Kau sempat berpikir untuk mengirimnya ke tempat lain
Tempat yang jauh
Atau menguburkannya di bawah pohon khuldi
Buah terkutuk yang menurut kau penyebab makhluk sepertimu ada di sini
Tanpa basa-basi kau mencibir lebih keras dengan popok yang menggantung di tangan
Kau selalu merasa sial. Seperti hari ini, pagi yang melelahkan
Kau harus datang 10 menit lebih awal
 Jika tidak, cuci piring selama seminggu akan menjadi kutukan
"Restoran itu tidak pernah sepi sekali pun," katamu.Â
Tetapi, bau busuk yang bersarang di kamar sebelah membuat kau merasa risau sekaligus jijik
Tidak ada pilihan
Kau harus membersihkannya segera
Dengan rasa penuh paksaan, kau membuka pintu kamar sebelah
Matamu mulai menatap sesuatu yang menyayat hati
Kau melihat kaki yang ringkih, kulit yang mulai meninggalkan tulang, dan uban yang bersarang di kepalanya
Tubuh layu, terbengkalai
"Aku harus bangun lebih pagi", ucapmu sembari membasuh selangkangan daging tua itu
Di saat yang bersamaan, matamu mengamati bibir perempuan dihadapanmu yang naik-turun
Tidak ada suara, tetapi kau paham
"surgaku sedang sekarat."
Semarang, 4 Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H