Kedua, ilustrasi. Karena seorang penulis harus memiliki ilustrasi yang begitu tinggi agar mampu menciptakan sebuah karya tulis yang begitu hidup dan mampu menghipnotis para pembaca. Semakin banyak ilustrasi yang dimiliki oleh seorang penulis, maka semakin hidup pula tulisan yang ditulisnya.
Ketiga, mengemas. Seorang penulis harus bisa mengemas sebuah kejadian yang ada didepan matanya. Karena, setiap kejadian tidak terduga pasti muncul kapanpun dan dimanapun kita berada. Dan seorang penulis harus mampu mengemas kejadian yang dilihatnya menjadi sebuah tulisan.
Keempat, menghidupkan cerita. Setelah menulis banyak, seorang penulis harus mengedit kembali tulisannya dan membuat tulisan itu menjadi hidup. Terutama untuk cerpen dan novel fiksi. Karena untuk membuat pembaca tertarik dengan tulisan kita, maka kita harus membuat sebuah cerita yang hidup dan mampu menghipnotis pembaca dengan fatamorgana yang kita sajikan dalam sebuah cerita yang telah kita buat.
Jadi, untuk menjadi seorang penulis kita harus memiliki ide untuk dituangkan dalam bentuk goresan tinta. Setelah itu seorang penulis itu bebas menulis apapun itu. Sebagai seorang penulis kita bebas menentukan apa yang kita tulis. Itulah kenapa seorang penulis itu bebas dan tidak terikat apapun. Kecuali saat kita menulis sebuah karya ilmiah. Karena dalam menulis sebuah karya ilmiah kita harus mengikuti prosedur dan ketentuan yang sudah menjadi pakem dalam kepenulisan karya ilmiah tersebut. Diluar itu, kita bebas menulis apapun yang ingin kita tulis. Terutama untuk seorang penulis yang baru memulai karirnya dalam dunia kepenulisan. Menulis janganlah terpaku dengan sebuah konsep. Namun, menulislah karena kamu ingin menulis. Karena untuk seseorang yang baru memulai menulis hanya perlu menulis tanpa perlu sebuah konsep. Cukup beberapa teori yang sudah saya jelaskan diatas tersebut.
Setelah mendapatkan sebuah materi tentang kepenulisan sastra. Barulah aku mulai mengikuti materi yang selanjutnya. Yaitu tentang teater. Apa itu sebenarnya teater? Apa perbedaan teater dan drama? Dan apa saja yang ada dalam teater itu sendiri. Aku mendapat banyak sesuatu hal yang baru dalam hal tersebut. Dan pada materi teater kali ini ada dua narasumber yang lebih membahas tentang keaktoran dan penyutradaraan. Narasumber tersebut adalah Bapak Arif Kriying S. SN dan Bapak Harwi Mardianto S. SN. Beliau berdua memiliki aura seniman yang begitu kuat. Auranya membuatku terkagum dengan kewibawaan yang ada pada diri mereka. "Jadi, seorang seniman itu seperti ini ya. Memiliki karakteristik yang begitu unik," dalam hati aku berkata demikian. Terutama disaat mereka berdua mulai menyampaikan sebuah materi tentang teater. Begitu takjub aku dibuatnya. Penyampaian yang begitu jelas mampu membuatku menjadi lebih memahami tentang teater yang sebenarnya.
Perbedaan drama dan teater itu terletak pada makna yang terkandung. Drama itu lebih kepada menipu. Kita menipu penonton dengan diri kita yang bertolak belakang dengan sifat aslinya. Sedangkan teater yaitu sebuah pertunjukkan yang ada untuk dinikmati. Namun, kesamaan yang ada dalam drama dan teater adalah sama -- sama memiliki sutradara yang berperan penting dalam mengarahkan sebuah alur cerita yang terjadi. Dan memberikan pengarahan kepada aktor yang berperan dalam sebuah drama dan teater tersebut.
Seorang sutradara harus menguasai beberapa hal agar mampu memberikan pengarahan kepada sang aktor. Pertama, naskah. Benar sekali, seorang sutradara harus menguasai naskah yang sudah ada. Agar mampu mengarahkan aktor untuk berperan sesuai naskah dengan yang ada. Tidak hanya itu. Seorang sutradara juga harus menghidupkan sebuah cerita yang ada dalam naskah yang sudah ada. Karena improvisasi dibutuhkan agar sebuah cerita menjadi hidup saat ditampilkan dan menjadi lebih menarik.
Kedua, analisis. Seorang sutradara harus bisa menganalisis sebuah keadaan sekitar waktu adegan di mulai. Selain itu juga harus mampu menganalisis karakter yang melekat pada diri aktor. Karena hal tersebut mampu mempengaruhi apakah menarik atau tidaknya sebuah adegan dalam cerita. Jika seorang sutradara menginginkan sebuah adegan dengans akting yang natural dan menarik dari seorang aktor, maka seorang sutradara harus mengenal kecocokan karakter aktor dalam adegan yang akan di perankannya.
Ketiga, casting. Casting ini adalah proses seleksi pemain atau aktor yang sesuai dengan peran yang dibutuhkan dalam sebuah adegan. Teori ini berkaitan dengan teori analisis. Itulah mengapa seorang sutradara harus benar -- benar teliti dalam penyeleksian aktor atau pemain.
Keempat, pernapasan. Sebuah latihan pernapasan dalam teater sangatlah penting. Semua ini akan mempengaruhi saat sang aktor sedang melakukan perannya nanti dalam sebuah adegan. Itulah kenapa seorang sutradara harus menguasai teknik pernapasan untuk melatih aktor sebelum melakukan perannya. Karena, pemanasan terpenting dalam teater adalah berada pada pernapasannya. Pernapasan ini dibagi menjadi tiga bagian. Yaitu pernapasan dada, pernapasan perut, dan pernapasan diafragma. Dan ini harus dilakukan bertahap untuk seorang aktor sebelum melakukan perannya.
Kelima, teknik pemeranan. Yang terakhir seorang sutradara harus benar -- benar menguasai teknik pemeranan ini. Karena disaat aktor melakukan kesalahan atau kurang baik dalam berperan, disinilah peran sutradara untuk memberikan pengarahan dengan mencontohkannya. Agar seorang aktor mampu memperbaiki kesalahannya dan menjadikannya sebuah referensi saat melakukan sebuah adegan kembali.