Dr. Ira Alia Maerani (Dosen Fakultas Hkum, Universitas Islam Sultan Agung Semarang)
Farid Fardan Ramdhani( Mahasiswa Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, UNISSULA, Semarang)
Negara kita adalah negara demokrasi, dimana kita dapat menyuarakan suara kita dan kritik kepada para petinggi yang memegang kekuasaan. Yang harusnya para pemenggang kekuasaan tersebut dapat menerima suara dari rakyat kecil sang sedang tertindas dengan kerasnya kehidupan saat ini, kekurangan finansial, rumah yang hilang akibat adanya peggusuran dari pemerintah kota, ditambah lagi datangnya pendemi yang membuat perekonomian semakin membelit. Orang kaya yang semakin kaya dan orang miskin yang semakin miskin, pandemi ini menyebar sangat cepat dan mulai menjangkit orang banyak, mulai dari anak-anak orang dewasa bahkan katanya virus ini angat berbahaya jika yang terjangkit adalah orang yang sudah berumur atau orang tua yang dimana presentase kematiannya lebih besar daripada kesembuhan.
Dari sinilah mulai munculnya spekulasi dari masyarakat, ada yang bialng ini adalah rekayasa dari pemerintah agar pemerintah dapat meraup keuntungan. Tapi semua itu bukan apa-apa justru disinilah pemerintah diuji bagaimana cara “menyelamatkan” rakyat kecil dari keterpurukan. Justru pemerintah malah membuat kebijakan yang membuat masyarakat kecil lebih menderita, dilarang membuat kerumunan tapi kenapa barang dagangan yang justru disita dan mereka akan didenda yang dimana nilai denda tersebut mungkin tidak sesuai dengan kemampuan mereka, seorang ibu-ibu yang mencoba melindungi barang dagangannya justru di pukul oleh oknum satuan polisi pamong praja yang sekarang kasusnya entah bagaimana keanjutannya.
Darisini muncul kritik atau pendapat kepada pemeritah yang hanya bisa membuat aturan tanpa sebuah solusi dan entah mengapa orang-orang yang mengritik sistem pemerintahan tersebut dikenai pasal. Mereka hanya ingin menyuarakan suara mereka dan didengar oleh para petinggi di pemerintahan, aksi yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengkritik pemeritah dengan membuat mural di pinggir jalan, di tembok, memasang banner hingga demo yang membuat para pedaggang kecil sengsara. Dan entah kenapa masyarakat yang ingin menyuarakan suaranya justru ditangkap?
Gambar diatas adalah mural kritikkan kepada pemerintah, mural ini sempat viral di dunia maya karena bertuliskan “Dipaksa Sehat Di Negara Yang Sakit” menurut saya ini adalah sebuah karya seni yang ditambahi oleh sarkas atau sindiran kepada pemerintah, tapi setelah mural tersebut viral dan aparat menghapus mural tersebut dengan cat, aparat juga memburu orang yang membuat mural tersebut. Saya berdoa agar si pembuat mural diberi keselamatan, Aminn.
Ini adalah salah satu mural yang lagi-lagi mengkritik tentang pemerintah yang lebih perhatian kepada mural daripada rakyat. Jadi jika sebuah mural yang mengkritik tentang sebuah aturan atau sebuah lembaga itu dihapus berarti mereka sudah membaca suara kita.
berkomitmen dan konsisten hanya untuk kebenaran. Dalam hal menyampaikan pendapat sebaiknya senantiasa berpegang teguh pada kebenaran dan tidak memperturutkan hawa nafsu. Apabila prinsip ini sudah dipegang, siapapun akan bersikap kritis dan tidak sembarang berbicara, serta tahu kapasitas diri dan mencari pengetahuan yang benar terkait isu yang dikomentari. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Surat Shad: 26 yang berbunyi:
“Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”
Prinsip ini juga mengajarkan jika dalam suatu perdebatan hendaknya juga tetap menjunjung tinggi kebenaran dan jangan sampai kehilangan arah.
Islam sangat menghargai hak setiap orang dalam mengemukakan pendapat. Tetapi Islam juga mengajarkan mengenai kaidah-kaidahnya agar kebebasan berpendapat dapat membawa manfaat dan tidak mengakibatkan kerusakan.