Mohon tunggu...
Fariz Maulana Akbar
Fariz Maulana Akbar Mohon Tunggu... -

Apakah dengan menjadi Islam saya langsung menjadi demokratis? dan apakah sebaliknya Anda yang demokrat otomatis menjadi Islam?

Selanjutnya

Tutup

Politik

Relativitas dalam Mendefinisikan Terorisme

14 Februari 2016   19:09 Diperbarui: 15 Februari 2016   11:36 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Terorisme seringkali dimaknai sebagai perang asimetris yaitu perang yang tidak berimbang antara si kuat dan si lemah dalam konteks ini negara melawan invidu/kelompok (state actor vs non state actor). Terorisme dengan fleksibelitasnya adalah metode yang ampuh dalam melakukan perlawanan terhadap suatu negara dengan bermodalkan sumber daya yang serba terbatas dan tidak membutuhkan legitimasi aturan tertentu karena dilakukan oleh bukan negara (individu/kelompok) dan berjumlah tidak relatif besar.

Cara – cara teror yang cenderung tidak mengindahkan peraturan yang berlaku sangat populer dikalangan kelompok kiri yang berhaluan Marxis. Kaum Marxis menggunakan teror sebagai instrumen dalam mempertajam kontradiksi antara kelompok proletar dengan kelompok borjuis sehingga mempercepat terjadi revolusi yang mereka cita – citakan. Selama ketidakadilan masih ada perlawanan mereka akan terus ada. Begitupun  juga dengan teror, teroris dan terorisme akan selalu ada selama ketidakadilan sosial dan ekonomi masih terjadi di muka bumi. Cara – cara teror telah jauh berkembang dan telah lama diterapkan bagi individu/kelompok yang merasa tertindas, terdominasi, tersubordinasi. Jika hari ini banyak perlawanan dari kelompok Islam terhadap Amerika Serikat tidak lain tidak bukan adalah akibat hegemoni dan dominasi Amerika Serikat di dunia Islam.

Ketidakadilan sosial dan ekonomi akan bermuara kepada ketidaksejahteraan masyarakat. Masyarakat yang kurang sejahtera akan cenderung mudah untuk melakukan atau terlibat aktif dalam upaya/tindakan terorisme. Misalnya di Indonesia, rendahnya kesejahteraan adalah satu faktor yang memudahkan rekrutmen anggota bagi kelompok teroris menyebarkan radikalisme.

Terorisme telah menjadi sebuah ideologi perjuangan tersendiri bagi mereka yang lemah dan termarjinalkan dalam berjuang menuntut keadialan atas hak – hak sosial, ekonomi dan politiknya. Negara tidak akan pernah mampu memberantas terorisme hingga ke akarnya jika hanya fokus pada aspek jejaring, pendanaan dan ideologi (agama tertentu) padahal banyak sekali aktivitas teror, teroris dan terorisme yang merupakan akibat dari ketidakpuasan individu/kelompok terhadap kebijakan – kebijakan negara yang cenderung diskriminatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun