matahari sedang sembunyi dibalik kidung senja. awan - awan kelabu semburat bertabrakan dengan warna senja yang jingga. beberapa dari mereka masih sibuk dengan buku dan guratan pensil mereka. sebagian lagi bercanda. di sudut ruang terbuka yang diampar tikar biru seorang bocah berambut cepak pendek sedang asyik mengobrak - obarik tas miliknya. sekilas aku pandangi wajahnya yang sayu. disampingnya seorang gadis kecil berparas manis dan centil sedang asyik mengobrol dengan Salmi, seorang guru di rumah belajar ini. dia sedang asyik bercerita tentnag sekolahnya dan bagaimana dia menjadi bocah kecil yang cemerlang di sekolahnya. aku aku kembali mengalihkan perhatianku pada bocah berwajah dekil disamping gadis kecil yang centil bernama Annisa. bocah itu masih berkutat dengan isi dalam tas hitam miliknya.
"hallo" aku menghampirinya, dia tetap menundukkan kepala ke arah tas hitam miliknya.
"hai" ujarku sekali lagi, ku tepuk pundaknya agar ia mendongah ke arah ku. sepertinya ini berhasil, dia mendongah melihat wajahku yang tersenyum.
"hai, namamu siapa sayang?" aku menyapanya ramah
"ehm" dia terdiam sejenak seperti sedang berfikir
"Dion" ujarnya perlahan.
"kamu mau belajar apa, sini kakak bantu"
"ehm, menulis. tapi gak mudah" ujarnya lugu
"oh, sini aku bantu" dia mengeluarkan buku yang terlihat lusuh itu. dia membuka halaman demi halaman.
"ini, menulis ini" dia menunjukan deretan katan yang tertulis di lembar kertas yang ia buka.
"oh menulis halus" ujarku ehm, coba kamu tulis contoh kalimat ini, bisa kan?"
"ehm....." sekali lagi dia mengulang kata 'ehm' sebelum ia meneruskan kalimat demi kalimat yang ia katakan.
"tidak semudah itu" lanjutnya
"kok gak mudah coba ditulis, sini kakak bantu" dia ha nya diam menyembunyikan tanganya membuang mukanya dari pandanganku.
"terus Dion mau ngapain kalo gak nulis?" tanyaku
"menggambar" serunya, matanya begitu berbinar saat dia mengatkan hal itu.
"oke, kalau gitu kita menggambar aja"aku menyobek secarik kertas dari block noteku untuk menggambar. "Dion mau menggambar apa?"
"kucing" jari - jemarinya mulai lihai menggerkan pensil di tangannya. aku melihat goresan demi goresan yang ia torehkan di secarik kertas putih itu.
"itu bukan kucing" gumamku, aku merasa janggal dengan gambar yang ia buat. tidak ada kaki, telinnga, atau apapun dari bagian kucing yang ia gamabr. hanya coretan - coretan tak berbentuk.
"loh telinganya mana dion"
"ini" dia menunjukan bagian coretan yang sama sekali tak mirip dengan telinga. kejanggalan yanga ku lihat semakin jelas.tapi sudahlah mungkin dia tidak bisa menggamabar. tapi coretan itu bukan karena dia tidak bisa menggambar.
"wah lucu dion, sekarang coba tulis kucing disamping gamabar ini"aku menunjuk coretan yang ia sebut gamabr kucing. dia mulai mengikuti apa yang aku katakan. tapi sekali lagi aku melihat kejanggalan.
"ehm...kucing, kucing" berungkali dia mengulang kata kucing dan kucing.
"ku..." dia seperti sedang mengeja"ku ....cing..." ujarnya lagi.
"iya kucing" aku ikut - ikutan gaya bibirnya yang moncong kedepan saat mengatakn kucing.
"k-u, ku" ujarnya setelah cukup lama dia mengeja, lalu ia menulisnya perlahan.membutuihkan waktu lebih lama untuk dion menuliskan KUCING dibandingkan teman - temannya. aku heran mengapa bosah sebesar ini masih belum bisa menulis.
"dion kelas berapa sayang" tanyaku di tengah kesibukannya melihat tulisan dan coretan yang ia sebut gambar kucing itu.
"kelas dua, tapi aku gak naik 2 hari"
"apa gak naik dua hari, ehm gak masuk dua hari ?" apa aku salh mendengar apa yang ia ucapkan"bukan gak naik dua hari"
"dua hari" aku mengulang kata - katanya. mungkin sebenarnya dua kali.
"aku harusnya kelas 4" ujarnya lagi.
"oh..., dion belum bisa membaca?"tanyaku lembut
"ehm bisa, tapi gak semudah itu" dia kembali mengalihkan perhatiaannya pada secarik kertas yang ia coret - coret.
"nama kakak siapa?" tanyanya manis
"Ri. Sa" kataku jelas
"kak Ri...sa.." dia mengejah namaku.
"r-i, ri s-a, sa. Risa" dia tersenyum manis.
wajahnya begitu lugu dan senyum manis bocah ini begitu menykitkan untukku, melihat senyumnya terasa menyakitkan. melihat kesedihan dibalik senyuman bocah ini.
"r-i, ri" dia mengulang ejahan namaku. tapi kali ini dia tidak hanya mengejanya tapi ia menuliskan setiap huruf dari namaku "s-a, Sa" dia kembali menulis suku kata terakhir.
"risa" dia membacanya dan tersenyum.... dion menulis namaku RISA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H