Kini semua perjuangannya terbayar sudah. Dengan segala keterbatasan yang ada. Kini bocah itu telah diterima dalam sebuah komunitas baris-berbaris, ia tak berpikir apapun. Ia hanya ingin belajar lebih dalam lagi tentang baris-berbaris. Memperbaiki jalannya, mematahkan lagi gerakannya, dan menyatukan feeling dengan pasukannya.Â
Menjadi komunitas baris-berbaris tak menjadikannya mudah tuk masuk ke dalam pasukan perngibar bendera di sekolahnya. Ia harus gagal masuk di saat sedang menduduki bangku kedua dari seragam putih abu-abunya.Â
Sedih, kecewa, marah adalah perasaan yang harus ia lalui. Tangisan keras sering kali terdengar, itu pun tak bisa merubah apapun. Menerima adalah jalan satu-satunya tuk melewati segalanya.Â
Menyerah memang membutuhkan energi. Namun, dorongan Sang Ilahi membawanya pada sebuah kesempatan yang selama ini bocah itu dambakan. Tepat saat ia menduduki bangku akhir seragam putih abu-abunya. Ia berhasil menjadi paskibra sekolah tersebut dengan menyabet pasukan tengah atau biasa disebut pasukan delapan.Â