Mohon tunggu...
Farid Elsyarif
Farid Elsyarif Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa yang gemar menulis sebagai ekspresi positif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perkuat Literasi Humor di Bulan Puasa

27 Maret 2023   09:21 Diperbarui: 27 Maret 2023   09:48 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zaman begini, makin banyak orang stres dan depresi. Tambah lagi gampang emosi dan arogan. Alhasil, makin banyak orang gemar flexing. Mudah membenci, iri, marah, hingga menganiaya orang lain. Atas nama sendiri atau kelompok, lalu gergunjing atau tawurn. Itu semua, bisa jadi sebabnya karena kekurangan selera humor. Hilangnya rasa untuk tertawa, tidak ada lagi kesadaran untuk terhibur atau menghibur. Sense of humor yang telah hilang.

Selain meningkatkan kualitas ibadah, ada baiknya bulan puasa digunakan untuk memperkuat selera humor. Agar lebih rileks dalam hidup. Tidak mudah stres apalagi depresi. Muhasabah diri untuk memanggil kembali selera humor yang sempat hilang. Seperti kata orang bijak, "apa pun dalam hidup jadi lebih indah bila dihadapi dengan humor. Dengan tawa ceria asal tulus. Bukan mentertawakan".

Humor dan tertawa bisa jadi aktivitas yang paling menyenangkan. Karena tanpa tawa, hidup siapa pun rasanya hambar dan membosankan. Humor bukan saja murah. Tapi pasti ada pada setiap orang. Lagian, tidak semua hal harus dihadapi dengan serius. Toh, apa yang terjadi di dunia ini sudah dalam skenario-Nya. Rezeki pun tidak akan pernah tertukar. Jadi. jangan tinggalkan humor jangan lupa tertawa minimal senyum. Itulah substansi literasi humor.

 

Kadang, hidup itu sendiri sebuah humor. Lucu dan bisa ditertawakan. Ada yang kerja keras tapi tidak kaya-kaya. Ada yang tidak kerja sama sekali tapi tetap bisa hidup. Jadi tetaplah bersahabat dengan humor.  Katanya lagi, humor itu bikin sehat. Bisa mengusir stres. Tertawa pun dianggap bisa menambah umur. Selain bertambah teman, humor pun dapat mengusir perbedaan. Karena tawa itu milik bersama. Tanpa peduli partainya apa, presidennya siapa atau alirannya apa? Humor itu bikin bersatu dan damai. Maka, Indonesia pun butuh humor.

Seperti kemarin sore, saat keliling mencari takjil buka puasa. Setelah membeli gorengan, saya pun membeli es campur. Untuk melegakan rasa haus. Kebetulan yang jualan seorang cewek cantik. Maka terjadilah dialog, antara saya dna si cewek penjual es campur di pinggir jalan:

Saya: Mbak, pesen es campur-nya satu dong...

Penjual es: Iyaa Mas, sebentar ya .... (sambil siapkan mangkok)

Saya: Ehh Mbak, maap ya. Es campur-nya boleh dipisah gak?

Penjual es: Lahh, emang kenapa dipisah Mas? (tampang agak kesel, kok es campur dipisah)

Saya: Soalnya kalo dicampur, saya khawatir gak bisa bedain mana yang tulus mana yang modus mbak.

Penjual es: Ohh gitu. Mas mau sekalian dicampur di mangkok gak?

Saya: Maap Mbak, kan cuma usul. Jangan marah dong kan lagi puasa. Ya udah, dicampur aja deh.

Penjual es: ........... (tersenyum)

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Jadi, jangan tinggalkan humor di mana pun dan kapan pun. Mumpung lagi puasa, ayo bangun selera humor. Agar lebih rileks, lebih santai. Karena humor itu berkah terbesar yang dimiliki seseorang tanpa ada yang bisa merampasnya. Sekuat apa pun niat dan usaha orang-orang di luar sana, mereka tidak akan bisa mengambil selera humor kita. 

Saat hidup tidak lagi memberimu senyuman, beri dia sedikit gelitikan. Salam literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun