"Tidak ada tuh..."
"Bukan, maksud diriku kita masyarakat Pribumi dilarang merokok diantara para orang Belanda ini. Sekalipun tidak ada aturan yang melarang. Engkau tahu, itu sudah jadi norma bagi kaum mereka dan kita"
"Persetan dengan itu.." ujar Sadat membalas
"Hei, jangan seperti itu nanti kedengaran mereka" Yono masih terus memperingatkan mereka dengan berbisik.
"Met toestemming meneer, heb ik Brandy besteld (izin pak, saya memesan Brendi)" ujar Roland
Van Dirk yang mendengarnya cukup terkejut. Bukan karena bahasa Belanda-nya yang fasih, tetapi dengan apa yang Roland pesan.
"Bagaimana dengan kalian ?" tunjuk Roland bertanya kepada yang lain.
"Sama denganmu. Aku juga memesan Brendi" jawab Rudi
Sadat juga memesan minuman yang sama. Saat itu juga dirinya menawarkan rokok kepada Roland.
"Haduh, kalian ini. Bagaimana kalau kita mabuk disini nanti"
"Sudahlah, hentikan rasa khawatirmu Yon. Memangnya kenapa toh ? kalau kita minum dan sejenak bercanda tawa disini" ujar Roland dengan santai. Walaupun dengan hati yang berat, pikiran yang terus menolak juga, Van Dirk selaku Bartender harus bersikap profesional. Baginya bisnis lebih penting dari sekedar politik atau rasialisme.