, membuka tiap laci dan lemari bar, masuk ke arah dapur, membuka beberapa kardus minuman dan menemukan sebotol brendi yang nampaknya masih terselamatkan oleh beberapa peluru. Setelahnya Kolonel Vogel kembali ke bar membuka laci gelas dan mengambilnya. Aneh tetapi konyol, sekian banyak peluru dilepaskan laci lemari yang dipenuhi dengan gelas masih tetap utuh, pikir Kolonel Vogel.

Tutup botol dibuka dengan cara mencungkilnya menggunakan pisau lipat. Kolonel Vogel melihat Yono yang masih terus mengatur nafas, terlihat juga tangan kirinya memegangi dada bagian kanan. Segera botol brendi itu dituangkan ke gelas yang kosong.

"Sebelum dirimu mati..." ujar Kolonel Vogel menawari. Segelas bredi dijulurkan ke arah Yono. Tidak ada pilihan, pikir Yono, setegak brendi barangkali dapat menghilangkan rasa sesak yang dirinya alami. Yono menerima brendi itu dengan hati yang terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun