Mohon tunggu...
Farih AbdulRauf
Farih AbdulRauf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Semangat

Nama saya Farih Abdul Rauf mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta jurusan Ilmu Komunikasi, Izinkanlah saya menuangkan tulisan di kompasiana, salam hangan untuk semuanya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Membuat Seseorang Hidup

20 April 2021   22:00 Diperbarui: 20 April 2021   22:51 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

            Giliran Haidar yang menepuk pundak Dea. “Cita-cita kamu harus besar, Dea. Jadikan kelemahan yang kamu punya sebagai pelajaran, dan jadikan kelebihan sebagai acuan untuk meraih kesuksesan.” Ucapan Haidar itu ternyata dapat menghilangkan raut sedih putrinya. “Kalau Ayah boleh tahu, apa cita-cita, Dea?”

            Haidar dan Mindya sangat menunggu jawaban Dea, penasaran. Akan tetapi, Dea malah pergi ke kamarnya untuk mengambil buku kecil berisi cerita pendek yang pernah ia buat. Setelah Dea menyerahkan buku itu, mereka membaca salah satu cerpen milik putrinya dengan antusias.

            Selesai membaca, Haidar pun menoleh ke arah anaknya. “Kalau lihat bakatmu seperti ini, kamu lebih cocok jadi penulis, atau kalau mau, kamu bisa mendirikan perusahaan penerbitan buku.”

            Dea tersenyum senang. “Ayah, Ibu, itu cita-cita Dea.”

            Tak mau terus terpuruk karena mayoritas nilainya menunjukkan angka yang pas-pasan, Dea pun berusaha meningkatkan semangat belajar di semester selanjutnya. Walaupun terkadang beberapa teman menyinggung Dea karena peringkatnya turun, gadis itu memilih untuk mengacuhkannya. Dea harus lebih fokus meningkatkan nilai agar bisa mencapai impiannya menjadi seorang penulis terkenal. Lebih-lebih jika dapat memberikan motivasi dan hal positif kepada orang banyak. Jika hal itu terjadi, sujud seratus kali pun tak mampu menggambarkan rasa syukurnya yang begitu besar.

            Dea memutuskan untuk bergabung di organisasi mading sekolah dan rajin berkonsultasi dengan guru bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan berbahasanya. Guru tersebut dengan telaten dan sabar menjawab berbagai pertanyaan yang Dea ajukan. Saat pelajaran berlangsung pun Dea menjadi murid yang paling aktif menjawab dan bertanya, sehingga terjadilah umpan balik di antara guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar. Gadis itu begitu bersemangat, berbeda dengan kebanyakan teman sekelasnya yang lebih memilih untuk tidur dengan berbantal tangan.

            Niat dan usaha yang keras membuat Dea ditunjuk sebagai perwakilan sekolah untuk mengikuti lomba menulis cerpen. Dea tak menganggapnya sebagai beban, melainkan sebagai sebuah kesempatan emas untuk menyalurkan bakat menulisnya. Apalagi Dea yang mendapatkan dukungan penuh dari orang tua dan guru bahasa Indonesia. Ia menjadi sangat yakin dan optimis dapat meraih penghargaan yang sesuai dengan minat dan bakatnya itu.

            Selama seminggu, setidaknya Dea berlatih membuat tiga sampai lima cerpen. Tak hanya itu, ketika menemukan kosakata baru, Dea dengan cepat membuka kamus di handphone miliknya untuk menuntaskan rasa ingin tahu mengenai arti dari kata tersebut. Semua yang berkaitan dengan kebahasaan, Dea pelajari, seolah sudah menjadi makanannya sehari-hari.

            Saat pengumuman pemenang lomba menulis cerpen, para juri menobatkan Dea sebagai juara satu. Mengetahui hal itu, Dea tak dapat membendung rasa senangnya. Gadis itu langsung memeluk guru bahasa Indonesia yang sudah mendampinginya selama lomba berlangsung. Tak lupa, ia pun mengucapkan banyak terima kasih kepada beliau.

            “Kalau gak ada Bu Guru, pasti Dea gak akan sampai di titik ini,” ujar Dea sambil membawa piala dan piagam penghargaan dari hasil kerja kerasnya.

            “Semua yang kamu dapatkan hari ini adalah buah dari doa dan usaha keras kamu Dea. Bu Guru hanya membantu mengasah kemampuan kamu. Selebihnya, kamu menang karena memang punya bakat dalam hal ini. Selamat ya, Dea. Bu Guru bangga sama kamu,” puji guru bahasa Indonesia itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun