Mohon tunggu...
Farid Priandi
Farid Priandi Mohon Tunggu... Dosen - Guru

Discendo Discimus Penulis Buku (Beberapa sudah terbit), pendaki gunung, seorang guru, traveller. S1 kehutanan, S2 Ilmu Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Khutbah Jum'at: Menjadi Pemimpin Islami

21 Juni 2024   10:18 Diperbarui: 21 Juni 2024   10:20 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Khutbah Pertama

 

  .

  .

   

- - .

Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah,

Pemimpin merupakan orang yang akan mengatur urusan-urusan bagi bawahannya, baik pemimpin di tingkat negara maupun lembaga.

Seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat terpuji, dan menjauhi sifat-sifat tercela.

Karena pemimpin memiliki tanggung jawab besar, dan orang yang akan dahulu ditanyai pertanggung jawabannya di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala.

Maka dari itu, khatib ingin menyampaikan beberapa poin, Mengenai menjadi pemimpin yang baik, dalam pandangan Islam.

1. Bertaqwa kepada Allah

Bertaqwa kepada Allah, berarti mengerjakan seluruh perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. 

Bahasan ini terlalu umum dan luas. namun, apabila kita kerucutkan, maka biasanya bertaqwa kepada Allah mencakup Aqidah dan Ibadah, pastinya menjauhi syirik kepada-Nya.

Seorang pemimpin hendaknya dia tidak pernah meninggalkan salah satu dari rukun Islam. Yaitu, bersyahadat, artinya dia benar-benar menerapkan nilai tauhid dalam kehidupannya, menjauhi syirik dan amalan perusak lainnya. Serta taat kepada ajaran Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam yang murni. 

Tidak layak menjadi pemimpin, apabila dia orang yang suka pergi ke dukun, atau percaya ramalan-ramalan ghaib.

Kemudian, tidak meninggalkan shalat fardhu, bahkan seorang pemimpin harusnya shalat di masjid. Zakat wajib tidak pernah tinggal, karena posisinya setara dengan shalat.

Kemudian berpuasa di bulan ramadhan serta berhaji apabila mampu secara fisik dan finansial.

2. Memiliki sifat shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah

Empat sifat tersebut berasal dari sifat Rasulullah, namun versi pemimpin selain rasul, tentu ada perbedaan makna.

Seorang pemimpin, harus memiliki sifat shiddiq, yaitu benar. 

Hendaknya seorang pemimpin berpedoman kepada kebenaran, yaitu bersumber pada Al-Qur'an.

Rasulullah bersabda,

"Bila seorang budak yg buntung dan berkulit hitam diangkat sebagai pemimpin kalian, dan dia memimpin kalian dengan kitab Allah maka dengar dan ta'ati". (HR. Muslim, no. 3422)

Artinya dalam langkah-langkah kepemimpinannya haruslah dia buka Qur'an, melihat bagaimana seharusnya dia menetapkan sesuatu. 

Tidak dengan akal dan emosi pribadinya, karena semua ada tuntunannya, agar Allah menjadi pembimbingnya dalam memimpin.

Kemudian, pemimpin haruslah amanah, yaitu dapat dipercaya. Janjinya bisa dipegang, artinya selalu ditepati, meskipun tidak sempurna.

Kemudian, hendaknya pemimpin itu tabligh, yaitu menyampaikan semua ketetapannya. 

Peraturan-peraturan yang akan diberlakukan harusnya diumumkan dan disebarluaskan, serta menimbang pendapat rakyatnya dalam pelaksanaannya.

Pemimpin juga harus bersifat fathanah, cerdas adalah keharusan bagi seorang pemimpin. 

Kita calon-calon pemimpin harus giat belajar, agar cerdas dalam menentukan keputusan dan mengambil langkah kepemimpinan.

3. pemimpin hendaknya tidak egois

Sebagai pemimpin, harus mendengarkan keluhan rakyatnya, tidak boleh egois. 

Meskipun karakter orangnya adalah orang yang keras atau bahasa sekarang disebut koleris, WAJIB baginya melembutkan hatinya untuk menerima keluhan, kritikan dan saran dari rakyatnya. 

Pemimpin tidak boleh cepat men-judge bawahannya, apakah melakukan kesalahan tertentu atau tidak. 

Harus tetap melalui proses tabayyun, untuk memastikan kebenaran berita dari rakyatnya. Banyak sekali kasus salah tangkap, kasus salah tindak, keputusan-keputusan yang merugikan.

Berasalan dari sikap masyarakat yang begini dan begitu, namun belum dipastikan kebenarannya.

Dan pemimpin tidak boleh memiliki sifat gengsi, apabila dikritik merasa tidak bersalah. 

4. Pemimpin yang dicintai dan mencintai

Rasulullah bersabda,

:  

!

( )

"Sebaik-baik pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian cintai dan mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka pun mendoakan kalian. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian benci dan membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian" (HR. Muslim, No: 1855).

Jangan sampai kita menjadi pemimpin yang tidak disukai rakyat kita, karena kesalahan fatal kita tehadap mereka, malah menjatuhkan marwah kita sebagai pemimpin.

Mungkin, dalam rapat-rapat dan pertemuan-pertemuan biasa-biasa saja, saling tegur sapa. 

Akan tetapi hatinya, merasa tidak bersalah, yang padahal ada rasa dongkol terhadap rakyatnya atau bawahannya, dan begitu pula sebaliknya. 

Khutbah Kedua

Jama'ah jum'at yang semoga dirahmati Allah,

Mari kita persiapkan anak didik kita menjadi pemimpin-pemimpin yang baik. Mereka adalah pengganti kita, bagi anak-anakku calon pemimpin masa depan.

Mari kita teguhkan persiapan kita untuk menjadi pemimpin yang baik, sesuai dengan ajaran Islam yang benar. 

Karena dengan demikian, kita sudah berusaha menjadi pemimpin yang diridhai Allah subhanahu wa ta'ala. 

 

.

.

. .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun