Mohon tunggu...
Farisul Islam
Farisul Islam Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

-

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Manusia Seniman Itu Bebas dan Liar

9 Maret 2023   08:48 Diperbarui: 9 Maret 2023   08:50 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Menulis, menulis, dan menulis. Itulah keseharianku yang aku jalani saat ini. Meski menjadi pendidik disebuah yayasan tidak membuatku berhenti untuk menjadikanku seorang penulis. Meskipun masih satu buku yang mampu aku terbitkan. Tidak membuatku berhenti untuk mencoba menerbitkan buku kembali. Meskipun kali ini masih dalam prosesnya, tapi jika sudah saatnya pasti akan aku terbitkan. Karena menulis itu mampu membuat kita abadi. Abadi dalam sebuah karya yang kita ciptakan sendiri.

Sampai suatu ketika aku mendapat kabar dari pembina teater MTSN 2 Blitar panggil saja Flo, bahwa ada sebuah workshop Teater dan Kepenulisan yang diadakan oleh The Nine Theater Vision atau dikenal dengan THE9ATRE. Workshop ini bertempatkan di sebuah kafe yang dikenal dengan New Dekoloniale Resto & Coffe. Sontak hatiku tergerak untuk mengikuti workshop tersebut. Dengan kemampuan yang masih minim dalam sebuah kepenulisan, workshop tersebut sangat berguna sekali bagiku.

Workshop Teater dan Kepenulisan itu dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2023. Memang benar adanya, waktu akan memberikan kesempatannya kepada kita yang bersungguh -- sungguh dalam meraih sesuatu. Bersyukur rasanya bisa hadir dalam workshop tersebut.

Setelah beberapa hari menunggu, hari yang ditunggu pun datang. Hari dimana aku akan memperoleh sebuah ilmu yang bermanfaat. Mulai dari kepenulisan, teater, artistik, dan filmmaker. Semuanya aku dapatkan pada hari itu juga. Sebenarnya yang menarik perhatianku adalah kepenulisan sastra yang dibawakan oleh Bapak Rusdi Zaki S. SN. Beliau seorang sastrawan sekaligus penulis ternama. Dari situlah aku mendapat banyak sekali ilmu dalam hal menulis yang belum aku ketahui. Meskipun ada beberapa juga yang mengulang kembali tentang teori kepenulisan dalam workshop tersebut.

Menurut Bapak Rusdi Zaki S. SN menulis itu bebas dan liar. Maksudnya bebas mengekspresikan apapun itu dalam diri kita. Karena menulis membuat kita abadi. Yaitu abadi dalam tulisan yang telah kita buat. Seperti halnya D. Zawawi Imron yang dikenal karena karya puisinya yang begitu indah. Selain itu, modal untuk menulis hanyalah sebuah ide yang ada dalam pikiran kita. Selama ada ide kita bisa menulis apapun yang kita mau. Karena ide adalah kunci pokok dalam hal menulis. Begitu kata beliau Bapak Rusdi Zaki S. SN saat menyampaikan sebuah materi di depan.

Beliau begitu berwibawa dan menunjukkan aura sastrawan yang begitu kuat. Sehingga ingin sekali meminta masukan untuk buku pertamaku yang baru terbit. Namun waktu berkehendak lain, beliau begitu sibuk setelah menyampaikan materi kepenulisan. Beliau mempersiapkan untuk pementasan teater nanti malam dalam pembacaan puisi.

Selain itu dalam menulis itu bisa dibedakan menjadi beberapa bagian. Pertama, dalam menulis ada sebuah kiasan, simbol, frasa, dan metafor. Dan itu ditunjukkan saat kita ingin menulis sebuah puisi. Karena dalam menulis puisi, frasa yang disampaikan begitu kuat. Serta sebuah kiasan dan metafor sudah menjadi ciri khas tersendiri dalam kepenulisan puisi.

Kedua, dalam menulis harus terdapat sebuah dialog, konflik, alur/plot cerita, dan eksposisi. Semua itu ditunjukkan saat kita ingin menulis sebuah cerpen. Dan eksposisi ini dibagi menjadi pengenalan tokoh, latar waktu, tempat, dan peristiwa dalam cerita. Yang mampu menarik pembaca dalam sebuah cerpen adalah konflik yang ada dalam cerita itu sendiri.

Ketiga, tokoh dan konflik dalam novel. Sebenarnya sekilas struktur novel dan cerpen sama. Namun yang membedakan adalah, dalam novel tokoh yang dikandungnya harus lebih kuat dan berkarakter dari pada cerpen. Karena mampu mempengaruhi plot cerita dalam sebuah novel. Hingga konflik dalam novel harus benar -- benar membuat pembaca terhipnotis akan begitu hidupnya sebuah cerita dalam novel. Sedangkan dalam cerpen sendiri harus benar -- benar mempersingkat, jelas, dan padat dalam menggambarkan sebuah konflik yang ada pada cerpen. Jika dalam novel, semakin konflik itu hidup dan semakin sulit dalam menemukan penyelesaiannya, maka akan membawa pembaca menjadi penasaran akan bagaimana tokoh dalam novel tersebut mampu menyelesaikan konflik yang sedang dihadapinya.

Bersyukur aku mengikuti kegiatan workshop kali ini. Karena, dalam membuat novel fiksi, aku masih membutuhkan wawasan semacam ini.  Sebuah gambaran pun terpampang dalam pikiranku dan harus aku tuangkan dalam bentuk goresan tinta. Dan akhirnya, nanti sepulang dari workshop aku dapat melanjutkan sebuah karya fiksi yang sedang aku tulis.

Tidak hanya itu, bahkan aku pun mendapat tambahan wawasan lagi tentang teknik kepenulisan yang harus diperhatikan. Bagiku ini lebih masuk kepada editing naskah. Teknik kepenulisan kali ini di bagi dalam beberapa bagian. Pertama, peka terhadap lingkungan sekitar. Menjadi seorang penulis, kita harus peka tentang keadaan sekitar kita. Jika kita berjalan melihat sesuatu yang menjadikan ide untuk kita tulis. Maka tuangkan dalam sebuah tulisan. Dan senjata seorang penulis adalah nootbook dan bolpoin. Dua benda itu merupakan senjata seorang penulis untuk menggambarkan ide yang kita dapat saat dimanapun kita berada. Karena tanpa adanya dua benda itu, maka ide yang ada dalam pikiran kita akan hilang terbawa oleh angin yang berhembus begitu halusnya.

Kedua, ilustrasi. Karena seorang penulis harus memiliki ilustrasi yang begitu tinggi agar mampu menciptakan sebuah karya tulis yang begitu hidup dan mampu menghipnotis para pembaca. Semakin banyak ilustrasi yang dimiliki oleh seorang penulis, maka semakin hidup pula tulisan yang ditulisnya.

Ketiga, mengemas. Seorang penulis harus bisa mengemas sebuah kejadian yang ada didepan matanya. Karena, setiap kejadian tidak terduga pasti muncul kapanpun dan dimanapun kita berada. Dan seorang penulis harus mampu mengemas kejadian yang dilihatnya menjadi sebuah tulisan.

Keempat, menghidupkan cerita. Setelah menulis banyak, seorang penulis harus mengedit kembali tulisannya dan membuat tulisan itu menjadi hidup. Terutama untuk cerpen dan novel fiksi. Karena untuk membuat pembaca tertarik dengan tulisan kita, maka kita harus membuat sebuah cerita yang hidup dan mampu menghipnotis pembaca dengan fatamorgana yang kita sajikan dalam sebuah cerita yang telah kita buat.

Jadi, untuk menjadi seorang penulis kita harus memiliki ide untuk dituangkan dalam bentuk goresan tinta. Setelah itu seorang penulis itu bebas menulis apapun itu. Sebagai seorang penulis kita bebas menentukan apa yang kita tulis. Itulah kenapa seorang penulis itu bebas dan tidak terikat apapun. Kecuali saat kita menulis sebuah karya ilmiah. Karena dalam menulis sebuah karya ilmiah kita harus mengikuti prosedur dan ketentuan yang sudah menjadi pakem dalam kepenulisan karya ilmiah tersebut. Diluar itu, kita bebas menulis apapun yang ingin kita tulis. Terutama untuk seorang penulis yang baru memulai karirnya dalam dunia kepenulisan. Menulis janganlah terpaku dengan sebuah konsep. Namun, menulislah karena kamu ingin menulis. Karena untuk seseorang yang baru memulai menulis hanya perlu menulis tanpa perlu sebuah konsep. Cukup beberapa teori yang sudah saya jelaskan diatas tersebut.

Setelah mendapatkan sebuah materi tentang kepenulisan sastra. Barulah aku mulai mengikuti materi yang selanjutnya. Yaitu tentang teater. Apa itu sebenarnya teater? Apa perbedaan teater dan drama? Dan apa saja yang ada dalam teater itu sendiri. Aku mendapat banyak sesuatu hal yang baru dalam hal tersebut. Dan pada materi teater kali ini ada dua narasumber yang lebih membahas tentang keaktoran dan penyutradaraan. Narasumber tersebut adalah Bapak Arif Kriying S. SN dan Bapak Harwi Mardianto S. SN. Beliau berdua memiliki aura seniman yang begitu kuat. Auranya membuatku terkagum dengan kewibawaan yang ada pada diri mereka. "Jadi, seorang seniman itu seperti ini ya. Memiliki karakteristik yang begitu unik," dalam hati aku berkata demikian. Terutama disaat mereka berdua mulai menyampaikan sebuah materi tentang teater. Begitu takjub aku dibuatnya. Penyampaian yang begitu jelas mampu membuatku menjadi lebih memahami tentang teater yang sebenarnya.

Perbedaan drama dan teater itu terletak pada makna yang terkandung. Drama itu lebih kepada menipu. Kita menipu penonton dengan diri kita yang bertolak belakang dengan sifat aslinya. Sedangkan teater yaitu sebuah pertunjukkan yang ada untuk dinikmati. Namun, kesamaan yang ada dalam drama dan teater adalah sama -- sama memiliki sutradara yang berperan penting dalam mengarahkan sebuah alur cerita yang terjadi. Dan memberikan pengarahan kepada aktor yang berperan dalam sebuah drama dan teater tersebut.

Seorang sutradara harus menguasai beberapa hal agar mampu memberikan pengarahan kepada sang aktor. Pertama, naskah. Benar sekali, seorang sutradara harus menguasai naskah yang sudah ada. Agar mampu mengarahkan aktor untuk berperan sesuai naskah dengan yang ada. Tidak hanya itu. Seorang sutradara juga harus menghidupkan sebuah cerita yang ada dalam naskah yang sudah ada. Karena improvisasi dibutuhkan agar sebuah cerita menjadi hidup saat ditampilkan dan menjadi lebih menarik.

Kedua, analisis. Seorang sutradara harus bisa menganalisis sebuah keadaan sekitar waktu adegan di mulai. Selain itu juga harus mampu menganalisis karakter yang melekat pada diri aktor. Karena hal tersebut mampu mempengaruhi apakah menarik atau tidaknya sebuah adegan dalam cerita. Jika seorang sutradara menginginkan sebuah adegan dengans akting yang natural dan menarik dari seorang aktor, maka seorang sutradara harus mengenal kecocokan karakter aktor dalam adegan yang akan di perankannya.

Ketiga, casting. Casting ini adalah proses seleksi pemain atau aktor yang sesuai dengan peran yang dibutuhkan dalam sebuah adegan. Teori ini berkaitan dengan teori analisis. Itulah mengapa seorang sutradara harus benar -- benar teliti dalam penyeleksian aktor atau pemain.

Keempat, pernapasan. Sebuah latihan pernapasan dalam teater sangatlah penting. Semua ini akan mempengaruhi saat sang aktor sedang melakukan perannya nanti dalam sebuah adegan. Itulah kenapa seorang sutradara harus menguasai teknik pernapasan untuk melatih aktor sebelum melakukan perannya. Karena, pemanasan terpenting dalam teater adalah berada pada pernapasannya. Pernapasan ini dibagi menjadi tiga bagian. Yaitu pernapasan dada, pernapasan perut, dan pernapasan diafragma. Dan ini harus dilakukan bertahap untuk seorang aktor sebelum melakukan perannya.

Kelima, teknik pemeranan. Yang terakhir seorang sutradara harus benar -- benar menguasai teknik pemeranan ini. Karena disaat aktor melakukan kesalahan atau kurang baik dalam berperan, disinilah peran sutradara untuk memberikan pengarahan dengan mencontohkannya. Agar seorang aktor mampu memperbaiki kesalahannya dan menjadikannya sebuah referensi saat melakukan sebuah adegan kembali.

Itulah lima dasar penting yang harus dikuasai oleh seorang sutradara. Dan masih banyak lagi teori yang aku dapatkan saat workshop tersebut. Bahkan, begitu banyaknya teori tidak mungkin rasanya untuk menjelaskan satu persatu dalam sebuah tulisan ini. Bermanfaat bukan? Sudah pasti tentunya. Dan aku bersyukur mengikuti workshop ini sampai akhir.

Setelah itu, kedua materi selanjutnya lebih pada berdiskusi dan sharing kepada peserta workshop. Karena, dalam penyampaiannya, pemateri lebih cenderung mencontohkan dan menggambarkan langsung sebuah kejadian yang terjadi saat dilapangan atau tempat diadakannya sebuah teater. Kedua materi ini yaitu artistik dalam teater dan filmmaker. Karena kedua materi ini lebih melihat kondisionalitas sebuah tempat untuk ditata sedemikian rupa dan kemudian di dokumentasikan. Itulah kenapa kedua pemateri ini lebih cenderung memberikan gambaran yang ada saat nanti kita berada ditempat yang akan digunakan dalam sebuah pertunjukkan teater.

Itulah materi yang aku dapatkan saat mengikuti kegiatan workshop Teater dan Kepenulisan. Beragam ilmu telah aku dapatkan dan bertemu dengan orang -- orang ternama dalam dunia seni merupakan kebanggaan tersendiri dalam hidupku. Menarik, unik, dan memiliki ciri khas tersendiri dari setiap seniman yang ada. Itulah kenapa seorang seniman itu bebas dan liar. Mereka bebas mengekspresikan beragam ide yang ada di dalam pikiran mereka dan di tuangkan dalam bentuk apapun. Baik dalam bentuk naskah maupun sebuah adegan. Bahkan dalam sebuah spontanitas berpuisi pun bisa. Asyik bukan? Itulah kenapa aku memulai karir menjadi seorang penulis ini dikarenakan bebas dalam mengekspresikan segala apapun dalam bentuk tinta yang menjejakkan warnanya disebuah kanvas putih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun