Mohon tunggu...
Farisul Islam
Farisul Islam Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

-

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sebuah Rasa yang Tabu

12 Desember 2022   13:11 Diperbarui: 12 Desember 2022   13:26 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Kala itu, pertama kali aku menemukanmu. Memandangmu, dan bertanya pada diri disaat kali pertama kita bertemu.

"Siapa kamu? begitu penuh misteri." Tanyaku dalam hati

Dengan pertanyaan itu, diriku terus memandanginya tanpa ada sapaan yang kuberikan kepada dirimu. Kala itu memang diriku tak ingin dan bahkan tak pernah ingin mencari tahu tentang dirimu. Sampai disaat semesta mempertemukan kita tanpa ada kesengajaan. Tepat ada acara dengan guru - guru satu kecamatan tanpa sadar aku tersapa oleh dirimu. Kamu datang dengan motor matic keparkiran dan menuju kearahku.

"Kamu bukannya yang kemarin basket? temennya si Mahbub." Sapanya

"Iya, kamu yang di ajak Mahbub kemarin?" Tanyaku balik

"Iya." Singkatnya

"Oalah, pantes kek gak asing." Basa basiku

"Minta tolong dong sedikit pinggirin motor sebelah mu." Pintanya

"Oh iya bentar" Sahutku serta dengan sigap ku menyisihkan motor yang ada disebelahku.

Dari situlah kami memulai sebuah sapaan sederhana. Pun, aku masih belum begitu penasaran tentang dirimu. Hanya sebuah sapaan untuk formalitas saja. Memang pertemuan yang tak begitu istimewa terkadang membuahkan sebuah ending yang istimewa. Itu sih gambaran dari beberapa sinetron FTV yang pernah ku lihat. 

Tapi, tak pernah menyangka sampai suatu kejadian pun membuatku begitu penasaran akan dirinya. Ingin tahu lebih dalam akan dirinya. Bahkan dialah yang mampu merobohkan benteng kokoh yang sudah aku buat. 

Dan kejadian itu terjadi tepat acara guru - guru kecamatan yang berkumpul untuk melakukan zoom meeting dan tiap perwakilan sekolahan aku ditunjuk untuk mewakili sekolahan tempatku mengajar. 

Dan tempat zoom meeting ini bertempat di sekolahnya. Siapa sangka sang semesta mempertemukan kembali. Jika dikata kebetulan mungkin lebih ke sebuah skenario yang sudah dibuat oleh semest. Tepat waktu istirahat setelah zoom meeting dia menyiapkan sebuah konsumsi dan aku pun membantunya sekaligus berbincang dengan tujuan hanya basa - basi. Dan disaat itulah benteng yang begitu kokoh dalam diriku roboh seketika.

"Eh ketemu lagi, gimana kabar? sehat atau sedang tidak baik - baik saja?" Sapa ku dengan sebuah candaan.

"Dih, ya jelas baik dong." Serunya.

"Btw kita belum saling tahu nama looooo, kenalan secara formal gih." Seruku.

"Emang harusnya kenalan formal gt? kan aku sudah tahu namamu dari si Mahbub hahaha" Sahutnya dengan terkekeh - kekeh.

"Ya kamu udah tahu namaku, sedangkan aku belum." Sahutku sambil menjulurkan tangan.

"Iya deh, panggil aja aku dewi. Aku manggil kamu apa nih?" Lontarnya.

"Farisul. Bisa Isul atau Far. Terserah pilih yang mana." Ujarku

"kog malah suruh milih loooo. Aneh." Dia terkekeh.

"Soalnya panggilanku ada dua itu. Kebanyakan manggil Isul. Yang manggil Far cuma beberapa." Ujarku

"Hmmmmm....... ku panggil Far aja kalo gt." Ujarnya.

"Ok. eh kapan free? ngopi yuk." Tanyaku

"Hmmmm boleh, tp kapannya kapan ntuh?" Ucapnya.

"Gini aja catet nomor WA mu di selulerku." Tegasku sambil menyodorkan

"Dih modus." Lontarnya.

"Namanya juga cowok masak kagak modus. Bukan cowok dong kalo gak modus. Hahahaha." Candaku sambil terkekeh.

Dari situlah aku dengan dirinya mulai sering menghubungi melalui seluler. Bahkan kami pun udah tiga kali sering keluar bersama. Sampai ada sebuah kejadian yang bagiku tak mengenakan baginya. Malam itu  kami berdua keluar menuju riuhnya bazar di desaku. Sungguh sial saat kami pulang. Motor tua yang kami kendarai secara tiba saja bannya bocor. Untung saja jarak dari rumahku tak jauh. Cuma sekitar 50 meter dari tempat kejadian.

"Eh bentar dew, kerasa kagak kalo motornya meleyot?" Tanyaku.

"Masak sih?" Dia mengernyitkan dahinya sambil duduk berada diboncengan motor tua itu.

Secara tiba saja aku berhenti.

"Bentar, mohon maaf kamu turun bentar. Bocor keknya ini." Ujarku sambil menolehkan ke pusat yang menyebabkan motor tua itu menjadi tak seimbang.

"Kan bener bocor. Aduuuuhhhh." Gelisahku.

"Oh kalo kayak gitu tadi bocor ya? Terus gimana dong, masak aku jalan samapi ruamh" Sahutnya dengan rasa sebal yang mewarnai wajahnya.

"Tenang, gak bakal ku suruh jalan sampai rumah. Cukup jalan sampai rumahku. Ntar ku antar pakai motor tetanggaku." Ucapku dengan mencoba menenangkannya.

"Kuat kan nuntun sendiri? aku gak ikut nuntun." Cakapnya.

"Udah santai gapapa, masak calon Imam gini aja gak kuat. Malu akunya nanti. hehe." Candaku untuk memecah suasana.

Setiba dirumahku langsung dengan sigap aku meminjam motor tetangga untuk mengantarnya pulang. Dari situlah awal semuanya bermula. Iya! bermula menjadi manusia asing kembali. Dahulu kita dua manusia asing yang begitu akrab. Dan sekarang, kita kembali lagi menjadi dua makhluk asing yang lebih asing dari biasanya. Entah meman dia sudah tahu akan perasaanku atau memang sebuah peristiwa tak terduga dimalam itu. Dan aku pun mencoba untuk menjelaskannya lagi kepadanya melalui chat wa. Karena sudah memang dia yang selalu menolak untuk bertemu lagi.

"Dew, kenapa to kog akhir - akhir ini kita begitu asing?" Tanyaku.

"Gak kenapa - apa" Jawabnya singkat

"Dew, aku ingin bertemu denganmu lagi ingin berbincang lagi, dan sekarang ada yang harus aku sampaikan secara empat mata denganmu. Apa perihal kejadian malam itu? atau mungkin aku punya salah denganmu? jika memang aku minta maaf. Ada apa dew? akhir - akhir ini bukan seperti dirimu biasanya" Tanyaku lagi dalam chat WA.

"Ini bukan soal kejadian malam itu, dan kamu juga tidak punya salah. Namun, aku masih merasakan sakit yang amat dalam dari sebuah rasa yang pernah datang. Aku masih tidak ingin lagi mencintai siapapun dan tidak ingin dicintai oleh siapapun. Jadi jika memang hanya ngomongin soal perasaan nggak usah deh. Cukup! aku dan kamu pun juga masih baru kenal. Sekali lagi ku perjelas aku sedang takut jatuh cinta lagi. Itulah kenapa saat ini tidak ingin mencintai dan dicintai oleh siapapun."Jelasnya.

"Jika memang itu sebuah alasan dan kehendak darimu aku memang tidak akan pernah memaksa. Tapi jika kamu sadar, kamu justru juga memberi rasa trauma kepada orang yang sebenarnya dia juga mencintaimu secara diam - diam. Jika memang itu kehendakmu akan aku terima. Dan semoga kita bertemu kembali. See you orang baik." Jawabku dengan emot senyum.

Dari situ kami sudah tidak lagi sering berhubungan melalu chat seluler dan mulai kembali menjadi manusia asing dan lebih asing dari pertama kali kenal. Bukannya aku yang bisa mengeluarkannya dari rasa trauma yang selama ini dia terima. Justru sebaliknya, akulah yang diberi rasa trauma oleh dirinya. Hati ini menjadi sesak, panas, bahkan begitu sakit setelah menerima penjelasan darinya. Memang ini yang harus aku terima. Aku tak boleh terlalu jauh membuatnya menjadi tidak nyaman. 

Dan aku harus sadar bahwa bukan aku yang diinginkannya. Aku berterima kasih dengan dirimu yang telah mengajarkanku kembali akan cinta yang bertepuk sebelah tangan ingin. Lagi - lagi aku dipertemukan oleh sebuah rasa cinta yang dimiliki oleh diriku seorang tidak dengannya. Bertepuk sebelah tangan itu memang menyakitkan. Sekali terima kasih cinta yang telah hadir. Mulai titik ini aku akan kembali menyendiri dan tidak lagi mencintai siapapun juga.

"Itulah cinta. Satunya mencoba mengeluarkan satu orang dari rasa traumanya. Satunya lagi mendapat rasa trauma dari apa yang dia perbuat. Bahkan, sialnya orang yang berniat menolong orang lain dari rasa trauma itu gagal menolongnya juga. Justru dirinya ikut masuk dalam ruang trauma yang amat dalam. Sehingga kita sama - sama merasakan sebuah rasa trauma yang dibuat oleh diri kita sendiri. Teruntuk kamu, kamu memang masih mencintaimu hingga saat ini meski memang aku gagal membawamu keluar dari rasa trauma yang ada dalam dirimu. Namun aku akan mencari cara lain agar dirimu bisa keluar dari rasa trauma itu. Antara aku yang harus menjauh pergi dan membiarkanmu sendiri. Atau aku yang masih mengedepankan egoku untuk mendapatakanmu. Cinta memang rumit."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun