Mohon tunggu...
Farid Abdullah Lubis
Farid Abdullah Lubis Mohon Tunggu... Lainnya - Islamic Communications and Broadcasting Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta

Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-aji, Sugih Tanpo Bondho ~ Hanya seorang pelajar yang ingin terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Media Digital terhadap Budaya dan Karakter Bangsa

29 Oktober 2022   03:18 Diperbarui: 29 Oktober 2022   03:23 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: indrajatim.com

Ditambah lagi fenomena anak sekolah dasar yang sudah dijajaki dengan Handphone oleh orang tuanya. Itu juga sangat memberikan dampak yang signifikan terkait perkembangan jati diri cikal bakal anak muda Indonesia.

Seperti yang kita tahu, Media digital tak bisa kita bendung. Bagaimana pun caranya, akan terasa sulit bagi orangtua untuk membatasi anaknya dalam menggunakan gadget. Sungguh hal yang lumrah terjadi apabila semakin dibatasi dan dilarang, maka anak akan semakin penasaran dan melakukan apa yang dilarang oleh orangtuanya. 

Perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial (social reletionships) atau sebagai transformasi terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial dan segala bentuk transisi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang terdapat pada masyarakat, yang merajai nilai-nilai, sikap serta pola laku pada khalayak.

Kalau kita berbicara tentang Budaya, bahwa budaya itu bukan hanya sesuatu yang kuno dan tradisional. Budaya adalah sesuatu yang organik. Setiap lagu baru, pakaian jenis baru, film baru, cerita yang baru, semua itu adalah hasil dari budaya maupun budaya yang sudah teralkuturasi. Budaya itu hidup dan terus berkembang. 

Sebagaimana kita ketahui, kebudayaan Indonesia terbentang dari Sabang sampai Marauke. Memiliki puluhan warisan kebudayaan yang kaya akan seni. Bahkan banyak negara lain yang kagum dan ingin mengklaim budaya Indonesia sebagai budaya mereka. Tentunya itu menjadi hal yang baik bagi bangsa kita, tapi satu sisi itu bisa jadi alaram bagi kita untuk terus melestarikan dan merawat budaya kita sendiri.

Wajar saja hari ini banyak kita temukan sebagian dari kita lebih mencintai bahkan menerapkan budaya asing dengan bangganya. Kalau jadi hindu jangan jadi orang India, kalau jadi orang Islam jangan jadi orang Arab, kalau Kristen jangan jadi orang Yahudi, tetaplah jadi orang nusantara dengan adat-budaya nusantara yang kaya raya ini, begitu lah kata Bung Karno si bapak Proklamator kita.  

Mungkin kalimat itu seperti guyon, tapi faktanya hari ini, itu semua terjadi. Westernisasi yang menyerbu dan merabat di kalangan anak muda pun sudah terjadi, tak banyak generasi anak muda Indonesia yang lebih bangga terhadap budaya luar dan bahkan dampaknya banyak yang merasa malu untuk mempraktekan budaya nusantara itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari nya. 

Apalagi budaya Korea yang semakin hari semakin jadi, saya bukannya anti dengan budaya luar, hal lumrah kita melakukan dan menyukai itu. Tapi, apakah kita harus menyembah dan eluh eluhkan budaya mereka? harunya jawaban nya adalah tidak. Karena banyak orang barat yang juga sangat menyukai budaya Indonesia, makanan, film, lagu, bahkan orang-orang Indonesia.

Saat ini, kita sedang berada di fase kehidupan yang adaptif, yang terus akan bergerak mengikuti perkembangan zaman. Tetapi nampaknya, akibat hal ini lah tanpa kita sadari sebenarnya kita semua didungukan, yang jika kita biarkan berlarut tentu hal ini dapat membunuh karakter budaya kita sendiri. 

Terlebih lagi karena mentak generasi muda Indonesia saat ini yang dengan mudahnya menelan kebudayaan asing mentah-mentah meski terkadang tamadun tersebut tak sesuai dengan nilai-nilai budaya kita. Karena sejatinya bangsa Indonesia tidak tersusun dari batas peta, tapi gerak dan peran besar kaum muda.

Sebenarnya menurut sebagian pakar budaya, Penduduk Indonesia ini perlu adanya upaya deradikalisasi yang bisa menurunkan paham atau kelompok radikal yang bisa membahayakan Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun