Mohon tunggu...
Farikh ali
Farikh ali Mohon Tunggu... Lainnya - SEO Writer

Menyukai bentuk tulisan yang bisa berbicara dan memiliki nada:)

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Penertiban Angkot Dinilai Belum Efektif

18 Maret 2019   21:25 Diperbarui: 18 Maret 2019   21:36 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penertiban angkutan umum (angkot) di kawasan Lenteng Agung yang dilakukan oleh Satuan Petugas Dinas Perhubungan (Satgas Dishub), dinilai belum terlalu efektif. Kawasan di dekat Pasar Jaya Lenteng Agung, tempat ngetem angkot 02 dan 83 menimbulkan kemacetan dikarenakan kondisi jalan yang menjadi tempat ngetem cukup sempit, hanya untuk dua arah kendaraan. Ditambah angkot yang ngetem tidak hanya satu, melainkan banyak bak orang yang sedang mengatre. Apabila angkot ngetem, maka pengguna kendaraan harus bergantian.

Petugas Dishub yang melerai para supir angkot yang bandel cukup kewalahan karena para supir hanya memajukkan kendaraannya beberapa meter saja, dan bahkan ada yang melawan petugas dengan marah-marah. Pada jam-jam tertentu saja, seperti jam 6 pagi hingga jam 9 pagi, jalan di kawasan tersebut sudah terjadi kemacetan karena angkot ngetem disitu untuk mencari  penumpang, terlebih angkot 02 yang menuju Pondok Labu. Kondisi tersebut membuat penumpang yang menunggu  di dalam angkot begitu  kesal, karena waktu mereka terbuang sia-sia hanya untuk menunggu angkot hingga penuh kemudian berangkat.

Seperti yang diungkapkan oleh Andi (20), salah satu mahasiswa yang sehari-harinya menggunakan angkot 02 untuk ke kampus. Menurutnya, terkadang ia kerap terlambat masuk kuliah karena waktunya hanya untuk menunggu angkotnya berangkat. Apalagi jika angkot yang ia naiki masih kosong, mau tak mau ia harus menunggu sarat penumpang.

"Saya sudah mengusahakan berangkat dari rumah pagi-pagi sekali agar tidak terlambat ke kampus, tetapi jika angkot masih kosong, maka saya harus menunggu penuh dan itu yang membuat saya kesal", ujarnya.

Ketika ditanya mengapa tidak menggunakan angkutan lain saja, seperti ojek online, ia menjawab bahwa naik angkot terhitung murah dan tidak perlu menunggu sampai datang.

"Meskipun naik angkot membuat kita kesal karena menunggu lama, tetapi ongkosnya lumayan murah yah, cukup bayar lima ribu saja", jawabnya.

Saat ditanya kembali masalah angkot yang ngetem di pinggir jalan yang kondisinya sempit dan membuat kemacetan, Andi menuturkan bahwa petugas Dishub harus lebih tegas supaya para supir angkot tidak mengganggu jalannya kendaraan dari dua arah.

"Jika dilihat dari kondisi jalannya yang sempit gini, dan hanya lokasi ini angkot mencari penumpang, sebaiknya petugas Dishub harus lebih tegas lagi, dan juga bisa mengatur kendaraan yang datang dari dua arah", tambahnya.

Pernyataan tersebut juga ditanggapi sama oleh penumpang lain. Seperti yang diungkapkan oleh Wisnu (35), salah satu karyawan yang bekerja di daerah Fatmawati, bahwa setiap hari ia naik angkot 02 dari Stasiun Lenteng Agung menuju Fatmawati. Menurutnya, ia juga kesal karena selalu menunggu angkot penuh.

"Saya cukup kesal juga, nungguin penuh baru jalan. Kadang ditengah jalan saya sering gelisah takut terlambat sampai kantor. Tapi daripada naik ojek online yang terkadang ongkosnya jadi lebih mahal karena rush hour, lebih baik saya naik angkot dan berangkat lebih pagi", pungkasnya.

Berbeda lagi dengan pendapat Arya (28), salah satu pegawai di daerah Pondok Labu. Menurutnya, harus disediakan tempat ngetem yang layak agar tidak menimbulkan kemacetan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun