Hal ini menjadi penting karena kita kerap membuang waktu hanya untuk mencari jawaban yang sejatinya tidak berkontribusi terhadap pemahaman. Seperti sebuah pertanyaan seperti ini: "Di wilayah kerja Puskesmas tempat saya bertugas, banyak orang merokok, apa yang harus kami lakukan?".Â
Adalah sah menanyakan hal-hal teknis dan bersifat personal, namun dalam konteks mengejar pemahaman yang utuh, pertanyaan semacam itu hanya akan berujung pada waktu yang terbuang sia-sia.
Kembali ke dunia pendidikan tinggi. Saya adalah mahasiswa program studi S1 Keperawatan yang merupakan salah satu rumpun dalam bidang ilmu kesehatan.Â
Dalam perkuliahan, saya sering menemukan rekan-rekan mahasiswa yang lebih tertarik untuk menanyakan hal-hal teknis seputar protokol kerja seorang perawat.Â
Jika begini, maka bagaimana? Jika pasien mengalami gejala lebih dari tiga hari, apa yang harus dilakukan? Jika instrumen ini tidak ada, apakah bisa diganti dengan instrumen yang lain? Dan seterusnya.Â
Semestinya kita lebih tertarik untuk mengejar pemahaman tentang sebuah konsep---yang dalam hal ini adalah konsep sebuah penyakit dan konsep keperawatan---sampai ke tingkatannya yang paling dasar, sehingga pertanyaan yang muncul tidak lagi berkutat pada hal-hal yang bersifat teknis maupun personal.Â
Bahkan, lebih parahnya lagi, sebagian mahasiswa juga menyukai pertanyaan-pertanyaan semacam, "Apakah materi ini akan diujikan nanti saat final test?", "Apakah peraturan itu wajib?", "Di acara seminar itu harus pakai seragam atau tidak?".
Membuka diri untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis, yang tidak jarang adalah pertanyaan yang radikal, sering kali terkendala oleh stereotip bahwa orang yang ditanya, yang dalam hal ini adalah dosen, adalah orang yang serba tahu dan tidak mungkin salah.Â
Di daerah-daerah tertentu, hal ini barangkali erat kaitannya dengan budaya belajar mengajar yang tradisional, di mana adalah tidak lazim bagi seorang murid untuk mengkritisi sang guru, karena seseorang tidak mungkin diberi label sebagai "guru", kecuali apa yang dikatakannya adalah berdasarkan keilmuan yang mendalam serta kebijaksanaan yang ditempa sepanjang hidup.Â
Tidak menaati apalagi membantah perkataan guru berarti mencederai integritas dan karakter sebagai seorang murid yang berbakti, yang ujungnya bisa menjadi kualat.Â