Mohon tunggu...
farida ayu
farida ayu Mohon Tunggu... -

Saat tak paham maksut Allah yakinlah bahwa skenarionya lbh indah, saat tertekan oleh kkecewaan bersyukurlah, saat rencana hidup berantakan berserahlah, saat putus asa mlingkupi tetaplah melangkah, saat merasa sendiri tetaplah melangkah bersama Allah, sesungguhnya Allah mengajari kita tuk sabar&istiqomah...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keutamaan Sepuluh Hari di Awal Bulan Dzulhijjah

20 November 2010   02:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:27 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di antara yang menunjukkan keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah hadits Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidak ada satu amal soleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal soleh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya dan tidak ada satu pun daripada keduanya (jiwa dan harta) yang kembali.”[1]

Keutamaan Beramal di Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada satu amal soleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal soleh yang dilakukan pada hari-hari ini (iaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.”[6]
Ibnu Rajab Al Hambali menyatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa amalan di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari lainnya dan di sini tidak ada pengecualian. Jika dikatakan bahawa amalan di hari-hari tersebut lebih dicintai oleh Allah, itu menunjukkan bahawa beramal di waktu itu adalah sangat utama di sisi-Nya.”[7]

Amalan yang Dianjurkan di Sepuluh Hari Pertama Awal Dzulhijjah

Keutamaan sepuluh hari awal Dzulhijjah berlaku untuk amalan apa saja, tidak terbatas pada amalan tertentu, sehingga amalan tersebut boleh jadi solat, sedekah, membaca Al Qur’an, dan amalan soleh lainnya.[12] Di antara amalan yang dianjurkan di awal Dzulhijjah adalah amalan puasa. Dari Hunaidah bin Kholid, dari isterinya, beberapa isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijjah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya[13], …”[14]
Di antara sahabat yang megamalkan puasa selama sembilan hari awal Dzulhijjah adalah Ibnu ‘Umar. Ulama lain seperti Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin dan Qatadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari tersebut. Inilah yang menjadi pendapat majoritas ulama. [15]

Keutamaan Hari Arafah

Di antara keutamaan hari Arafah (9 Dzulhijjah) disebutkan dalam hadits berikut,

“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah di hari Arafah (yaitu untuk orang yang berada di Arafah). Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?”[20]

Keutamaan yang lainnya, hari Arafah adalah waktu mustajabnya do’a. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.”[22]
Maksudnya, inilah doa yang paling cepat dipenuhi atau dikabulkan.[23] Jadi hendaklah kaum muslimin memanfaatkan waktu ini untuk banyak berdoa pada Allah. Do’a pada hari Arafah adalah do’a yang mustajab kerana dilakukan pada waktu yang utama.
Jangan Tinggalkan Puasa Arafah
Bagi orang yang tidak melakukan haji , dianjurkan untuk menunaikan puasa Arafah yaitu pada tanggal 9 Dzulhijjah. Hal ini berdasarkan hadits Abu Qatadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Puasa Arafah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.”[24]
Hadits ini menunjukkan bahawa puasa Arafah lebih utama daripada puasa ‘Asyura. Di antara alasannya, Puasa Asyura berasal daripada Nabi Musa, sedangkan puasa Arafah berasal daripada Nabi kita Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam.[25] Keutamaan puasa Arafah adalah iaakan menghapuskan dosa selama dua tahun dan dosa yang dimaksudkan di sini adalah dosa-dosa kecil. Atau boleh pula yang dimaksudkan di sini adalah diringankannya dosa besar atau ditinggikannya darjat.[26]
Akan tetapi untuk orang yang berhaji tidak dianjurkan melaksanakan puasa Arafah.

Oleh kerana itu, tidak perlu berniat khusus untuk berpuasa pada tanggal 8 Dzulhijjah kerana hadisnya dha’if (lemah). Namun jika berpuasa kerana mengamalkan keumuman hadits sahih yang menjelaskan keutamaan berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijjah, maka itu diperbolehkan. Wallahu a’lam.

penulis : Muhammad Abduh Tuasikal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun