Mohon tunggu...
Faris Dwi Ristian
Faris Dwi Ristian Mohon Tunggu... Guru - Sebagai pendidik disalah satu sekolah negeri yang ada di Jawa Timur

Jangan menyerah dan selalu kuat, karena kehidupan terkadang berjalan tidak sesuai keinginan. Dan menyadari bahwa dengan usaha dan kerja keraslah yang akan membuat rasa pencapaian itu ada.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menguak Lingga dan Yoni Candi Gedhong Putri

23 Desember 2023   20:59 Diperbarui: 23 Desember 2023   21:26 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lingga dan yoni candi gedhong putri terletak di wilayah Kabupaten Lumajang, Kecamatan Candipuro, Desa Kloposawit. Desa Kloposawit terletak kurang lebih 25 km dari pusat kota Lumajang. Lingga dan yoni candi gedhong putri terletak disebelah selatan desa kloposawit yang berbatasan dengan Desa Candipuro serta berbatasan dengan alam berupa sungai. 

Di Situs Gedong Putri terdapat tumpukan batu bata kuno yang kondisi sudah patahan dan tidak berbentuk sebuah bagunan. Lumpang batu, umpak batu serta batu andesit sudah dipahat dalam bentuk segi empat. 

Sedangkan pada temuan lingga dan yoni tempatnya terpisah dengan situs candi gedong putri. Letak lingga dan yoni berada pada sisi barat laut berjarak kurang lebih 70 m dari Candi Gedong Putri. Area sekitar Situs Gedhong Putri memperlihatkan bekas aliran banjir lahar dingin dari gunung semeru dengan batu vulkanik yang berserakan, ada kemungkinan area situs Gedhong Puteri sangat luas.

Dengan temuan lingga dan yoni, yang mempunyai fungsi yaitu yoni merupakan tumpuan untuk suatu arca atau lingga yang berfungsi sebagai penyalur air pembasuh arca atau lingga. 

Lingga merupakan simbol dewa Siwa yang bentuknya seperti kemaluan laki (Phallus). Dewa Siwa dihubungkan dengan lambang kesuburan dan lambang Siwa sebagai pemberi air[Bosch. 1963], Siwa juga terkenal disembah sebagai  Lingga, Simbol kelamin laki laki[Hadiwijono, H. 1990], lingga dan yoni dapat kita jumpai di sejumlah situs Candi di Malang. Tulungagung, Blitar, Mojokerto, dan Jombang, Madiun. 

Bangunan ini biasa ditemukan  di balik utama candi atau ada juga yang posisinya terbuka dalam arti dikelilingi candi. Bangunan lingga dan yoni merupakan simbol dari penganut agama sekte Siwa yang memang pada masa Majapahit sangat dominan. Bagi para pengikut Siwa Lingga adalah perwujudan dari Dewa Siwa, sedangkan yoni perwujudan dari Dewi Pertiwi, istri Dewa Siwa.  Lingga (unsur maskulin) yang menancap pada yoni (unsur feminim) menggambarkan penyatuan antara Siwa dan Pratiwi yang melambangkan kesuburan. 

Penyatuan keduanya merupakan kekuatan tertinggi. Lingga dan Yoni yang ditemukan di gedong putri memiliki pahatan yang halus. Yoni ini memiliki pelipit sisi genta dibagian bawah dan pelipit persegi pada bagian badan. 

Cerat yoni di sangga oleh pahatan naga halus, indah dan detail dalam pemahatanya dan dilengkapi dengan aksesoris yang berupa kalung (hara) dan Subang (Kundala). Pada area sekitaran lingga dan yoni dengan jarak 5 meter masih banyak ditemukan batu bata merah kuno ada di dalam tempat aliran air irigasi para petani.

Dengan adanya lingga dan yoni di dekat situs Gedhong Putri menjelaskan ada kegiatan religi, sosial, dan politik.  Kegiatan religi, membuktikan bahawa masyarakat yang tinggal di Situs Gedhong Putri bercorak Hindu bersekte siwa. Kegiatan sosial, Lingga dan Yoni lambang kesuburan, ini menginterpretasikan daerah sekitar Situs Gedhung Putri yang memiliki kesuburan tanah. 

Wilayah gedung puteri sendiri dalam sistem pengairannya sangat bagus air tersedia sepanjang tahun dan ada temuan baru berada ditengah-tengah area situs Gedhong Putri terdapat sumber mata air ada dugaan bahwa petirtaan yang dimanfaatkan sebagai sumber air bersih dan tempat penyucian pada masa itu. 

Politik, Lingga dan Yoni juga sebagai simbol siapa yang bertempat tinggal tersebut dapat dijelaskan dari pahatan dan ukiran yang berhiaskan kalung dan manik-manik anting, ini dapat dipastikan  yang tempat tinggal disini bukan orang kalang biasa ada kemungkinan kerabat raja atau pejabat pada masa itu.  

Pada Prasasti Mula Malurung yang berangka tahun 1177 Saka sama dengan 15 Desember 1255 Masehi) Lempeng VII baris 1-3, yang menyebutkan bahwa “ beliau Nararyya Kirana semata-mata putra beliau Nararyya Smining Rat, ditetapkan menjadi juru di Lamajang dipasang menjadi perlindungan dunia di negara Lamajang..........( ra nararyya kirana saksat atmaja nira nararyya semining rat, pinratista juru lamajang, pinasangka jagad palaka. Ngka neng nagara lamajang..............[Atmodjo, M.M., Soekarto K. 1990.]. Dari prsasti ini yang menyebut tentang kedudukan Lamajang dalam birokrasi pemerintahan Singhasari. Lamajang menjadi kerajaan vasal dari kerajaan Singhasari yang dipimpin oleh pejabat dengang tingakatan juru. 

Dengan ini memperjelas bahwa wilayah lamajang memiliki struktur pemerintahan di bawah kerajaan Singosari. Ada kemungkinan situs gedong putri, pemukiman para bangsawan yang masih ada hubunganya keluarga atau pejabat dari kerajaan Singasari yang mempunyai posisi penting. 

KONTRIBUSI DALAM PENDIDIK BERSKALA LOKAL

Dengan mempelajari peninggalan purbakala, diharapkan dapat tertanam rasa memiliki, bangga, melestarikan, dan belajar dari sejarah untuk membangun karakter kebangsaan. Membangun merupakan kata yang mempunyai tahapan. 

Misal, kata ini diletakkan pada kalimat membangun rumah. Membangun rumah, proses awal adalah pembuatan pondasi terdiri dari batu, pasir, semen serta gamping. Pondasi harus kuat, karena merupakan penopang dasar bangunan rumah. Pondasi rumah merupakan tahapan awal dalam membangun rumah, apabila pondasinya tidak kuat, rumah tersebut tidak akan tahan dari berbagai guncangan.

Kata membangun diletakkan pada kalimat “ Membangun Karakter Kebangsaan”. Membangun karakter kebangsaan merupakan hal yang paling pokok untuk menanam rasa nasionalisme pada anak-anak SD, SMP dan SMA. Membangun karakter kebangsaan pada anak SD, SMP, SMA dengan menggunakan pondasi yang berbahan peninggalan purbakala. Dilihat dari pandangan Hertz terdapat 4 elemen yang harus dimiliki setiap orang yang nasionalisme, keempat elemen tersebut adalah:

  1. Persatuan bangsa

  2. Kemerdekaan

  3. Keaslian atau kepribadian

  4. Harga diri

  • Pada jenjang SMP dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran kontekstual pada materi IPS yang menjelaskan masa Hindhu-Budha, dapat dijelaskan  secara umum mulai dari letak geografi situs Gedhong Puteri, Sejarah perjalanan  daerah Lumajang terutama pada masa Hindu Budha dan tingkat sosial masyarakat serta budayanya.

  • Pada jenjang SMA dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran sejarah. Mata pelajaran sejarah pada masa ini adalah tahapan kritis yang harus diterapkan pada siswa. 

  • Dengan adanya kegiatan ini tidak mungkin pelestarian dan perawatan jaga budaya akan Situs Gedhong Putiri akan terpelihara sepanjang masa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun