Penertiban angkutan umum (angkot) di kawasan Lenteng Agung yang dilakukan oleh Satuan Petugas Dinas Perhubungan (Satgas Dishub), dinilai belum terlalu efektif. Kawasan di dekat Pasar Jaya Lenteng Agung, tempat ngetem angkot 02 dan 83 menimbulkan kemacetan dikarenakan kondisi jalan yang menjadi tempat ngetem cukup sempit, hanya untuk dua arah kendaraan. Ditambah angkot yang ngetem tidak hanya satu, melainkan banyak bak orang yang sedang mengatre. Apabila angkot ngetem, maka pengguna kendaraan harus bergantian.
Petugas Dishub yang melerai para supir angkot yang bandel cukup kewalahan karena para supir hanya memajukkan kendaraannya beberapa meter saja, dan bahkan ada yang melawan petugas dengan marah-marah. Pada jam-jam tertentu saja, seperti jam 6 pagi hingga jam 9 pagi, jalan di kawasan tersebut sudah terjadi kemacetan karena angkot ngetem disitu untuk mencari  penumpang, terlebih angkot 02 yang menuju Pondok Labu. Kondisi tersebut membuat penumpang yang menunggu  di dalam angkot begitu  kesal, karena waktu mereka terbuang sia-sia hanya untuk menunggu angkot hingga penuh kemudian berangkat.
Seperti yang diungkapkan oleh Andi (20), salah satu mahasiswa yang sehari-harinya menggunakan angkot 02 untuk ke kampus. Menurutnya, terkadang ia kerap terlambat masuk kuliah karena waktunya hanya untuk menunggu angkotnya berangkat. Apalagi jika angkot yang ia naiki masih kosong, mau tak mau ia harus menunggu sarat penumpang.
"Saya sudah mengusahakan berangkat dari rumah pagi-pagi sekali agar tidak terlambat ke kampus, tetapi jika angkot masih kosong, maka saya harus menunggu penuh dan itu yang membuat saya kesal", ujarnya.
Ketika ditanya mengapa tidak menggunakan angkutan lain saja, seperti ojek online, ia menjawab bahwa naik angkot terhitung murah dan tidak perlu menunggu sampai datang.
"Meskipun naik angkot membuat kita kesal karena menunggu lama, tetapi ongkosnya lumayan murah yah, cukup bayar lima ribu saja", jawabnya.
Saat ditanya kembali masalah angkot yang ngetem di pinggir jalan yang kondisinya sempit dan membuat kemacetan, Andi menuturkan bahwa petugas Dishub harus lebih tegas supaya para supir angkot tidak mengganggu jalannya kendaraan dari dua arah.
"Jika dilihat dari kondisi jalannya yang sempit gini, dan hanya lokasi ini angkot mencari penumpang, sebaiknya petugas Dishub harus lebih tegas lagi, dan juga bisa mengatur kendaraan yang datang dari dua arah", tambahnya.
Pernyataan tersebut juga ditanggapi sama oleh penumpang lain. Seperti yang diungkapkan oleh Wisnu (35), salah satu karyawan yang bekerja di daerah Fatmawati, bahwa setiap hari ia naik angkot 02 dari Stasiun Lenteng Agung menuju Fatmawati. Menurutnya, ia juga kesal karena selalu menunggu angkot penuh.
"Saya cukup kesal juga, nungguin penuh baru jalan. Kadang ditengah jalan saya sering gelisah takut terlambat sampai kantor. Tapi daripada naik ojek online yang terkadang ongkosnya jadi lebih mahal karena rush hour, lebih baik saya naik angkot dan berangkat lebih pagi", pungkasnya.
Berbeda lagi dengan pendapat Arya (28), salah satu pegawai di daerah Pondok Labu. Menurutnya, harus disediakan tempat ngetem yang layak agar tidak menimbulkan kemacetan.
"Mestinya sih disediakan tempat ngetem agar tidak menimbulkan kemacetan. Tetapi melihat situasi jalan yang tidak memungkinkan untuk dilebarkan, seharusnya dari kesadaran para supir dengan tidak berlama-lama disini", ujarnya.
Saya tidak melawan, tapi...
Situasi penertiban angkot itu justru membuat sang supir angkot dilema. Jika dia ngetem, maka akan membuat kemacetan kendaraan yang melintas. Tetapi jika tidak mencari penumpang disitu, maka sang supir harus bekerja ekstra keras untuk mengejar setoran dari situ. Setelah setoran terkumpul, maka ia akan digaji untuk sehari-hari.
"Saya tau kalau ngetem di sini, pasti akan ditegur oleh petugas dan bikin macet. Tetapi saya harus kejar setoran supaya majikan bisa gaji saya", ujar  Ali Mahmud, salah satu supir angkot 02.
"Karena keluarga saya butuh makan, jadi saya dapat duit darimana jika saya tidak narik. Apalagi jika pagi-pagi banyak mahasiswa maupun pegawai yang naik angkot ke Pondok Labu. Jadi petugas tolong mengerti jika saya atau teman-teman saya ngetem di sini, karena kami harus kejar setoran kepada majikan", tambahnya.
Meskipun sadar bahwa tindakannya menimbulkan kemacetan, sang supir berjanji bahwa ia akan memindahkan angkotnya apabila sudah penuh dan tidak harus berantem dengan petugas Dishub. Kemacetan pun juga dirasakan oleh supir apabila sedang menunggu penumpang, apalagi pada jam-jam sibuk seperti jam 7 pagi dan jam 5 sore.
"iya, kadang kami juga sering berantem, sesama supir maupun sama petugas Dishub. Saya juga capek nunggu begini sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi sudah menjadi kewajiban saya. Semoga kedepannya bisa diselesaikan dengan baik-baik jika terjadi keributan seperti ini lagi", katanya.
Kami sudah bekerja sesuai prosedur
Kemacetan yang disebabkan oleh ngetemnya angkot 02 dan 83 ini juga membuat petugas Dishub gerah. Pasalnya, para supir banyak yang tidak peduli dengan tegurannya dan bahkan sampai beradu mulut. Sikap tersebut ditanggapi oleh petugas dengan kepala dingin, dan juga ketegasan.
Hampir setiap hari para petugas turun ke lapangan untuk mengurai kemacetan tersebut. Resiko pun mau tak mau harus diambil mengingat sifat-sifat para supir yang berbeda-beda. Ada yang nurut maupun yang bandel. Meskipun ada yang menurut, tetapi kendaraan hanya dipindahkan beberapa meter saja, dan itu masih tampak terlihat kemacetan.
"Kami sudah baik-baik menegur para supir yang bandel karena ngetem, tetapi para supir yang terkadang ngeyel kepada petugas sehigga kami agak membentak sedikit agar para supir bisa memindahkan kendaraannya", kata Irfan, salah satu petugas Dishub.
Menurutnya, sikap yang dilakukannya sudah tepat, agar para supir menjadi jera dan kemacetan dapat terurai dengan cepat. Gaya komunikasi juga diperbaiki agar mampu dipahami oleh para supir.
"Kami berusaha menjalin komunikasi yang baik dengan para supir angkot, sehingga para supir pun bisa tersadarkan dan mau mendengar teguran dari petugas. Dan kami juga harus melakukan peneguran dengan baik", tambahnya.
Sikap profesional yang ditujukan oleh para petugas diharapkan membuat supir tersadar dan jera kan perilakunya yang membuat penumpangnya maupun pengendara lain jengkel. Daripada penumpangnya pindah dengan menggunakan moda transportasi online, lebih baik sikap para supir yang diubah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H