Mohon tunggu...
Fariska Amalia
Fariska Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur

Fariska Amalia, seorang pembelajar yang giat mengasah pengetahuan dan keterampilan. Berbekal kejujuran, ketelitian, adaftif, kerja keras, loyalitas, dan daya juang yang tinggi, siap menjadi pribadi yang tumbuh secara profesional.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penggunaan Batik Impor: Refleksi Penurunan Semangat Bela Negara?

22 Desember 2024   00:56 Diperbarui: 22 Desember 2024   00:56 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Isu impor batik dari China yang diduga memperburuk kondisi ekspor batik lokal menjadi atensi khusus bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi pengrajin batik dan pengusaha batik. Hal ini tidak hanya mempengaruhi jalannya roda ekonomi nasional, namun juga menimbulkan beberapa tanda tanya, apakah Indonesia sebagai tuan rumah batik masih membutuhkan impor batik? Bukankah impor batik dapat menggerus semangat bela negara? Mari kita bahas lebih lanjut.

Batik merupakan warisan budaya asal Indonesia yang diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda pada 2 Oktober 2019. Selanjutnya, 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Sebagai warisan budaya yang wajib dipertahankan, salah satu upayanya adalah melalui pendirian industri batik yang disertai kegiatan jual-beli hingga ekspor-impor. Sebagai tuan rumah batik, Indonesia kaya akan keberagaman motif batik dari Sabang sampai Merauke. Berkembangnya batik di ranah internasional membawa dampak positif sekaligus dampak negatif bagi eksistensi batik nasional. Dampak positif ketika batik banyak dikenal masyarakat luar negeri sekaligus dapat memperkenalkan budaya Indonesia di luar negeri. Dampak positif ini sudah sepatutnya dipertahankan. Namun dampak negatif seperti produk plagiasi batik yang diproduksi oleh negara lain sepatutnya perlu diminimalisir untuk menjaga orisinalitas batik Indonesia. Sebab batik bukan hanya sekadar karya seni, namun batik juga memiliki filosofi refleksi bela negara bagi masyarakat Indonesia.

Bela negara merupakan upaya yang dilandasi dengan keyakinan penuh terhadap kecintaan pribadi terhadap negara Indonesia dengan upaya melakukan tindakan sesuai nilai-nilai bela negara. Semangat bela negara didasari oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Bela negara memiliki 5 nilai yang dapat diimplementasikan oleh warga negara Indonesia, yakni cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, berkeyakinan Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban untuk bangsa negara, dan memiliki kemampuan awal bela negara.

Korelasi batik dengan sikap bela negara adalah penggunaan dan bangga terhadap batik merupakan simbol dari nilai bela negara yakni cinta tanah air karena batik merupakan warisan budaya asli Indonesia. Artinya, masyarakat Indonesia yang memakai dan bangga terhadap batik Indonesia sudah bisa dinyatakan telah mengimplementasikan bela negara. Namun apa jadinya jika batik yang digunakan adalah batik impor? Apakah masih bisa dikatakan sebagai bentuk bela negara? Menurut penulis, penggunaan batik impor dalam kehidupan sehari-hari masih belum bisa dikatakan mengimplementasikan bela negara dengan alasan sebagai berikut:

Perbedaan Filosofi Dalam Motif Batik dan Teknik Membatik

            Batik Indonesia memiliki motif yang beragam yang tersebar di penjuru Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Pada masing-masing motif tersebut mengandung filosofi yang menggambarkan karakter bela negara. Sebagai contoh, karakter yang terkadung dalam motif batik Srambang Park asal Ngawi, Jawa Timur, Indonesia antara lain: (1) daun pinus menggambarkan, cinta damai, bersahabat, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab; (2) aneka bunga mengilustrasikan religius, cinta tanah air, menghargai prestasi, dan percaya diri; (3) daun teh jamus mencerminkan cinta damai dan peduli lingkungan; (4) padi mendeskripsikan rendah hati dan kompak; (5) jati menjabarkan mandiri dan disiplin; (5) gading trinil menjabarkan kerja keras dan cinta damai; serta (6) benteng pendem menguraikan tanggung jawab dan kerja keras. Lain halnya dengan motif batik negara lain yang mengedepankan karakter negaranya, bukan karakter bela negara Indonesia. Misalkan batik impor asal China cenderung bermotif naga, burung phoenix, kura-kura, dan dewa-dewi Kong Hu Chu yang sejalan dengan kepercayaan masyarakat China. Batik asal China secara keseluruhan merupakan batik cetak mesin karena di negara China tidak terdapat batik tulis atau batik cap seperti di Indonesia.

Mendukung Impor Artinya Belum Sepenuhnya Menghargai Industri Batik Dalam Negeri

Total industri batik di Indonesia mencapai 5.946 industri kecil menengah (IKM) yang tersebar di 11 provinsi, serta sebanyak kurang lebih 200.000 tenaga kerja yang bekerja pada industri batik Indonesia. Industri ini ada yang berfokus perdagangan dalam negeri saja, ada pula yang telah memperluas bisnisnya melalui ekspor. Menurut penulis, jumlah ini terbilang fantastis. Maka sangat disayangkan apabila konsumen dalam negeri lebih memilih batik impor dalam keseharian sedangkan industri batik dalam negeri terus berupaya memberikan kualitas yang terbaik.

Upaya yang dapat dilakukan agar impor batik tidak dapat menggerus semangat bela negara adalah sebegai berikut.

Lebih Selektif Mengenal Batik dan Mengerti Filosofinya

Sebagai generasi penerus bangsa yang berjalan beriringan dengan perkembangan IPTEK yang sangat mumpuni, sudah seharusnya bisa lebih selektif dalam memilah dan memilih batik. Pilihlah batik yang bermotif khas Indonesia. Dengan mengerti filosofi yang terkandung dalam motif tersebut, dapat menambah kecintaan terhadap tanah air yang sekaligus menambah kesdaran bela negara.

Pemerintah Lebih Memperketat Impor Batik 

Melalui kebijakan impor, pemerintah diharapkan lebih memperketat kebijakan impor batik, terlebih impor illegal yang bisa saja terjadi. Meski pada 2024 impor batik mengalami penurunan sebesar 8,29 persen secara tahunan atau year on year (yoy), tidak menutup kemungkinan batik impor masih konsisten menyaingi batik dalam negeri. Pemerintah juga dapat mengimbau masyarakat agar jangan mudah tergiur dengan harga batik impor yang lebih murah, sebab harga batik dalam negeri yang dipasarkan turut membantu memperlancar roda ekonomi nasional yang sesuai dengan salah satu nilai bela negara yakni nilai rela berkorban untuk bangsa dan negara.

Penambahan Tenaga Kerja Pada Industri Batik Dalam Negeri Bila Diperlukan

Kekurangan tenaga kerja dan lambatnya produktivitas industri batik yang tidak sesuai pasar bukan menjadi alasan untuk menjelankan impor batik yang tidak sesuai dengan filosofi semangat bela negara. Pemerintah dapat menambah industri batik yang dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat jika memang output yang dihasilkan oleh industri batik masih dirasa kurang.

Pada akhirnya, penggunaan batik Indonesia lebih merefleksikan semangat bela negara daripada penggunaan batik impor karena filosofi motif batik Indonesia sejalan dengan nilai-nilai bela negara untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dukungan bagi industri batik dalam negeri dapat diupayakan oleh pemerintah melalui memperketat kebijakan impor dan membuka industri batik baru. Upaya yang dapat dilakukan masyarakat antara lain yakni lebih selektif memilih batik, menggunakan batik dalam negeri dalam berkegiatan sehari-hari, dan tetap membeli batik Indonesia daripada batik impor.

REFERENSI

Achmad, N. M., & Djumena, E. (2024, Oktober 2). Menperin Agus: Batik Indonesia Berhadapan dengan Produk-produk Impor. Retrieved from KOMPAS.com: https://money.kompas.com/read/2024/10/02/153900126/menperin-agus--batik-indonesia-berhadapan-dengan-produk-produk-impor-

Batik China Pun Serbu Tanah Abang. (2011, September 23). Retrieved from ANTARA: https://www.antaranews.com/berita/276705/batik-china-pun-serbu-tanah-abang

Fauzan, A. M. (2024, September 26). Kemenperin Sebut Industri Batik Menyerap 200 Ribu Tenaga Kerja. Retrieved from ANTARA: https://www.antaranews.com/berita/4360315/kemenperin-sebut-industri-batik-menyerap-200-ribu-tenaga-kerja#google_vignette

Hamdani, T. (2024, September 26). 200 Ribu Pekerja Gantungkan Nasib di Industri Batik. Retrieved from IDN Times: https://www.idntimes.com/business/economy/trio-hamdani/200-ribu-pekerja-gantungkan-nasib-di-industri-batik

Hartatik, T., Winarni, R., & Surya, A. (2021). Studi Nilai Karakter pada Simbolisme Batik Ngawi Motif Srambang Park dalam Pembelajaran Seni Rupa. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendiidkan, Pengajaran, dan Pembelajaran, 227-238.

Hudah, K. (2023, Mei 21). Batik Tionghoa. Retrieved from Batik Prabuseno: https://www.batikprabuseno.com/artikel/edukasi/batik-tionghoa/

Rahayu, M., Farida, R., & Apriana, A. (2019). Kesadaran Bela Negara Pada Mahasiswa. Epigram, 175-180.

Siregar, A. P., Raya, A. B., Nugroho, A. D., Indana, F., Prasada, I. M., Andiani, R., . . . Kinasih, A. T. (2020). Upaya Pengembangan Industri Batik di Indonesia. Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 79-92.

Widodo, J. (2010, Februari 5). Budaya China Dalam Batik Indonesia. Retrieved from ANTARA: https://www.antaranews.com/berita/172694/budaya-china-dalam-batik-indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun