Mohon tunggu...
Farikhah IntanWulandari
Farikhah IntanWulandari Mohon Tunggu... Guru - Guru TK

menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Artikel Ilmiah

12 Desember 2022   19:58 Diperbarui: 12 Desember 2022   20:10 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Menurut Budianto, seks berasal dari kata "sexe" atau "secare" yang berarti memotong atau memisahkan. Seks membuat garis pemisah yang tegas antara jenis kelamin jantan dan betina atau pria dan wanita. Kata "seks" lebih banyak mengacu pada alat kelamin (genitalia), gairah libido seksual dan aktivitas seks. Seks adalah sifat jantan dan betina, laki-laki dan perempuan. Seks dijumpai pada manusia karena manusia dibedakan atas pria dan wanita. Menurut Koesnadi bahwa seks mengandung pengertian yang khas, intim dan mesra dalam kaitannya dengan bermacam ragam hubungan antara pria dan wanita (Koesnadi, 1992). Seksualitas merupakan integrasi dari perasaan, kebutuhan dan hasrat yang membentuk kepribadian unik seseorang, mengungkapkan kecenderungan seseorang untuk menjadi pria atau wanita. Menurut Schwier & Hingsburger (2000), seks biasanya hanya didefinisikan sebagai jenis kelamin (pria atau wanita) atau kegiatan atau aktivitas dari hubungan fisik seks itu sendiri.

            Crain (2000) menyatakan bahwa Freud dalam teori psychosexualnya membagi perkembangan seksual seseorang dalam beberapa tahap, yaitu :

  • Oral stage (0-1 tahun)
  • Rangsangan seksual pada masa ini terletak pada mulutnya kegiatan menghisap puting payudara ibunya atau menghisap jempolnya merupakan kesenangan bagi seorang bayi.
  • Anal stage (1-3 tahun)
  • Pada masa ini pusat rangsangan terletak pada anusnya. Dimana anak merasakan kesenangan ketika melakukan buang air besar karena telah mampu mengontrol otot sphincter-nya. Mereka kadang-kadang mencoba memasukkan kembali atau menahan fesesnya dengan cara menambah tekanan pada rektum. Mereka juga sering tertarik dengan feses yang telah dikeluarkan dengan menjadikannya sebagai alat mainan.
  • Phallic atau oediphal stage (3-6 tahun)
  • Anak laki-laki
  • Dimulai dengan adanya ketertarikan terhadap penisnya. Hal ini disebabkan penis merupakan organ yang mudah dirangsang, mudah berubah, dan kaya akan rangsangan. Mereka ingin membandingkan penisnya dengan laki-laki atau dengan binatang, sehingga ia senang memperlihatkan penisnya.
  • Anak perempuan
  • Pada fase ini ia memiliki kedekatan yang lebih terhadap ayahnya. Hal ini mungkin disebabkan ayahnya mulai mengagumi kecantikannya, memanggilnya 'little princess' serta senang bermain-main dengannya.
  • Latency stage (6-11 tahun)
  • Pada tahap ini, sebagian besar fantasi seksual tersembunyi di alam bawah sadar mereka.
  • Puberty (genital stage)
  • Pada anak laki-laki dimulai umur 13 tahun sedangkan anak perempuan dimulai pada usia 11 tahun. Pada saat ini anak ingin melepaskan dirinya dari orangtua. Bagi anak laki-laki masa ini adalah saat melepaskan pertalian dengan ibunya untuk mendapatkan wanita lain sebagai penggantinya. Bagi anak perempuan mempunyai tugas yang sama, ia harus berpisah dari orangtuanya dan menentukan jalan hidupnya sendiri.
  • Adolescence
  • Tahap ini seseorang melalui merasakan cinta dan kasih sayang satu sama lain. Adolescence mempunyai perhatian yang lebih mengenai siapa mereka, bagaimana mereka di mata orang lain, dan akan menjadi apakah mereka. Mereka mulai merasakan ketertarikan secara seksual antara satu dengan yang lain, sampai dengan jatuh cinta. Sedangkan dalam buku Fundamental of Nursing (Potter & Perry.2005), dijelaskan perkembangan seksual meliputi :
  • Masa bayi (0-1 tahun)
  • Bayi perempuan dan laki-laki memiliki kapasitas untuk kesenangan dan respons seksual, dimana bayi laki-laki berespons terhadap stimulasi dengan ereksi sedangkan perempuan dengan lubrikasi vagina.
  • Masa usia bermain dan prasekolah (1-5/6 tahun)
  • Pada masa ini anak mulai menguatkan rasa identitas gender dan membedakan perilaku sesuai dengan gender yang didefinisikan secara sosial.
  • Masa usia sekolah (6-10 tahun)
  • Pada masa ini edukasi dan penekanan tentang seksualitas bisa datang dari orangtua atau gurunya di sekolah, tapi yang paling signifikan berasal dari teman sebayanya. Anak-anak juga mulai mempunyai keinginan dan kebutuhan privasi.

PENDIDIKAN SEKS

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan merupakan kata imbuhan pe-an ditambah kata dasar didik. Didik memiliki arti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan prilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Pendidikan seks bukan sekedar mengenalkan pelajaran biologi tentang anatomi organ reproduksi. Bukan hanya tentang bagaimana caranya agar tidak tertulari penyakit saat berhubungan intim. Bukan hanya pula tentang cara menghindarkan diri dari kehamilan. ada yang lebih penting dari itu semua terutama bagi anak usia dini. Diantaranya bagaimana memperkenalkan siapa laki-laki dan siapa perempuan, apa perbedaan lelaki dan perempuan, siapa saja yang boleh dituruti dan siapa saja yang perlu dihindari, serta berbagai materi lain.

Pendidikan seks menurut Surtiretna (1997) mengandung dua kata kunci yaitu pendidikan dan seks, kemudian dua kata itu digabungkan. Kata "pendidikan" berarti proses mengubah sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha dalam mendewasakan manusia melalui pengajaran dan latihan. Sedangkan "seks" mengandung dua pengertian yaitu seks berarti jenis kelamin, dan seks berarti yang berhubungan hal ikhwal alat kelamin misalnya persetubuhan atau coitus. Dari dua kata tersebut berarti pendidikan seks adalah upaya memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis, dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia, atau dengan pengertian yang lain yaitu pendidikan seks merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dan menanamkan moral etika dan komitmen agama agar tidak terjadi penyimpangan perilaku seksual.

Menurut Simanjuntak dan Pasaribu secara teoritis, dasar-dasar pendidikan seks sebagai berikut :

  • Seksualitas manusia ditentukan komponen genetis, hormonal, dan psikologis.
  • Bersikap objektif, dengan melampiaskan dari prasangka.
  • Masalah seks adalah masalah seumur hidup dan masalah wajar.
  • Sebelum memberikan pendidikan seks maka pendidik harus terlebih dulu menyelesaikan masalah seksnya sendiri, supaya pendidikan seks yang diberikan bukan merupakan kompensasi terhadap kekurangan-kekurangan sendiri yang diproyeksikan kepada anak didiknya.
  • Pendidikan seks itu terpancar dari kepribadian pendidik.
  • Sikap yang terlalu keras yang diselingi larangan, hukuman merupakan faktor penghambat dalam pendidikan seks.
  • Pendidikan seks merupakan bagian dari seluruh pendidikan secara integral yaitu menuju kedewasaan manusia.

PENDIDIKAN SEKS ANAK USIA DINI

Pendidikan seks sebaiknya dikenalkan sejak usia dini, dimulai dengan cara pengenalan diri sesuai dengan jenis kelaminnya. Jika tidak diberi pemahaman seks sejak awal, maka anak akan kebingungan dengan aktualisasi diri dan perilaku seksnya. Bicara tentang pendidikan seks pada usia adalah bagaimana untuk memerankan diri sendiri sesuai jenis kelamin. Jika tidak, maka anak akan menjadi bingung dengan aktualitas diri sendiri dan dengan perilaku seksnya. Pada usia tiga tahun, anak mulai timbul rasa untuk melihat, meraba, mengecek, dan membandingkan alat kelaminnya.

            Pada usia sekolah dini, anak harus diberikan informasi untuk berhati-hati terhadap potensi adanya penganiyaan seksual. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah pelecehan seksual terhadap anak antara lain :

  • Menjelaskan perbedaan antara sentuhan yang baik dan sentuhan yang buruk dari orang dewasa.
  • Memberi tahu tentang bagian tubuh tentu yang tidak boleh disentuh oleh orang dewasa kecuali saat mandi atau pemeriksaan fisik oleh dokter.
  • Mengajarkan anak untuk berani mengatakan 'tidak' jika merasa tidak nyaman dengan perlakuan orang dewasa dan menceritakan kejadian itu kepada orang dewasa yang mereka percaya.
  • Menjelaskan pada anak bahwa orang dewasa tidak selalu 'benar' dan semua orang mempunyai kontrol terhadap tubuh mereka, sehingga ia dapat memutuskan siapa yang boleh atau tidak boleh untuk memeluknya.
  • Jika terjadi pelecehan seksual pada anak, beberapa hal yang perlu diperhatikan :
  • Ciptakan kondisi sehingga anak merasa leluasa dalam menceritakan tentang bagian tubuhnya dan menggambarkan kejadian dengan akurat.
  • Yakinkan anak bahwa orang dewasa yang melakukannya adalah salah, sedangkan anaknya sendiri adalah benar.
  • Orangtua harus bisa mengontrol ekspresi emosional di depan anak.

Pendidikan seks kepada anak balita merupakan sebuah proses pendidikan tentang masalah-masalah seks yang harus diketahui dan ditanamkan sejak dini sehingga menjadi bagian dari perilaku anak dan menjadi landasan yang kuat untuk menghadapi fase-fase berikutnya. Untuk mendapatkan hasil maksimal dalam pendidikan anak, para pakar menganjurkan agar pendidikan itu dilakukan orangtua sejak dini. Pada saat ini yang paling diperlukan anak adalah penanaman dan penguatan nilai-nilai agama. Adapun masalah seksual ini hanya sebatas pengenalan dan penguatan jati dirinya sebagai laki-laki atau perempuan sehingga kelak ketika dewasa ia sadar dan mampu bertanggung jawab atas kepribadiannya masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun