Mohon tunggu...
Ahmad Farith
Ahmad Farith Mohon Tunggu... Tentara - "Berusaha sedikit keras tidak akan membuat mu mati"

A patient that need heal

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Apa Aku Durhaka?

23 September 2020   06:00 Diperbarui: 23 September 2020   06:24 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bergadai nyawa membawaku ke dunia,

Berlapar agar aku kenyang,

Menapak jalan berdarah agar ku tidak terluka,

Sungguh hanya aku yg kurang bersyukur.

Senyummu,tawamu,marahmu,nasehatmu

Tidak pernah sehari pun berlalu tampa mengingatmu,

Ingin ku memulai semuanya kembali,

Namun, aku terlambat kerna kau tak lagi berdiri di dumia yg sama.

Dulu,kaulah org yg paling sedih dikalaku sakit,

Sekarang,kau sakit pun tak pernah ku peduli,

Dulu, kau org yg paling gembira bila ku berjaya,

sekarang,dimana diriku saat kau menangis kesepian.

Wahai ibuku yg tercinta,

Maafkan anakmu yg durjana,

Terlambat menyadari bahwa dirimu adalah segala,

Hingga aku berakhir menyakitimu sampai tiba peristiharatanmu yg panjang.

Kulit legam terbakar mentari,

Badan kurusmu menyimpan banyak rahasia,

Tak pernah berfikir untuk bermalasan lagi,

kau terus menguras jiwamu demi memberiku nyawa.

Adil, bertanggungjawab,tegas namun punya hati ,

selembut sutra,

Membayangkan dirimu saat itu ,

Membuat aku berfikir untuk memutar jam dunia ke belakang,

Tapi aku bukan Tuhan.

Dengan tubuh yg rapuh,

Kau terus memikul beban tanpa mengeluh,

Dan aku terus melupakan sakitmu,

Namun,kau terus mengingatkanku pada salahku.

Wahai ayah ku yg tersayang,

Maafkan anakmu yg penuh noda hitam,

Terlalu banyak salah yg tidak terampunkan,

Tapi kau telah berada di alam yg berbeda.

Wahai ibu wanita cinta pertamaku,

Wahai ayah pahlawan tak berseragam ,

Kalian adalah sosok tak tergantikan,

Cuma aku si anak durhaka terlambat menyadarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun