Aku memakai dress elegan berwarna merah yang baru saja kubeli dua hari yang la, berharap kau akan memuji keanggunanku dan mengajakku berdansa. Ketika kau buka pintu rumah, kau akan langsung kusambut dengan lagu yang sama dengan lagu yang kita nyanyikan di pertemuan pertama kita. Akan kumainkan pianomu, bersamaan dengan menyalanya lampu tumbler dalam kegelapan. Semoga kau tak mengalami serangan jantung, haha.
Satu jam.
Dua jam.
Tiga jam aku menunggu.
Mengapa kau belum juga pulang? Bukankah kau seharusnya sudah sampai di rumah pukul enam petang?
"Jam berapa pulang kerja?"kukirimkan pesan whatsapp kepadamu. Tapi, kau tidak online sejak tiga jam yang lalu. Ah, mungkin aku harus bertanya pada teman kerjamu. "Sudah. Ia sudah pulang kerja seperti biasa." Kututup teleponku dengan putus asa.
Beberapa kali kusibukkan tirai jendela, berharap melihatmu datang dan aku akan segera menjalanan rencanaku. Tapi, kau tak kunjung datang. Sambil menggenggam kunci duplikat rumah yang kauberikan padaku, aku menimbang apakah aku harus tetap menunggu atau justru pulang. Lagipula, kau akan kembali dalam keadaan capai. Sekarang sudah larut, pukul sebelas malam. Aku mulai khawatir. Ayolah, beri aku kabar secepatnya. Semoga kau baik-baik saja.
Ceklek
Pintu terbuka. Akhirnya kau pulang!
Tanganku bersiap untuk memainkan piano dan menghidupkan lampu.
Tunggu. Mengapa ada dua orang yang masuk?