Mohon tunggu...
Farid Abdullah Lubis
Farid Abdullah Lubis Mohon Tunggu... Lainnya - Islamic Communications and Broadcasting Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta

Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-aji, Sugih Tanpo Bondho ~ Hanya seorang pelajar yang ingin terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wajah Pendidikan Indonesia di Tengah Pandemi

15 Mei 2020   04:22 Diperbarui: 15 Mei 2020   04:27 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ini memperlihatkan semangat dan kebahagiaan dalam menuntut ilmu sebelum datangnya Pandemi Covid-19

Skor kemampuan siswa Indonesia dalam membaca meraih skor rata-rata yakni 371, jauh dibawah rata-rata OECD yakni 487. Kemudian untuk skor rata-rata matematika yakni 379, sedangkan skor rata-rata OECD 487. Selanjutnya untuk sains skor rata-rata siswa Indonesia yakni 389, sedangkan skor rata-rata OECD yakni 489. Itu bisa menjadi modal bagi kita semua untuk memperbaiki output daripada sistem pendidikan di Indonesia.

Rata-Rata Penduduk Indonesia Bersekolah Hingga SMP 

Data menunjukkan Singapura memiliki rerata lama sekolah paling lama dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, yaitu 11,5 tahun. Negara berikutnya adalah Malaysia dengan rata-rata lama sekolah sebesar 10,2 tahun. Selain itu, Filipina memiliki rerata lama sekolah sebesar 9,3 tahun. Sementara itu, Indonesia, rata-rata lama sekolahnya adalah 8 tahun. Di bawah Indonesia adalah Thailand (7,6 tahun), Laos (5,2 tahun), Myanmar (4,9 tahun), dan Kamboja (4,8 tahun).

Jika melihat kembali data GTCI di atas, ada korelasi antara lama sekolah yang ditempuh penduduk dengan kualitas talenta sumber daya negara tersebut. Bila diperhatikan, Singapura, Malaysia, Brunei, dan Filipina berulang kali menempati lima posisi teratas di ASEAN. Dalam hal ini, Indonesia bahkan masih tertinggal dari Malaysia dan Filipina. Meski demikian, ada peningkatan rata-rata lama sekolah di Indonesia dari tahun ke tahun. Rata-rata lama sekolah menunjukkan jenjang pendidikan yang pernah/sedang diduduki oleh seseorang. Semakin tinggi angka rata-rata lama sekolah, semakin lama/tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkannya.

Sayangnya, angka rata-rata lama sekolah pada 2018 belum memenuhi target Renstra Kemendikbud sebesar 8,7 tahun. Selain itu, target RPJMN tahun 2019 pun tak terpenuhi: rata-rata lama sekolah penduduk 15 tahun ke atas sebesar 8,8 tahun. Bila dilihat berdasarkan provinsi, DKI Jakarta menempati peringkat tertinggi dengan rata-rata lama sekolah 11,06 tahun, disusul Kepulauan Riau (10,01 tahun), dan Maluku (9,78 tahun). Sementara itu, provinsi dengan peringkat rata-rata lama sekolah paling rendah adalah Papua (6,66 tahun), Kalimantan Barat (7,65 tahun), dan NTB (7,69 tahun).

Nasib Pendidikan Indonesia di tengah Pandemi COVID-19 

Sejak pandemik Covid-19 datang, seluruh kemampuan negara di dunia sedang di uji. Banyak pelajaran berharga yang dapat dipetik dari pandemi ini juga tak sedikit sektor yang terkena dampaknya. salah satunya sektor pendidikan. Pendidikan juga mendapat imbasnya sehingga dilaksanakannya PJJ (Pendidikan Jarak Jauh) se-Indonesia. 

Jika kita mengaca pada sektor pendidikan, kita tidak bisa memungkiri bahwa setiap jenjang pendidikan yang ada di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Bisa kita katakan mulai dari sistem belajar mengajar, permasalahan fasilitas penunjang pendidikan, pengelolaan keuangan pendidikan, dan sebagainya menjadi pembicaraan hangat yang sempat dibahas kemarin.Belakangan pendidikan di daerah pusat mulai menjalankan kelas daring dengan mudah. Lalu bagaimana dengan PJJ di daerah pelosok? kuota yang cukup mahal seperti pembayaran listrik bulanan dan belum lagi akses internet yang belum tentu menjangkau sekitaran daerah tersebut.

Semua ketidaksiapan pelajar didaerah mengakses pendidikan mungkin menjadi alasan utama saat ini. Ketika pandemik muncul pada bulan februari lalu, banyak perubahan yang terjadi. Misal dikampus, yang pada awal kontrak perkuliahan kita dijanjikan untuk kuliah bertatap muka dan bisa menikmati fasilitas kampus, tapi pada akhirnya kita harus dihadapkan dengan kuliah daring yang pada hari ini menjadi topik yang belum kelar untuk dibahas di tataran petinggi kampus dan para petinggi Kemendikbud maupun Kemenag yang juga masih kalang kabut dengan sistem kuliah online ini.

Pada akhirnya para mahasiswa yang saat ini mengadu nasib pendidikannya didaerah lain harus balik ke kampung halamannya karena pandemi yang berkelanjutan tanpa tau pasti akan berakhirya. Dengan demikian ada mahasiswa yang mau tak mau harus terhalang proses pembelajarannya akibat akses internet yang kurang memadai di daerah ia menetap.

Itu terjadi akibat kesenjangan pengelolaan pendidikan di Indonesia yang masih tidak adil. Kenapa? Karena mungkin di tataran pemerintahan saat ini masih ada orang-orang yang mementingkan egoisme nya daripada kepentingan umum. Pada kenyataan memang seperti itu, kita tidak bisa tutup mata dan telinga terhadap kejadian ini. Seharusnya ini menjadi cambuk bagi pemerintah yang terutama menaungi pendidikan entah itu dari Kemendikbud atau Kemenag, yang masih belum masuk ke seluk beluk daerah terpencil Indonesia yang didalamnya ada seorang pemuda/i yang sangat ingin mewujudkan dan mengejar mimpinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun