"Apa?"
"Sudahlah, kau akan tahu nanti."
Kau hendak protes, tapi kau urungkan itu. "Oke, terserah kau saja."
Kini aku yang terkekeh. "Tunggu saja."
"Ups, jam istirahatku sudah selesai. Aku harus kembali bekerja." Kau pun buru-buru menghabiskan smoothies-mu. "Tidak apa-apa kan kalau aku duluan?" Aku mengangguk.
"Jaga dirimu. Sampai jumpa." Kau cubit pipiku sebelum aku sempat mengucap sepatah kata. Tanpa kusadari, kau sudah berada di luar dan melalui kaca kafe kulihat kau tersenyum melambaikan tangan.
Jantungku berdebar-debar. Mengapa orang bisa dengan mudahnya memainkan perasaan?
Karena makanan yang kupesan sudah habis dan tak ada lagi hal yang perlu kulakukan, aku pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Begitu aku keluar dari kafe, hujan turun deras tanpa ampun.Â
Aku berlari menuju halte yang untungnya terletak tepat di seberang kafe, lalu menunggu datangnya bis kota yang selalu penuh sesak di jam-jam sibuk seperti saat ini. Setelah kurang lebih setengah jam menunggu, sebuah bis akhirnya berhenti di depan halte.Â
Di saat itulah aku melihat seorang pria tiba dari seberang dengan nafas terengah-engah, kepalanya ia tutup dengan jaket yang kukira tak sanggup melindunginya dari hujan. Ia hendak masuk ke dalam bis juga, namun langkahnya tertahan begitu pandangannya betemu denganku.
Ia tampak....familiar.