Mohon tunggu...
Farid Arif
Farid Arif Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Narasi tanpa aksi pasti basi.

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Pilihan

E-Government, Akankah dalam Genggaman Platform Metaverse?

24 April 2022   09:53 Diperbarui: 24 April 2022   12:09 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
IKN/cnbcindonesia.com

Tiga hari lalu netizen dikagetkan dengan sebuah video yang diposting di salah satu akun media sosial  lalu dengan cepat disebarkan ke media sosial lainnya yang memperlihatkan seseorang sedang dikejar deadline sebuah pekerjaan sehingga harus secepatnya mengirimkan hasil secara online, alhasil dia juga mampu menyelesaikan dengan cara yang berbeda diruang publik sambil duduk santai dikursi MRT dalam perjalanan pulang ke rumah.

Sambil menutup wajahnya dengan kacamata yang di ciptakan menggunakan teknologi virtual reality/augmented reality (VR/AR) dan menggerakan sepuluh jarinya seakan-akan ada media yang memfasilitasi pergerakan tangannya, bukan laptop ataupun sebuah tablet canggih tetapi ini adalah sarana media sosial 3D yakni metaverse.

Sontak saja video itu sesaat langsung viral bahkan penontonya sangat banyak hingga mencapai 6,2 juta, dan beberapa komentar yang bernada pujian karena semakin canggihnya bekerja meggunakan teknologi yang terkini, adapula komentar yang memiliki kekhawatiran dengan hadirnya teknologi informasi ini akan menggeser pola kerja konvensional bahkan mengurangi tenaga kerja karena telah didominasi dengan kecanggihan teknologi.

Metaverse menjadi perbincangan yang menarik setelah pemilik facebook Mark Zuckerberk memperkenalkan kepublik sejagad pada akhir tahun lalu, dia mengajak semua orang untuk berinteraksi di dunia virtual, menjalankan beberapa aktivitas misalnya belanja, bermain, belajar dan bekerja di dunia maya.

Beberapa negara mulai merespon dengan melakukan rencana jangka panjang untuk merancang kota masa depan di metaverse yang memiliki konsep virtual, Korea Selatan misalnya negara pertama yang memiliki keinginan agar platform metaverse ini akan dimulai pada akhir tahun 2022 dengan menggelontorkan dana yang jumlahnya sangat fantastis $34 juta selama lima tahun.

Arab Saudi beberapa waktu lalu menghebohkan dunia segadad karena berencana akan memberikan edukasi kepada ummat Islam di dunia dengan melakukan ibadah haji dan umroh yang berkonsep virtual pada platform metaverse, alhasil pro dan kontrapun muncul dengan beragam pendapat, Majelis Ulama Indonesia (MUI) merespon dengan mengeluarkan pendapat bahwa aktivitas haji dan umroh tidak sah jika dilakukan secara virtual, karena ada beberapa syarat ibadah tersebut harus membutuhkan kehadiran fisik.

Namun yang menarik adalah statement Jokowi saat menyampaikan pidato pada muktamar Nahdatul Ulama (NU) beberapa waktu lalu, kedepan dakwa dan pengajian akan dilakukan secara virtual dengan metaverse, pada kesempatan lain dalam acara Gerakan Akselerasi Generasi digital, Jokowi juga menyampaikan kekaguman pada perkembangan teknologi dan itu tidak bisa dicegah lagi.

Lalu bagaimana kedepan konsep pemerintahan digital di Indonesia dengan adanya platform metaverse ini, ternyata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/PPN telah menyampaikan bahwa konsep metaverse akan menjadi bagian dari rencana induk proyek pembangunan di Ibu Kota Negara Baru.

Pernyataan Menteri Bappenas ini akan membuka lebar gerbang implementasi e-Government di Indonesia yang berbasis pada kecanggihan platform metaverse, kita bisa saja tak sanggup membayangkan jika hal ini bisa terealisasi, namun bercermin pada sejarah hadirnya internet saat itu semua orang hanya mampu membayangkan seakan-akan menjadi hayalan semu dan tidak mungkin terjadi, tetapi waktu terus berjalan dan hayalan itu bisa menjadi nyata hingga sekarang kita berada pada proses menikmati hasil sebuah keniscahayaan dari beberapa tahun lalu karena sekarang benar-benar menjadi nyata.

Mungkin metaverse juga memiliki proses yang sama seperti keberadaan internet saat itu, awalnya hanya menjadi sebuah hayalan tetapi sekarang telah menjadi nyata, bahkan perkembangannya yang cepat nyaris tak mampu dibendung, jika kesiapan infrastruktur IT lambat dilakukan penyesuain.

Hal ini mencerminkan bahwa perkembangan teknologi informasi adalah sebuah proses yang bergerak sangat cepat sehingga kita juga harus mampu beradaptasi sejak dini dan mampu mengikuti perkembangan.

Sebuah mimpi besar yang akan hadir didepan kita meskipun kapan mampu diwujudkan waktunya akan menjawab, mimpi itu bernama "Pemerintahan berbasis teknologi metaverse di Indonesia" ini bukan lagi menciptakan sebuah imajinasi tetapi mari kita bermimpi akan seperti apakah pemerintahan kita nanti jika telah masuk dan berada dalam frame platform metaverse.

Mimpi pertama; menyiapkan kantor virtual di metaverse, apakah pemerintah harus mengeluarkan budget yang besar untuk memiliki kaplingan ruang virtual dan menjadi tempat beraktivitas oleh para ASN.

Mimpi kedua; Sejak dilanda covid-19 dua tahun kemarin semua instansi pemerintah maupun swasta ramai-ramai menerapkan WFO dan WFH dalam rangka memutus rantai virus corona, maka rapat-rapat pun dilakukan secara virtual dengan memanfaatkan beberapa aplikasi yang mampu menghadirkan peserta rapat secara online. 

Meskipun hasil dari beberapa lembaga survey yang menyajikan data sangat berfariasi yakni ada yang mengklaim lebih efektif melakukan rapat online dan ada juga yang menunjukan data kurang efektif jika hanya berada di rumah pada waktu tertentu.

Kedepan kita bisa membayangkan bahwa rapat seperti ini akan dilakukan dari tempat mana saja cukup masuk ke dalam ruang virtual dengan bantuan device berupa kacamata 3D maka apapun yang akan dilakukan baik rapat, koordinasi dan konsultasi, berdiskusi secara interaktif dalam ruang tersebut bisa tuntas tanpa harus datang ke kantor secara fisik.

Namun bagaimana dengan nasib fingerprint dan e-presensi online yang saat ini sedang diterapkan oleh K/L/D sebagai syarat dan menjadi indikator pendukung dalam penilaian kinerja ASN, akankah tetap eksis saat metaverse telah membuming, tidak ada lagi pemotongan tunjangan kinerja sekian persen karena ASN yang bersangkutan luput atau sedang berhalangan sehingga tidak sempat hadir secara fisik, prosedur ini dengan sendirinya akan menghilang tanpa jejak akibat gempuran teknologi meteverse.

Mimpi ketiga; Masih adakah ASN yang memakai seragam kantor lengkap dengan atributnya dan segera bergegas menuju kantor agar tidak terperangkap karena macet dijalanan dan tepat jam 08.00 sudah harus berada di kantor dengan setumpuk agenda rapat offline telah menanti.

Kini metaverse hadir memberi kemudahan tanpa batas, silahkan masuk ke ruang virtual memakai seragam avatar yang tersedia beragam motif dilengkapi dengan kacamata 3D sebagai device utama sehingga terlihat lebih energik sambil memainkan sepuluh jari dengan mengikuti instruksi sesuai rencana.

Seluruh aktivitas yang dilakukan akan terekam dalam dunia virtual yang bernama metaverse, dan semua ini dilakukan tanpa harus meninggalkan rumah atau keluar dari kamar tidur, bisa saja dilakukan pada posisi belum beranjak dari tempat tidur bahkan bisa saja masih dalam posisi terlentang, begitu mudahnya bekerja dengan platform metaverse.

Mimpi keempat; adakah ASN yang masih memiliki tugas dan fungsi sebagai sekretaris pribadi bagi pimpinan tertinggi yang hari-harinya mempersiapkan dan mengingatkan pimpinan terkait dengan beberapa agenda yang akan menjadi prioritas untuk diselesaikan satu demi satu hingga bisa tuntas dalam sehari. 

Tugas ini akan hilang karena semuanya dilakukan melalui penjadwalan secara online sehingga seorang pimpinan akan mendapatkan notifikasi sebagai pengingat dalam melakukan aktivitas sesuai dengan jadwal yang telah tercover pada ruang virtual.

Apakah semua ini akan menjadi nyata? dorongan agar ASN harus mampu melakukan peningkatan kompotensi diri terus digaungkan oleh K/L terkait, tujuannya adalah menciptakan smart government secara menyeluruh sebagai tindak lanjut melakukann reformasi birokrasi sehingga seluruh ASN mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang kian masif.

Kedepannya akan terjadi transformasi pola kerja yang serba cepat sehingga diprediksikan ada beberapa sektor tenaga kerja akan otomatis tergantikan dengan robot atau teknologi artificial inteligensi (AI), maka pada fase ini peluang akan terjadinya apa yang disebut kiamat ASN oleh Jokowi pada ahir tahun 2021 kemarin bisa saja terjadi. bukan mustahil sebab peran AI sangat dibutuhkan untuk melakukan pelayanan lebih simpel dalam rangka penyederhanaan birokrasi.

Ulasan beberapa mimpi di atas hanya mewakilkan dari sebagian kecil mimpi besar yang akan terjadi dimasa depan, teknologi berkembang dengan cepat dan masif dan memaksa kita lebih cerdas dalam menyikapi sebuah perubahan yang telah terjadi didepan mata. /FA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun