Mohon tunggu...
Faris Nurul
Faris Nurul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa universitas islam negri sultan maulana hasannudin banten

Hiking, mancing juga seru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengatasi Biaya, Infrastruktur, dan Ketergantungan Sumber Daya: Tantangan Utama dalam Pengembangan Teknologi Ramah Lingkungan

29 Desember 2024   18:57 Diperbarui: 29 Desember 2024   20:29 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Saat ini, teknologi ramah lingkungan semakin banyak diperhatikan sebagai solusi untuk masalah perubahan iklim dan kebutuhan energi yang lebih bersih. Kendaraan listrik, energi terbarukan, dan teknologi pengelolaan sampah yang lebih efisien menjadi beberapa contoh yang bisa mengubah cara kita hidup dan bekerja. Namun, meski banyak manfaat yang bisa didapat, ada beberapa tantangan besar yang masih menghalangi penggunaan teknologi hijau secara luas. Tiga masalah utama yang sering muncul adalah biaya yang tinggi, keterbatasan infrastruktur, dan ketergantungan pada bahan baku terbatas.

1. Biaya Tinggi: Masalah yang Masih Membebani

Salah satu masalah terbesar dalam adopsi teknologi ramah lingkungan adalah biaya. Kendaraan listrik (EV) dan sistem penyimpanan energi, seperti baterai, membutuhkan investasi awal yang cukup besar. Meskipun harga kendaraan listrik sedikit menurun dalam beberapa tahun terakhir, harga baterai lithium-ion---yang merupakan komponen utama---masih tergolong tinggi.

Biaya produksi kendaraan listrik dan sistem energi terbarukan sering kali jauh lebih mahal dibandingkan dengan kendaraan bermesin pembakaran internal atau pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Walaupun biaya kendaraan listrik semakin turun, harga baterai dan komponen lainnya masih menjadi hambatan bagi banyak orang untuk beralih ke teknologi hijau.

Bagi sebagian orang, harga kendaraan listrik yang lebih tinggi tetap menjadi penghalang utama, meskipun pemerintah di beberapa negara menawarkan insentif atau subsidi. Selain itu, banyak negara yang masih membutuhkan dukungan finansial agar bisa memperkenalkan teknologi ramah lingkungan secara luas.

2. Infrastruktur yang Belum Memadai: Kendala Penggunaan yang Luas

Selain biaya, masalah lainnya adalah infrastruktur yang belum memadai. Kendaraan listrik, misalnya, membutuhkan banyak stasiun pengisian daya yang tersebar luas dan mudah diakses. Di beberapa negara, terutama di daerah pedesaan, jumlah stasiun pengisian daya masih sangat terbatas, sehingga membuat pengguna kendaraan listrik kesulitan dalam perjalanan jauh.

Begitu juga dengan energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin. Karena energi ini bergantung pada cuaca, dibutuhkan sistem penyimpanan yang efektif untuk memastikan pasokan energi tetap tersedia saat dibutuhkan. Namun, penyimpanan energi yang efisien masih menjadi tantangan besar.

Tanpa adanya investasi besar dalam infrastruktur seperti jaringan pengisian daya dan sistem penyimpanan energi, teknologi ramah lingkungan sulit untuk diterapkan secara efektif di banyak tempat.

3. Ketergantungan pada Bahan Baku Terbatas: Tantangan dari Alam

Selain itu, banyak teknologi hijau bergantung pada bahan baku tertentu, seperti lithium yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik dan sistem penyimpanan energi. Meskipun lithium lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar fosil, proses penambangannya dapat merusak lingkungan, dan ada kekhawatiran soal pasokan bahan ini yang terbatas.

Bahan lain seperti kobalt dan nikel juga sangat dibutuhkan dalam pembuatan baterai, tetapi penambangan bahan-bahan ini sering kali berhubungan dengan masalah sosial dan kerusakan lingkungan. Ketergantungan pada bahan-bahan alam yang terbatas ini menjadi masalah besar dalam memastikan keberlanjutan teknologi ramah lingkungan di masa depan.

Untuk mengatasi hal ini, banyak pihak yang sedang mencari alternatif bahan baku yang lebih ramah lingkungan, seperti sodium atau silikon. Namun, teknologi ini masih dalam tahap pengembangan dan belum dapat digunakan dalam skala besar.

Meski tantangan-tantangan ini cukup besar, banyak pihak yang terus bekerja untuk mencari solusi. Pemerintah, perusahaan, dan lembaga riset kini semakin banyak berkolaborasi untuk menciptakan kebijakan yang mendukung penggunaan teknologi ramah lingkungan, serta mempercepat pengembangan infrastruktur yang diperlukan.

Beberapa negara sudah mulai memberikan insentif pajak dan subsidi untuk kendaraan listrik. Selain itu, perusahaan-perusahaan teknologi juga terus berinvestasi dalam riset untuk mencari baterai alternatif yang lebih ramah lingkungan. Pembangkit energi terbarukan yang lebih efisien dan jaringan pengisian daya yang lebih luas juga terus dikembangkan.

Meskipun tantangan dalam mengadopsi teknologi ramah lingkungan masih ada, solusi-solusi baru semakin bermunculan. Dengan adanya investasi yang tepat dan kerjasama antara berbagai pihak, transisi ke teknologi hijau bisa berjalan lebih cepat. Biaya yang lebih terjangkau, infrastruktur yang memadai, dan pengurangan ketergantungan pada bahan baku yang terbatas bisa membawa kita menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Oleh karena itu, penting untuk terus mendorong inovasi dan kerja sama agar teknologi ramah lingkungan bisa dinikmati oleh semua orang, di mana pun mereka berada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun