Liar
Burung melihat umpan berhambur di halaman tubuhku
 Tubuhku mematung di atas kursi menghadap pagar rumah
 Dari pagar rumah matanya mematoki tubuhku
Â
Surabaya, 21 Oktober 2016
Apakah Gerangan?
Apakah gerang yang menggusar di balik baris tulang cantik, menjadi selat antara dua lembah daging.
 Seperti menggelitik, tapi tidak geli.Â
Sakitnya sampai menampar tempurung kepala.
Surabaya, 19 Oktober 2016
Takwil
Matahari  kubelah, sayang
Hujan gugur di teras rumah
Panas dan dingin bergelut di dadaku.
......
Bahkan ketika matahari yang kubelah, jatuh menimpaku
Aku sudah kehabisan airmata
Surabaya, 2016
Kepada Do'a dari Tembakau
Aku mengemasi do'a yang berserakan di sekujur sajadah
Aku lipati dan menyinpannya di saku baju pas di atas jantung
Kemudian aku beranjak meninggalkan surau bambu di tepi jalan
Tembakau menari-nari di kelopak mata
Mengaburkan antara gerimis dan airmata
Petani kere
Â
Tembakau tahun ini kehabisan hijaunya
Seperti senyum ayah dan ibu, lesup di padang tanah liat
Menguning tua, busuk di jalari ulat logika
 Harapan ayah membeli sepetak tanah baru, basah di kantong celananya
 Seperti daun tembakau terpintal layu di sepanjang batang
Surabaya, 16 Oktober 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H