Mohon tunggu...
Farikhah IntanWulandari
Farikhah IntanWulandari Mohon Tunggu... Guru - Guru TK

menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Artikel Ilmiah

12 Desember 2022   19:58 Diperbarui: 12 Desember 2022   20:10 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN SEKS PADA ANAK USIA DINI

ABSTRAK

Pendidikan seks seharusnya menjadi bentuk kepedulian orangtua terhadap masa depan anak dalam menjaga apa yang telah menjadi kehormatannya. Pendidikan seks menjadi sangat penting mengingat banyaknya kasus-kasus yang terjadi mengenai tindak kekerasan seksual terhadap anak dan remaja. Pendidikan seks wajib diberikan orangtua pada anaknya sedini mungkin, bahkan masih dalam kandungan.

Pendidikan seks bukan sekedar mengenalkan pelajaran biologi tentang anatomi organ reproduksi. Bukan hanya tentang bagaimana caranya agar tidak tertulari penyakit saat berhubungan intim. Bukan hanya pula tentang cara menghindarkan diri dari kehamilan. ada yang lebih penting dari itu semua terutama bagi anak usia dini. Diantaranya bagaimana memperkenalkan siapa laki-laki dan siapa perempuan, serta berbagai materi lain.

Sebagai orangtua seharusnya mengajarkan pendidikan seks sejak anak usia dini, karena pada usia ini anak mengalami perkembangan dan rasa ingin tahu yang tinggi pada suatu hal yang baru bagi mereka. Jika anak tidak diberi pemahaman seks sejak awal, maka anak akan kebingungan dengan aktualisasi diri dan perilaku seksnya.

Kata kunci : pendidikan seks dan anak usia dini

ABSTRACT

Sex education should be a form of parental concern over the future of the child in keeping with what has become his honour. Sex education to be very important given the large number of cases that occurred regarding the sexual violence against children and adolescents. Mandatory sex education was given the parents at his children as early as possible, even still in the womb.

Sex education is not just about biology lessons introduce the anatomy of the reproductive organs. Not just about how to avoid disease contracted during sex. Not only did about how to prevent themselves from pregnancy. There is nothing more important than that all especially for early childhood. Including how to introduce who is male and who is female, as well as a variety of other materials.

As parents should teach sex education since early childhood, because at this age children experiencing developmental and curiosity is high on a new thing for them. If the child is not given understanding sex early on, then the children will be confused with self-actualization and sex behavior.

Keywords: sex education and early childhood

PENDAHULUAN

Keresahan orangtua terhadap kasus kekerasan seksual pada anak usia dini  sudah sampai pada kondisi darurat yang harus mendapatkan penanganan khusus dari berbagai pihak terutama tokoh agama, aktivis pendidikan, dan masyarakat. Dengan meningkatnya kasus kekerasan merupakan bukti nyata kurangnya pengetahuan anak mengenai pendidikan seks yang seharusnya sudah mereka peroleh sejak dini dari orangtuanya. Tetapi persepsi masyarakat mengenai pendidikan seks yang masih menganggap tabu untuk dibicarakan bersama anak, misalnya ketika anak bertanya tentang seks pasti orangtuanya langsung mengalihkan pembicaraan anak. Sikap seperti itulah yang salah, karena semua anak memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang semua hal, bila sebagai orangtua tidak bisa mengarahkan anak dengan baik, dan tidak bisa memberikan informasi atau penjelasan yang baik cenderung anak akan mencari informasi itu sendiri dari orang lain maupun teman-temannya, namun informasi yang didapat anak belum tentu benar dan baik.

       Pendidikan seks seharusnya menjadi bentuk kepedulian orangtua terhadap masa depan anak dalam menjaga apa yang telah menjadi kehormatannya. Pendidikan seks menjadi sangat penting mengingat banyaknya kasus-kasus yang terjadi mengenai tindak kekerasan seksual terhadap anak dan remaja. Akan tetapi, yang terjadi di lapangan justru orangtua bersikap tidak peduli dan tidak berperan aktif untuk memberikan pendidikan seks sejak usia dini kepada anaknya. Pendidikan seks bisa ditanamkan sejak dini saat anak mulai mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas. Membahas masalah seks pada anak memang tidak mudah. Akan tetapi, mengajarkan pendidikan seks pada anak harus diberikan agar anak tidak salah melangkah dalam hidupnya. Pendidikan seks wajib diberikan orangtua pada anaknya sedini mungkin, bahkan masih dalam kandungan.

Membahas masalah seks pada anak memang tidak mudah. Akan tetapi, mengajarkan pendidikan seks pada anak harus diberikan agar anak tidak salah melangkah dalam hidupnya. Pendidikan seks wajib diberikan orangtua pada anaknya sedini mungkin, bahkan masih dalam kandungan. Penyebab masalah dan kurangnya pengetahuan pendidikan seks pada anak usia dini dikarenakan presepsi yang salah dari orangtua dengan menganggap pendidikan seks belum patut diperkenalkan karena menganggap anak usia dini belum cukup umur untuk menerima pendidikan seks.

Berdasarkan uraian di atas, dalam upaya pengenalan pendidikan seks pada anak usia dini. Dalam uraian berikut ini, disajikan pembahasan tentang: (a) anak usia dini, (b) pendidikan seks, (c) metode pembelajaran pendidikan seks untuk anak usia dini.

ANAK USIA DINI

Anak usia dini merupakan individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan. Anak usia dini memiliki rentang usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya karena perkembangan kecerdasannya sangat luar biasa. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik, dan berada pada masa proses perubahan berupa pertumbuhan, perkembangan, pematangan dan penyempurnaan, baik pada aspek jasmani maupun rohaninya yang berlangsung seumur hidup, bertahap, dan berkesinambunan (Mulyasa, 2012: 16). Oleh karena itu, kesempatan tersebut hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pembelajaran anak karena rasa ingin tahu anak usia dini berada pada posisi puncak (Mulyasa, 2012: 34).

Anak usia dini sering disebut anak prasekolah, yang memiliki masa peka dengan perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik  yang siap merespon berbagai rangsangan dari lingkungnanya. Masa ini merupakan saat yang paling tepat untuk meletakkan dasar pertama dan utama dalam mengembangkan berbagai potensi dan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni, sosial emosional, spiritual, konsep diri, disiplin diri, dan kemandirian. (Mulyasa, 2012: 16). Menurut Hasan (2011: 17) sesuai dengan pasal 28 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 ayat 1, yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun. Sementara itu, menurut kajian ilmu rumpun PAUD dan penyelenggaraannya di bebera negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.

Menurut Mulyasa (2012: 34) proses perkembangan manusia secara utuh telah dimulai sejak janin dalam kandungan ibunya dan memasuki usia emas (The golden age) sampai usia 6 tahun. Usia 0-6 tahun merupakan masa peka bagi anak sehingga para ahli menyebutnya The golden age, karena perkembangan kecerdasannya  mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Masa ini adalah masa yang sangat penting bagi perkembangan anak selanjutnya. Untuk itu stimulasi yang baik sangat dibutuhkan untuk  meletakkan dasar pertama untuk anak. Hal ini penting, karena pada masa ini terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang datang dari lingkungannya.

Menurut Mulyasa (2012: 93) secara alami anak usia dini memiliki kemampuan untuk memperlajari sesuatu menurut caranya sendiri, seorang bayai akan mencoba meraih benda yang ada disekitarnya, kemudian memasukkan benda-benda tersebut kemulutnya. Semenjak bayi, anak sudah dikaruniai kemampuan untuk mempelajari sesuatu, dan akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan sesuai dengan usiannya. Semakin bertambah usiannya, semakain terampil menggunakan berbagai perangkat yang lebih lengkap untuk mempelajari dan menghasilkan sesuatu, bersamaan dengan itu minat dan kreatifitas juga mulai berkembang secara berlahan. Agar minat dan kreatifitas tersebut dapat berkembang secara optimal, perlu adanya rangsangan-rangsangan dari lingkungan. Disinilah perlunya pengembangan kreatifitas anak usia dini, agar mereka memiliki kebebasan untuk berimprovisasi dan berkreasi.

SEKS

            Menurut Budianto, seks berasal dari kata "sexe" atau "secare" yang berarti memotong atau memisahkan. Seks membuat garis pemisah yang tegas antara jenis kelamin jantan dan betina atau pria dan wanita. Kata "seks" lebih banyak mengacu pada alat kelamin (genitalia), gairah libido seksual dan aktivitas seks. Seks adalah sifat jantan dan betina, laki-laki dan perempuan. Seks dijumpai pada manusia karena manusia dibedakan atas pria dan wanita. Menurut Koesnadi bahwa seks mengandung pengertian yang khas, intim dan mesra dalam kaitannya dengan bermacam ragam hubungan antara pria dan wanita (Koesnadi, 1992). Seksualitas merupakan integrasi dari perasaan, kebutuhan dan hasrat yang membentuk kepribadian unik seseorang, mengungkapkan kecenderungan seseorang untuk menjadi pria atau wanita. Menurut Schwier & Hingsburger (2000), seks biasanya hanya didefinisikan sebagai jenis kelamin (pria atau wanita) atau kegiatan atau aktivitas dari hubungan fisik seks itu sendiri.

            Crain (2000) menyatakan bahwa Freud dalam teori psychosexualnya membagi perkembangan seksual seseorang dalam beberapa tahap, yaitu :

  • Oral stage (0-1 tahun)
  • Rangsangan seksual pada masa ini terletak pada mulutnya kegiatan menghisap puting payudara ibunya atau menghisap jempolnya merupakan kesenangan bagi seorang bayi.
  • Anal stage (1-3 tahun)
  • Pada masa ini pusat rangsangan terletak pada anusnya. Dimana anak merasakan kesenangan ketika melakukan buang air besar karena telah mampu mengontrol otot sphincter-nya. Mereka kadang-kadang mencoba memasukkan kembali atau menahan fesesnya dengan cara menambah tekanan pada rektum. Mereka juga sering tertarik dengan feses yang telah dikeluarkan dengan menjadikannya sebagai alat mainan.
  • Phallic atau oediphal stage (3-6 tahun)
  • Anak laki-laki
  • Dimulai dengan adanya ketertarikan terhadap penisnya. Hal ini disebabkan penis merupakan organ yang mudah dirangsang, mudah berubah, dan kaya akan rangsangan. Mereka ingin membandingkan penisnya dengan laki-laki atau dengan binatang, sehingga ia senang memperlihatkan penisnya.
  • Anak perempuan
  • Pada fase ini ia memiliki kedekatan yang lebih terhadap ayahnya. Hal ini mungkin disebabkan ayahnya mulai mengagumi kecantikannya, memanggilnya 'little princess' serta senang bermain-main dengannya.
  • Latency stage (6-11 tahun)
  • Pada tahap ini, sebagian besar fantasi seksual tersembunyi di alam bawah sadar mereka.
  • Puberty (genital stage)
  • Pada anak laki-laki dimulai umur 13 tahun sedangkan anak perempuan dimulai pada usia 11 tahun. Pada saat ini anak ingin melepaskan dirinya dari orangtua. Bagi anak laki-laki masa ini adalah saat melepaskan pertalian dengan ibunya untuk mendapatkan wanita lain sebagai penggantinya. Bagi anak perempuan mempunyai tugas yang sama, ia harus berpisah dari orangtuanya dan menentukan jalan hidupnya sendiri.
  • Adolescence
  • Tahap ini seseorang melalui merasakan cinta dan kasih sayang satu sama lain. Adolescence mempunyai perhatian yang lebih mengenai siapa mereka, bagaimana mereka di mata orang lain, dan akan menjadi apakah mereka. Mereka mulai merasakan ketertarikan secara seksual antara satu dengan yang lain, sampai dengan jatuh cinta. Sedangkan dalam buku Fundamental of Nursing (Potter & Perry.2005), dijelaskan perkembangan seksual meliputi :
  • Masa bayi (0-1 tahun)
  • Bayi perempuan dan laki-laki memiliki kapasitas untuk kesenangan dan respons seksual, dimana bayi laki-laki berespons terhadap stimulasi dengan ereksi sedangkan perempuan dengan lubrikasi vagina.
  • Masa usia bermain dan prasekolah (1-5/6 tahun)
  • Pada masa ini anak mulai menguatkan rasa identitas gender dan membedakan perilaku sesuai dengan gender yang didefinisikan secara sosial.
  • Masa usia sekolah (6-10 tahun)
  • Pada masa ini edukasi dan penekanan tentang seksualitas bisa datang dari orangtua atau gurunya di sekolah, tapi yang paling signifikan berasal dari teman sebayanya. Anak-anak juga mulai mempunyai keinginan dan kebutuhan privasi.

PENDIDIKAN SEKS

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan merupakan kata imbuhan pe-an ditambah kata dasar didik. Didik memiliki arti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan prilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Pendidikan seks bukan sekedar mengenalkan pelajaran biologi tentang anatomi organ reproduksi. Bukan hanya tentang bagaimana caranya agar tidak tertulari penyakit saat berhubungan intim. Bukan hanya pula tentang cara menghindarkan diri dari kehamilan. ada yang lebih penting dari itu semua terutama bagi anak usia dini. Diantaranya bagaimana memperkenalkan siapa laki-laki dan siapa perempuan, apa perbedaan lelaki dan perempuan, siapa saja yang boleh dituruti dan siapa saja yang perlu dihindari, serta berbagai materi lain.

Pendidikan seks menurut Surtiretna (1997) mengandung dua kata kunci yaitu pendidikan dan seks, kemudian dua kata itu digabungkan. Kata "pendidikan" berarti proses mengubah sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha dalam mendewasakan manusia melalui pengajaran dan latihan. Sedangkan "seks" mengandung dua pengertian yaitu seks berarti jenis kelamin, dan seks berarti yang berhubungan hal ikhwal alat kelamin misalnya persetubuhan atau coitus. Dari dua kata tersebut berarti pendidikan seks adalah upaya memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis, dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia, atau dengan pengertian yang lain yaitu pendidikan seks merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dan menanamkan moral etika dan komitmen agama agar tidak terjadi penyimpangan perilaku seksual.

Menurut Simanjuntak dan Pasaribu secara teoritis, dasar-dasar pendidikan seks sebagai berikut :

  • Seksualitas manusia ditentukan komponen genetis, hormonal, dan psikologis.
  • Bersikap objektif, dengan melampiaskan dari prasangka.
  • Masalah seks adalah masalah seumur hidup dan masalah wajar.
  • Sebelum memberikan pendidikan seks maka pendidik harus terlebih dulu menyelesaikan masalah seksnya sendiri, supaya pendidikan seks yang diberikan bukan merupakan kompensasi terhadap kekurangan-kekurangan sendiri yang diproyeksikan kepada anak didiknya.
  • Pendidikan seks itu terpancar dari kepribadian pendidik.
  • Sikap yang terlalu keras yang diselingi larangan, hukuman merupakan faktor penghambat dalam pendidikan seks.
  • Pendidikan seks merupakan bagian dari seluruh pendidikan secara integral yaitu menuju kedewasaan manusia.

PENDIDIKAN SEKS ANAK USIA DINI

Pendidikan seks sebaiknya dikenalkan sejak usia dini, dimulai dengan cara pengenalan diri sesuai dengan jenis kelaminnya. Jika tidak diberi pemahaman seks sejak awal, maka anak akan kebingungan dengan aktualisasi diri dan perilaku seksnya. Bicara tentang pendidikan seks pada usia adalah bagaimana untuk memerankan diri sendiri sesuai jenis kelamin. Jika tidak, maka anak akan menjadi bingung dengan aktualitas diri sendiri dan dengan perilaku seksnya. Pada usia tiga tahun, anak mulai timbul rasa untuk melihat, meraba, mengecek, dan membandingkan alat kelaminnya.

            Pada usia sekolah dini, anak harus diberikan informasi untuk berhati-hati terhadap potensi adanya penganiyaan seksual. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah pelecehan seksual terhadap anak antara lain :

  • Menjelaskan perbedaan antara sentuhan yang baik dan sentuhan yang buruk dari orang dewasa.
  • Memberi tahu tentang bagian tubuh tentu yang tidak boleh disentuh oleh orang dewasa kecuali saat mandi atau pemeriksaan fisik oleh dokter.
  • Mengajarkan anak untuk berani mengatakan 'tidak' jika merasa tidak nyaman dengan perlakuan orang dewasa dan menceritakan kejadian itu kepada orang dewasa yang mereka percaya.
  • Menjelaskan pada anak bahwa orang dewasa tidak selalu 'benar' dan semua orang mempunyai kontrol terhadap tubuh mereka, sehingga ia dapat memutuskan siapa yang boleh atau tidak boleh untuk memeluknya.
  • Jika terjadi pelecehan seksual pada anak, beberapa hal yang perlu diperhatikan :
  • Ciptakan kondisi sehingga anak merasa leluasa dalam menceritakan tentang bagian tubuhnya dan menggambarkan kejadian dengan akurat.
  • Yakinkan anak bahwa orang dewasa yang melakukannya adalah salah, sedangkan anaknya sendiri adalah benar.
  • Orangtua harus bisa mengontrol ekspresi emosional di depan anak.

Pendidikan seks kepada anak balita merupakan sebuah proses pendidikan tentang masalah-masalah seks yang harus diketahui dan ditanamkan sejak dini sehingga menjadi bagian dari perilaku anak dan menjadi landasan yang kuat untuk menghadapi fase-fase berikutnya. Untuk mendapatkan hasil maksimal dalam pendidikan anak, para pakar menganjurkan agar pendidikan itu dilakukan orangtua sejak dini. Pada saat ini yang paling diperlukan anak adalah penanaman dan penguatan nilai-nilai agama. Adapun masalah seksual ini hanya sebatas pengenalan dan penguatan jati dirinya sebagai laki-laki atau perempuan sehingga kelak ketika dewasa ia sadar dan mampu bertanggung jawab atas kepribadiannya masing-masing.

Pendidikan seks dapat kita berikan kepada anak sebelum lahir. Hal ini berdasarkan hasil penelitian para ahli pertumbuhan bahwa bayi yang belum dilahirkan sudah menyadari lingkungannya dan dapat bereaksi terhadap suara-suara di luar rahim. Penelitian ini menunjukkan bahwa janin dapat mendengar, merasa, dan mengecap, bahkan menangis dan tertawa. Seorang ahli kandungan terkenal asal Inggris Prof. Stuart Campbell yang memelopori teknik rekaman gambar janin dalam rahim ibu mengatakan bahwa pendapat para ahli tentang bayi tidak tersenyum sampai usia 6 minggu setelah lahir adalah tidak benar. Hal ini disebabkan sebelum lahir pun bayi-bayi itu sering kali tersenyum.

Para ahli perkembangan anak mengatakan bahwa periode perkembangan yang paling penting bagi anak adalah dari mulai bayi sampai umur empat tahun. Ketika umur lima tahun, separuh dari kapasitas intelektual anak telah dicapai dan 80% ketika anak umur delapan tahun. Selama tiga bulan pertama, anak harus mendapatkan tujuh kebutuhan dasar yang diperoleh dari kedua orangtuanya dengan penuh kasih sayang. Tujuh kebutuhan dasar tersebut adalah sebagai berikut :

  • ASI yang cukup minimal sampai enam bulan
  • Kehangatan dan kelembutan yang maksimal
  • Tidur yang cukup karena dalam tidurnya bayi berkembang
  • Ditimang dan disayang
  • Latihan tubuh sederhana
  • Ganti pakaian secara teratur, ketika kencing, harus diganti agar belajar kebersihan
  • Stimulasi sensori dan intelektual

Bayi akan tumbuh dengan pesat jika mendapatkan tujuh kebutuhan dasar tersebut secara mencukupi. Ciuman dan kasih sayang dari orangtua akan membantu perkembangan emosional anak secara normal. Perlakuan semacam ini merupakan pengalaman pertama bagi bayi tentang kasih sayang, dicintai, kenyamanan, perasaan aman, dan perasaan positif terhadap orang lain.

Ada sebuah penelitian yang diungkap oleh Halena Arnstein dalam The Roots of Love bahwa disebuah rumah terdapat 91 bayi. Mereka diberi ASI oleh ibu mereka selama tiga bulan pertama atau oleh ibu asuh jika tidak diketahui ibunya. Selanjutnya, mereka dipisah dari ibunya, tetapi semua kebutuhan bayi dipenuhi, termasuk makanan, gizi, kesehatan, dan kebersihan mereka. Mereka sama sekali tidak diberi belaian kasih sayang dan sentuhan cinta. Yang mereka peroleh hanya satu persepuluh bagian ungkapan emosi dari hubungan ibu-anak. Apa hasilnya? Dalam tiga bulan bayi-bayi itu mengalami depresi, berbaring pasif, dan lemah di keranjang mereka. Kurangnya rasa sayang dan stimulasi membuat ekspresi wajah mereka kosong, sering kali seperti imbisil (orang sinting). Pada akhir tahun kedua, kemampuan intelegensia mereka senilai 45 atau setara denan idiot. Diantara mereka tidak dapat duduk, berdiri, dan berjalan, bahkan kebanyakan mereka akhirnya dibuang atau meninggal.

Menurut James Coleman, dalam Abnormal Psychology and Modern Life, menyebutkan bahwa kekurangan kasih sayang sebagai comunicable disease (penyakit menular). Hal ini juga sangat berpengaruh pada perkembangan psikologi anak ketika dewasa. Sehingga sebagai orangtua harus memberikan kasih sayang yang lebih agar anak  merasa nyaman ketika berada disekitar anda. Dan tidak berakibat buruk bagi perkembangan dan pertumbuhan anak terutama psikologinya.

  • Metode Pembelajaran Seks Pada Anak Usia Dini

Melaksanakan pendidikan seksual kepada anak tidaklah mudah. Banyak hal yang harus diketahui dan disiapkan oleh pendidik, baik orangtua maupun guru. Perlu diketahui metode yang baik dan tepat dalam menyampaikan pendidikan seksual tersebut karena jika terjadi kesalahan metode, akan berakibat fatal pada hasil yang diinginkan. Di bawah ini ada beberapa metode yang dapat diterapkan oleh orangtua atau guru.

  • Berilah pemahaman tentang seks terhadap anak berdasarkan nilai agama serta nilai agama sehingga segala sesuatu yang menyangkut seksualitas langsung dikaitkan dengan ajaran agama. Dengan demikian, anak mempunyai 'rem' yang ampuh karena nilai agama telah terinternalisir dalam benaknya sejak kecil. Jika basisnya adalah agama, biasanya orangtua menerapkan pula dalam kehidupan sehari-hari sehingga anak melihat bagaimana hubungan antar anggota keluarga serta anggota keluarga selalu berpedoman pada ajaran agama serta kuasa Allah. Misalnya, anak menanyakan "Mengapa laki-laki mempunyai penis dan perempuan mempunyai vagina?" Orangtua tinggal menjawab, "Itu semua karena kuasa Allah. Allah menciptakan makhluk secara berpasangan, seperti menciptakan ayah yang laki-laki dan ibu yang perempuan. Sehingga antara ayah dan ibu bisa menikah dan mempunyai anak."
  • Beri rasa aman terhadap anak dengan adanya komunikasi yang hangat antar anggota keluarga. Komunikasikan secara jelas masalah seks dengan anak sehingga dia tidak takut bertanya atau mencari sumber yang tidak jelas untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Sikap orangtua pun jangan menampakkan kekagetan atau malah malu-malu ketika menjawab pertanyaan anak tentang mimpi basah. Orangtua dapat menjawab, "Suatu ketika, kamu akan bermimpi dan ketika terbangun, ada cairan di celanamu. Cairan itu berwarna putih dan menyerupai lem. Nah, ketika kamu telah mengalaminya, maka kamu telah memasuki masa remaja. Jangan lupa segera mandi wajib setelah bangun tidur." 

Jawaban ini selain ilmiah, juga memasuki nilai agama (anak terkena hukum mandi wajib). Suatu ketika anak menanyakan kapan ia akan mengalami menstruasi. orangtua pun menjawab, "Setiap anak perempuan tidak dapat dipastikan kapan mereka akan mendapatkan mens pertamanya. Namun, sebagai patokan, jika payudara telah tumbuh, adanya rambut di kemaluan dan ketiak, maka hal itu telah mendekati datangnya menstruasi."Dengan jawaban yang terbuka dan disesuaikan dengan tahap pemahaman anak, mereka tidak akan takut menanyakan segala hal kepada orangtuanya.

  • Sesuaikan penjelasan mengenai seks dengan usia dan tingkat pemahaman anak. Misalnya anak yang berumur dua tahun menanyakan dari mana datangnya adik bayi. Orangtua dapat menjawab, "Dari perut ibu." Jawaban ini singkat, padat, jelas, dan sangat sesuai dengan tingkat pemahaman anak yang masih 'pendek'. Lain halnya jika pertanyaan tersebut dilontarkan anak yang berumur 13 tahun dan telah mengalami menstruasi, kita sebagai orangtua dapat menjelaskan demikian, "Semua anak perempuan yang telah mengalami menstruasi, berarti ia bisa hamil. Setiap bulan anak perempuan akan memproduksi satu sel telur dalam tubuhnya. Ketika sel telur dibuahi oleh sel sperma laki-laki, maka akan terjadi kehamilan. Namun, jika sel telur tidak dibuahi oleh sel sperma, maka ia akan luruh, itu yang dinamakan menstruasi. Perempuan bisa hamil jika ia telah mempunyai suami. Jadi, kehamilan terjadi apabila ada pasangan suami istri yang telah menikah."
  • Batasi penjelasan atau jawaban hanya pada pertanyaan anak saja, tidak usah terlalu melebar terlalu jauh. Berhubungan tingkat pemahaman anak sangat terbatas, maka orangtua pun diharapkan menjawab seperlunya, tidak perlu penjelasan mendetail sehingga malah memusingkan anak. Misalnya ketika anak mendapatkan ibunya tidak shalat karena menstruasi, katakan saja, "Ibu sedang menstruasi sehingga tidak boleh shalat." Nah, jika anak sudah kritis dan mengejar dengan pertanyaan, "Menstruasi itu apa sih?" ibu dapat menjelaskan seperlunya, "Setiap wanita sebulan sekali vaginanya (atau kemaluannya) mengeluarkan darah. Nah, pada saat itu, mereka dilarang shalat."

Itulah hal yang dapat dilakukan orangtua yang bertindak aktif untuk memulai memberikan informasi mengenai seksual terhadap anaknya. Sikap harus terbuka sehingga anak merasa aman dan nyaman menanyakan sesuatu yang mereka belum tahu.

  • Upaya Pendidikan Seks Tahap Awal

Pendidikan yang diberikan orangtua terhadap anak bersifat berkesinambungan. Beberapa hal yang perlu dibiasakan dan diajarkan kepada anak sejak mereka terlahir, sebagai upaya pendidikan seks, antara lain:

  • Berilah nama anak sesuai dengan jenis kelaminnya

Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, ada hubungan yang erat antara nama dan yang dinamai. Dengan kata  lain, nama dapat berpengaruh terhadap kedamaian jiwa anak. Masih menurut beliau pemberian nama yang baik akan mendorong si pemilik nama untuk berbuat baik sesuai dengan makna yang terdapat pada namanya. Hal ini terjadi karena ia akan malu terhadap nama yang disandangnya bila perbuatannya tidak sesuai dengan makna namanya.

Dr. Albert Mehrabian, Ph.D melakukan penelitian tentang bagaimana sebuah nama mengubah presepsi orang lain tentang moral, keceriaan, dan kesuksesan. Dalam pergaulan, anak yang memiliki nama yang tidak biasa akan mengalami cemoohan dari orang sekitar karena namanya dianggap aneh. Reaksi lingkungan yang mengejek, mencemooh, bahkan melecehkan inilah yang membuat anak merasa minder yang akan mempengaruhi sikap dan perilakunya.

  • Beri perlakuan sesuai dengan jenis kelamin anak
  • Menanamkan jiwa sesuai dengan jenis kelamin anak merupakan hal yang sangat penting. Hal ini dilakukan agar anak mengetahui dan berperan sesuai jenis kelaminnya dengan benar. Anak ibaratnya selembar kertas putih, kedua orangtuanyalah yang akan membuat bentuk coretan di atasnya. Jika orangtua sangat berharap mempunyai anak laki-laki namun yang terlahir anak perempuan, biasanya mereka akan memperlakukannya sebagai anak laki-laki. Mulai dari memberikan nama laki-laki, memberikan mainan anak laki-laki (mobil-mobilan, robot, pistol, alat pertukangan, hingga diajari manjat-memanjat serta berantem).
  • Kenalkan bagian tubuh dan fungsinya
  • Sejak dini, usahakan anak telah mengenal bagian tubuhnya beserta fungsinya. Orangtua jangan malu untuk menyebut kemaluan anak dengan nama sebenarnya (vagina atau penis). Kalau orangtua merasa risih menyebutnya, pastikan anak mengetahui nama bagian tubuh tersebut beserta fungsinya, namun menyebutnya dengan istilah 'farji atau aurat.' Orangtua jangan memberi nama dengan julukan yang bisa dikonotasikan sebagai hal yang kurang sakral, misalnya menyebut vagina dengan nama "memek", "apem", "nunuk" atau menyebut penis dengan nama "burung". Kenapa demikian? Julukan-julukan itu bisa dikonotasikan sebagai sesuatu yang bisa dipermainkan.
  • Ajari cara membersihkan alat kelamin
  • Seiring dengan perkembangan seorang anak, orangtua diharapkan mengajari anaknya untuk membuag hajat di tempatnya (Toilet training). Jangan membiasakan anak membuang hajatnya disembarang tempat, atau bahkan tidak membersihkan area genitalnya setelah buang air kecil dengan alasan mereka masih kecil.
  • Khitan bagi anak laki-laki
  • Khitan secara terminologis artinya memotong kulit yang menutupi alat kelamin lelaki (penis). Khitan mempunyai faedah bagi kesehatan karena membuang anggota tubuh yang menjadi tempat persembunyian kotoran, virus, najis, dan bau yang tidak sedap. Air kencing mengandung semua unsur tersebut. Ketika keluar melewati kulit yang menutupi alat kelamin, maka endapan kotoran sebagian tertahan oleh kulit tersebut. Dengan berkhitan, tidak ada kotoran yang bisa 'bersembunyi' di kulup penis sehingga alat kelamin anak terjaga kebersihannya.
  • Pahamkan tentang menstruasi atau mimpi basah
  • Pihak yang bertanggung jawab mendidik anak adalah orangtuanya. Mendidik disini termasuk dalam hal pembekalan tumbuh kembang tubuhnya termasuk hal yang menyangkut seksualitas. Masa remaja merupakan masa yang prima (prime time). Waktunya demikian pendek, namun memuat perkembangan fisik dan psikis anak secara optimal. Menghadapi pertumbuhan tubuhnya yang 'membabi-buta', remaja akan merasa bingung, yang akan memengaruhi psikisnya. Jiwanya menjadi sering bergejolak. Hal inilah yang perlu dipersiapkan orangtua. Jika orangtua mempersiapkan masa ini jauh-jauh hari, maka anak tidak akan bingung menjalani masa remaja.
  • Tanamkan rasa malu sedini mungkin
  • Menanamkan rasa malu sangat penting bagi anak. Ini tidak berarti kita mencetak anak pemalu dan tidak berani tampil, namun yang dimaksud malu disini adalah malu untuk berbuat seenaknya sendiri dan melanggar norma yang berlaku.
  • Beri tahu bagian tubuh yang boleh atau tidak boleh disentuh orang lain.
  • Kita beri tahu aurat yang harus dijaga. Kita perkenalan aurat anak sedini mungkin, misalnya aurat anak laki-laki adalah antara pusar dan lututnya. Demikian juga aurat anak perempuan, yang meliputi seluruh badan, kecuali muka dan telapak tangan.
  • Beri tahu jenis sentuhan yang pantas dan tidak pantas
  • Yang boleh memeluk adalah ayah, ibu, kakak, adik, nenek, dan kakek saja. Saudara, famili, boleh melakukannya asal ada ayah-ibu atau ada orang lain disekitarmya.
  • Jangan biasakan disentuh lain jenis
  • Sejak masih kecil, anak jangan dibiasakan disentuh oleh lain jenis, misalnya untuk berjabat tangan, memberikan ciuman kepada orang lain, minta dipangku, minta digandeng, dan lain-lain. Hal ini perlu kita biasakan agar anak terbiasa dengan adanya batasan dalam berinteraksi terhadap lain jenis.
  • Biasakan untuk menutup aurat
  • Kita sebagai umat Islam wajib menutup aurat. Busana sesuai dengan ketentuan adalah busana yang bisa menutup aurat. Telah kita bahas sebelumnya bahwa aurat laki-laki adalah antara pusar dan lututnya, sedangkan perempuan adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Sejak kecil biasakan anak menggunakan busana yang menutup aurat.
  • Pisahkan tempat tidur anak
  • Sebagai orangtua seharusnya memisahkan tempat tidur anak, agar anak tidak mengetahui aktivitas orangtua yang bersifat pribadi.
  • Ajari minta izin pada waktu-waktu tertentu
  • Anak tidak boleh dengan bebasnya keluar masuk kamar orangtua tanpa izin. Bagaimanapun juga kamar orangtua adalah aurat yang harus dijaga, tidak sembarang waktu boleh dimasuki, walaupun oleh seorang anak kecil.
  • Seleksi media yang dikonsumsi anak
  • Data penelitian menyebutkan sebanyak 36% anak-anak mendapatkan informasi pornografi dari kamar pribadi mereka, 18% dari warnet, dan 12% dari rumah temennya (Elly Risman, 2009). Untuk anak-anak yang masih dibawah umur, lebih baik orangtua mendampingi mereka saat sedang melihat televisi dan memilihkan acara yang pantas dilihatnya.
  • Beri contoh pergaulan antar lain jenis yang sehat
  • Anak akan mencontoh orangtuanya. Janganlah kita sebagai orangtua menanamkan aturan yang ketat sesuai syariah, namun kita sendiri suka melanggarnya. Misalnya, anak disuruh menutup aurat, tetapi ibunya malah tidak mengenakan busana muslimah dan ayahnya sering keluar rumah dengan memakai celana kolor saja.

KESIMPULAN

Kekerasan seksual pada saat ini sering terjadi terutama pada anak usia dini. Sebelumnya sudah pernah terjadi namun pemerintah tidak mengusut lebih dalam tentang masalah ini. Pada saat ini masalah tersebut kembali terjadi justru lebih parah dari sebelumnya, karena terjadi pada anak usia dini. Hal ini terjadi karena anak kurang memahami pendidikan seks. Orangtua sekarang banyak yang menganggap bahwa pendidikan seks itu dianggap sebagai hal yang tabu dan belum tepat untuk diajarkan kepada anak karena mereka menganggap belum sesuai dengan umur mereka.

Sebagai orangtua seharusnya mengajarkan pendidikan seks sejak anak usia dini, karena pada usia ini anak mengalami perkembangan dan rasa ingin tahu pada suatu hal yang baru bagi mereka. Jika anak tidak diberi pemahaman seks sejak awal, maka anak akan kebingungan dengan aktualisasi diri dan perilaku seksnya. Bicara tentang pendidikan seks pada usia adalah bagaimana untuk memerankan diri sendiri sesuai jenis kelamin. Jika tidak, maka anak akan menjadi bingung dengan aktualitas diri sendiri dan dengan perilaku seksnya. Pada usia tiga tahun, anak mulai timbul rasa untuk melihat, meraba, mengecek, dan membandingkan alat kelaminnya.

Melaksanakan pembelajaran pendidikan seks kepada anak usia dini tidaklah mudah. Banyak hal yang harus diperhatikan dan dikuasai oleh pendidik, baik orangtua maupun guru. Perlu diketahui beberapa cara yang baik dan tepat dalam menyampaikan pendidikan seks tersebut karena jika terjadi sebuah kesalahan dalam menyampaikan materi, akan berakibat fatal pada hasil yang diinginkan. Sehingga, jangan menggunakan kata-kata perumpamaan dalam menjelaskan materi kepada anak usia dini, agar tidak terjadi salah pengertian.

DAFTAR PUSTAKA

Chomaria, Nurul. 2012. Pendidikan Seks untuk Anak. Solo: AQWAM Jembatan Ilmu.

El-Qudsy, Hasan. 2012. Ketika Anak Bertanya Tentang Seks. Solo: Tinta Medina.

Mulyasa. 2012. Manajemen Anak. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Rachmawati, Fauziah. 2012. Pendidikan Seks untuk Anak Autis. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun