Mohon tunggu...
Andi FaridBaharuddin
Andi FaridBaharuddin Mohon Tunggu... Buruh - Penulis, Penari Profesional, dan Aktifis

Mahasiswa Pascasarjana Unhas Prodi Sastra Inggris telah menulis dua buah buku berjudul: 1. Luka Wajah dan Perlawanan (kumpulan Sajak) 2. Tombak Merah Sehimpun Tulisan Bernada Gelora (Kumpulan Essay)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jubah Baja Demonstrasi

10 November 2019   12:06 Diperbarui: 10 November 2019   12:05 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Petang menjelang, 

Si pria itu, tengah duduk beralaskan tanah.

Perawakannya kurus, bajuhnya lusuh namun berjiwa baja sekalipun terror menghadannya. 

Dengan mata yang tajam, ia memandang sang istri yang dilanda ketakutan. 

Wajah yang dulu ceria mengerut lantaran isak tangis membasahi pipinya. 

Tak selang berapa lama, ia memeluk manja sang anak untuk mereda tangisnya yang menggema di gubuk kecil itu.

Dalam kakelalutan, ia melontarkan kata seraya "tenanglah istriku, aku hanya pergi sebentar. Negeri ini laksana rumah yg dihantui dengan moncong senjata. Diam kita mati, melawanpun akan dilenyapkan. Namun, ketahuilah dik, sebaik-baiknya hembusan nafas terakhir adalah saat berlawan. Aku berangkat!"

***

Saat di medan aksi, jalanan dipenuhi dengan gemuruh massa yang bermandikan darah. 

suara suara itu bergelegar di aspal yang tengah dihantam terik panas matahari. Nyanyian timah panas bergenuruh di tengah lautan manusia. 

Para Demonstran sadar, jika mereka hanyalah buruh dan petani yang  lapar, berlumpur dan kurus  lantaran gubuk kecil mereka tengah tergusur demi kepentingan pemodal asing. 

Namun, dengan detakan jantung yg tak seirama, ia mengangkat dan mengepalkan tangan kirinya. Seraya berkata, "... hanya ada satu kata, Lawan!!!"


Makassar, 1 Mei 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun