Mohon tunggu...
FARID WILDAN KURNIAWAN
FARID WILDAN KURNIAWAN Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan Institut Al Fithrah Surabaya

Seorang pencinta pengetahuan dan ingin menyebarkan kepada khalayak ramai, maka buku adalah teman terbaik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Merenung Bersama M Natsir dalam Persoalan Pendidikan dan Kemajuan Bangsa

4 Desember 2024   06:16 Diperbarui: 4 Desember 2024   06:18 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan bagian dari elemen pengerak roda peradaban menempati posisi paling dasar.  Suatu bangsa yang beradab ditentukan oleh sistem pendidikannya. Bila menengok sejenak sebelum Renaisans, era Abbasiyah menjadi primadona para sarjana Timur dan Barat untuk mengabdi pada ilmu pengetahuan.

Lebih jauh lagi, bangsa Yunani era Hellenisme boleh dikata penyebar benih-benih pemikiran filosofis  pada masa Aleksander yang mengekspansi hampir seluruh bagian dunia, meliputi Eropa, Asia Dan Timur Tengah. Lantas kegemilangan itu apakah hanya sebatas catatan sejarah? 

Khususnya bagi para pendidik dewasa ini yang memiliki fasilitas yang bisa dikatakan mewah, mengingat akses untuk memperoleh informasi dan pengetahuan amatlah mudah, semudah hanya Klik!.

Bila menengok semangat-semangat orang-orang zaman dulu dalam mengabdi pada ilmu pengetahuan, sangatlah luar bisa. Keterbatasan alat dalam penelitian yang dilakukan oleh dokter-dokter di Timur Tengah misalnya; tentu bisa dibayangkan bagaimana Fakruddin Ar Razi, Al Farabi, Ibnu Rusyd dan Ibnu Sina bisa bereksperimen, bila tidak bisa dikatakan di-ilmiahkan jika mengunakan istilah modern.

Bahkan sebelum sarjana muslim di atas orang-orang Yunani pada abad 3 SM sudah menemukan bintang-bintang beserta catatan lengkap meliputi bentuk, jarak, dan geraknya. Sebagai contoh; Anaxagoras, Mazhab Pythagorean, Aristharchus, Archimedes dan Apollonius menemukan rumus-rumus geometri. Artinya peradaban dewasa ini, merupakan manifestasi dari perjuangan-perjuangan sarjana orang zaman dulu, tanpa memandang dari mana mereka berasal.

Berangkat dari peryataan di atas, menarik untuk merenungi tulisan dari M.Natsir; seorang pahlawan perjuangan kemerdekaan, ulama dan politikus asal Sumatera. Dalam tajuk karyanya yang terdapat dalam karangan Capita Selecta tentang pendidikan, ia mengajukan pertanyaan; apa yang bisa diambil dan diperoleh dari sejarah kegemilangan bangsa timur dan barat?

Natsir menjawab dengan semangat dan penuh kepastian bahwa: 'Kemajuan dan Kemunduran bangsa tidak tergantung dari asal mana; baik Barat ataupun Timur, bahkan warna kulit sekalipun. Tapi tergantung pada 'Ada' dan 'Tidaknya' kapasitas dan kemampuan untuk menjadi bagian dalam dunia yang luas ini. Adapun Ada dan Tidaknya itu tergantung pada didikan jasmani dan rohani, untuk mencapai kemajuan.  

 Pendidikan Dan Tujuan Hidup

Tulisan M.Natsir secara sederhana mengenai pendidikan berbicara spesifik dengan nada Islamis. Gaya tulisan ini memang menunjukkan semangat zamanya yang pada masa itu masih berbau kolonialisme. Tak heran bila ia mengawali tulisannya dengan beberapa ayat Al Qur'an yang kemudian dianalisis dan dipadukan dengan isu-isu yang berkembang pada masanya.

Tapi apakah pemikirannya masih relevan dengan kondisi zaman sekarang? Tentu tidak secara dramatis memastikan Iya atau tidaknya, namun persoalan pendidikan akan tetap eksis bila diajukan pertanyaan yang menjadi pokok dan substansi adanya pendidikan, yakni : Apa Tujuan Dari Pendidikan? Pertanyaan semacam itu sangat fundamental dan penuh dengan beragam prespektif.

Pertanyaan di atas sengat amat luas dan harus memakai pendekatan-pendekatan yang mempengaruhi bagaimana perkembangan dan kemajuan zaman. Natsir dengan tegas menyandingkan pertanyaan tujuan pendidikan dengan tujuan hidup, ini secara spesifik memberikan makna bahwa pendidikan harus bertujuan; 'Memanusiakan Manusia'.

Kedua pertanyaan mengenai Tujuan Pendidikan dan Tujuan Hidup tidak boleh dipisahkan satu sama lain. Harus bersanding seperti sayap burung, karena bila berbicara pendidikan secara tidak langsung juga berbicara mengenai kehidupan. Dan dari situlah makna 'memanusiakan manusia' akan terwujud.

Apa tujuan manusia hidup di alam semesta ini? Natsir mengutip Ayat Al Qur'an surat Ad-Dzariyat yang secara subtansial merujuk pada Tujuan hidup manusia hanya untuk Mengabdi kepada Tuhan. Arti 'Mengabdi Pada Tuhan' menjadi sangat pokok berkenaan dengan tujuan pendidikan. Karena menjadi Hamba Allah Tidak mudah, harus 'Berilmu' dan itu hanya bisa dicapai dengan pendidikan. 

Dialektika antara pendidikan dan kehidupan amat nampak di atas. Hubungan timbal balik antara pendidikan dan tujuan hidup manusia harus termanifestasikan dalam sistem pendidikan. Dimana seorang guru tidak hanya sekedar mengajar, tapi harus membimbing, mencontohkan dan menunjukkan keterkaitan apa yang dipelajari dengan kehidupan nyata.

Peran Orang Tuan Dan Guru Dalam Pendidikan

Disamping mengenai persoalan pendidikan dan tujuan  hidup yang secara teoritis di atas. Natsir memberikan penempatan penting peran orang tua dan guru dalam mendidik anak. Keduanya memang berbeda, tapi pengaruh untuk masa depan anak sangat signifikan. Oleh sebab itu; Natsir memberikan ketegasan bahwa 'Orang Tua Dan Guru' bukan sekedar simbol atas dasar pilihan mereka, tapi suatu pengabdian pada umat manusia untuk menyampaikan apa yang diyakininya itu benar dan bermanfaat di masa depan.

Menurut Natsir: "Tuhan telah mengamanatkan anak itu supaya kita didik dan kita pimpin. Kita sebagai ibu-bapak yang lebih tua dan lebih kuat, ber-tanggung jawab atas nasib anak-anak kita itu. Tiap anak itu dilahirkan suci, maka ibu-bapaklah yang menjadikan dia seorang Majusi,Nasrani dan Yahudi.  Begitu junjungan kita Nabi Muhammad saw, memperingatkan kepada tiap-tiap  ibu-bapa kaum Muslimin ber-hubung dengan kewajiban mereka terhadap anak-anak mereka".

Adapun guru bukan sekedar profesi, ia menjadi bagian dari anak, diluar pengawasan orang tua. Tapi guru dewasa ini telah menjelma menjadi semacam profesi yang amat kontras dengan indentitasnnya yang agung itu, sebagai tonggak pewaris budaya dan ilmu pengetahuan kepada anak didik.

Jauh sebelum fenomena-fenomena guru dewasa ini yang ingin naik gaji dan diberikan hak-haknya yang layak. Natsir sudah membicarakannya, berkenaan dengan kesejahteraan Guru. 

Meninjau dalam sejarah, pada masa kehidupannya, ia melihat bagaimana sekolah Partikelir (Swasta) dan Negri (buatan pemerintah) amat nampak kontras satu sama lain. Padahal keduanya sama-sama mendidik anak, yang menjadikan kontras adalah aspek ekonomi yang menunjang guru, sehingga banyak memilih menjadi bagian sekolah di naungan pemerintah (Negri).

Memang dewasa ini sekolah-sekolah  di seluruh Indonesia sudah banyak. Tapi apa efektivitas dari adanya semua itu, bila hingga sekarang ini pendidikan dan baca-tulis masih rendah! Sangat kontras sekali bila melihat literasi bangsa kita hari ini, dimana akses pendidikan mudah, tapi buahnya tidak nampak sekalipun.

Dengan nada yang berbeda, Natsir mewanti-wanti bahwa kemajuan bangsa harus selaras dengan pendidikan. Tidak sekedar cerdas, tapi paham dan mengerti kehidupan dan bangsanya sendiri. Ia Mengatakan; "bagaimanakah kita akan membangun perekonomian dan pergerakan politik dalam kalangan bangsa kita yang ber-miliun itu, apabila mereka masih belum 5% pandai tulis-baca. Apakah akan dibangunkan gedung perekonomian dan kepolitikan kita, apabila keadaan kaum kita yang ber-juta-juta itu masih saja sebagian, belum tahu dimata-huruf!".

Sebagai Orang-Tua dan Guru jangan hanya memberikan semacam pengetahuan saja pada anak didiknya, selayaknya diberitahu dan disadarkan bahwa mereka-mereka kelak yang mewarisi seluruh peradaban yang hari ini dirasakan. 

Mereka yang sekarang lagi bermain game, makan, ataupun sedang belajar adalah para pewaris bangsa. Mereka bukan hanya seorang anak yang dituntut pintar, cerdas dan berakhlak, hal itu amat kejauhan. Tuntutlah pada hal-hal yang memungkinkan seorang anak untuk berkembang, dimulai dari pengenalan, pengertian hingga pemahaman.

Buah Dari Sebuah Pendidikan Yang Bermutu Terhadap Kemajuan bangsa.

Sekilas nampak optimis pandangan Natsir mengenai pendidikan dan pembangunan bangsa. Hal ini tercermin dalam pemikirannya mengenai pendidikan yang di uraikan di atas. Dimana asas kehidupan amat bersandingan dengan asas-asas pendidikan.

Hal itu mengingatkan penulis pada filsuf Driyarkara yang mengatakan; "Persoalan pendidikan sama halnya dengan persoalan hidup". Tujuan dari adanya lembaga pendidikan tidak sebatas hanya untuk kepentingan per-orangan, tapi juga kepentingan bangsa. Karena hanya lewat pendidikanlah transmisi budaya bangsa bisa diwariskan.

Bila pendidikan merupakan tonggak dari transmisi budaya suatu bangsa? Lantas mengapa dewasa ini pendidikan semakin pragmatis, dimana labelisasi sarjana dan doktoral semakin marak! Kriminalitas akademik dengan adanya joki tugas, plagiasi, dan ijazah palsu menjadi rahasia umum, mengapa hal semacam ini tetap dipertahankan!

Apakan dengan fenomena di atas optimisme Natsir menjadi mungkin untuk kemajuan bangsa? Bahkan memperadabkan bangsa kita ini (Indonesia). Tentu sungguh naif bila mengafirmasinya, mengigat amat mustahil bila menjadikan suatu bangsa yang beradab bila pendidikannya masih rancu dan penuh ketidakjujuran.

Dengan demikian hal yang paling memungkin adanya perubahan dan perkembangan dalam pendidikan harus dimulai dari; 'Mendidik diri-sendiri' terlebih dahulu. Karena hal itulah yang secara rasional bisa mengubah orang disekitar. Tidak perlu muluk-muluk untuk mengubah dunia; dengan 'mendidik diri-sendiri' niscaya perubahan dan perkembangan akan terjadi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun