Mohon tunggu...
M Alfarizzi Nur
M Alfarizzi Nur Mohon Tunggu... Lainnya - Paralegal Posbakumadin Lampung

Paralegal yang senang bertutur melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

4 Penumpang Gelap (Bagian 3): Tragedi Berdarah Indische Bar

23 Oktober 2023   10:52 Diperbarui: 23 Oktober 2023   11:37 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warung Tinggi Zaman Kolonial Belanda (merahputih.com)

"In het belang van de Koningin en in het belang van Nederland ! (Demi ratu dan demi Belanda !)" ujar Van Dirk menyemangati diri.

"Dor !, Dor !, Dor !" saling tembak terus terjadi. Kaca kedai pecah secara satu per satu hingga menyisakan lubang hampir di setiap jendela. Dinding dan lantai kedai menjadi saksi pertumpahan darah. "Dor !, dor !, dor !" suara peluru terus berdentum seolah tidak pernah habis. Sadat tidak terlindungi oleh apapun, tidak memiliki senjata ataupun alih-alih rompi anti peluru. Sadat menjadi orang yang tumbang pertama. Dirinya terhempas ke arah belakang hingga tersungkur di lantai kedai yang begitu hangat akan cahaya sore.

"Akh !!" teriak sadat memegang dadanya yang tertembak.

Kolonel Vogel dengan insting militernya dengan cepat melompat ke arah samping meja bar untuk melindungi diri dan membiarkan para serdadu bawahannya itu beradu tembak dengan para pribumi.

Roland membalik badan dan melumpuhkan Van Dirk dengan menembak mata kirinya yang telah mengalami gejala katarak itu. Romi melihat Van Dirk terkapar tidak bernyawa dengan mata kanan yang terbelalak terbuka menengadah ke arah plapon. Akhirnya pria serakah ini tewas, pikir Romi. Namun usaha Roland itu membuka peluang bagi punggung belakangnya yang tidak terjaga, benar saja pria Belanda barbar itu menembak pundak dan pinggul Roland hingga membuatnya diri Roland terjerembab ke arah depan meja depan. Kepalanya membentur lantai, dirinya berteriak kesakitan dengan kencang. Masih berasa tidak puas, pria Belanda itu dengan naif terus menembaki Roland yang sudah tidak mampu berdiri itu. Tindakan itu begitu keji, bahkan terlihat dari ekspresi wajah yang menggambarkan betapa senang dirinya melihat para Inlander ini mati dengan keadaan yang buruk. Tubuh berlubang akibat timah panas, darah segar yang terus mengalir menyusuri lantai menjadi daya tarik bagi pria Belanda itu.

"Hahaha !. Mati kalian !".

Kondisi adu tembak yang tidak seimbang ini berakhir dengan na'as. Rudi membalik badan, seketika itu mental dirinya cukup jatuh hingga membuat dirinya lengah karena melihat kedua sahabat karibnya, Sadat dan Roland, telah merenggang nyawa di kedai tersebut. Salah satu prajurit bawahan Kolonel Vogel tanpa sungkan dan ampun menembak bagian belakang kepala Rudi hingga membocor.

"Akh !" tanpa erangan sakit yang terdengar dari mulut Rudi. Tembakan itu melesat membisukan Rudi untuk selamanya. Rudi yang malang.

"Hei, dimana yang satu lagi ?"

Para serdadu itu menoleh kesana kemari. Mencari Yono di setiap sudut ruang yang telah porak poranda itu.

"Hiks, hiks" terdengar suara isak tangis diantara balik meja yang telah terbalik itu. Buruknya prajurit belanda yang barbar itu mendekati sumber suara tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun