CUKUPLAH KEMATIAN MENJADI NASIHAT....
Seorang jamaah haji, Ibu Parinah, sejak di kota Jaddah sudah dalam keadaan lemah. Menurut teman sekamarnya, beliau sudah tidak mau makan sejak 2 hari. Sementara jadwal penerbangan tinggal dalam hitungan jam.
Tiba waktu berangkat menuju bandara, kondisi Ibu Parinah tidak juga membaik. Ia dipandu menggunakan kursi roda untuk naik kendaraan bus. Kami sebenarnya khawatir dengan kondisi yang demikian. Menurut kami, semestinya ia menjalani perawatan intensif di RS Saudi ini, tetapi hasrat untuk kembali ke tanah air Indonesia rupanya sudah demikian kuat.
Begitu tiba dibandara, benar saja, ibu parinah harus masuk perawatan unit kesehatan bandara. Ia merasa sesak. Ia diberikan bantuan oksigen untuk meringankan sesaknya. Kondisinya sedikit membaik.
Penerbangan ternyata mengalami penundaan yang demikian lama. Pertama kali, penerbangan diundur hingga 6 jam ke depan, kemudian diundur kembali untuk 10 jam, jadilah penundaah hingga mencapai 16 jam. Masa menunggu penerbangan ini rupanya menyebabkan sebagian jamaah kelelahan. Beberapa terpaksa menjalani perawatan, termasuk Ibu Parinah yang memang sudah demikian payah.
Akhirnya tepat pukul 09.00 was, pesawat yang menerbangkan kami, kloter 03 Jakarta, take off. Doa perjalanan dipanjatkan . kira-kira setelah  satu setengah jam penerbangan, terjadi kegemparan dalam pesawat. Tidak ada yang menyangka, seorang jamaah,Ibu Nyi Ayuni,  dalam keadaan tenang dengan posisi tertidur di kursi pesawat, ternyata sudah menghadap ilahi. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Insya Allah beliau pergi dalam keadaan suci, khusnul khotimah.
Ia luput dari perhatian kami.
Sontak  perhatian kami selanjutnya tertuju kepada Ibu Painah...benar saja. Kondisinya tidak juga membaik.
Segera kami posisikan ia ke tempat yang memungkinkan dilakukan upaya-upaya tindakan. Kesadarannya terus menurun, tekanan darah juga menurun, nadi yang semakin lemah, pernafasan yang tidak teatur.
Persediaan stok obat emergensi amat terbatas. Tim kesehatan, pemandu haji, kru pesawat dan para jamaah bahu membahu berusaha memulihkan kondisi Ibu Parinah. . Seakan saling berpacu, antara laju pesawat, bayangan kematian dan waktu yang terurs berjalan, membuat suasana dalam pesawat sungguh mencekam.
Tim kesehatan yang dikomandoi dr. hj. Elvira dibantu dr. hj. Angliana, hj. Juju juartini, hj. Eva novianti, dan dan penulis mencoba memberi pertolongan dengan memasukkan obat emergensi (life saving)Â melalui jalur pembuluh darah, sementara infus terpasang dengan menggantungkan pada dinding kabin pesawat menggunakan kain kasa yang berfungsi tali pengikat. Tanda-tanda vital kehidupan terus kami monitor. Di sisi lain, usaha dalam bentuk doa, dipanjatkan oleh H. Matroji dan H. Rahmat, selaku tim pembimbing Haji diikuti oleh seluruh jamaah di dalam pesawat, bagaimanapun, Allah jualah sang pemilik kehidupan. Satu yang kami mohonkan saat ini, ya Allah, tolong jangan ambil jamaah kami lagi, cukup satu yang telah engkau panggil.
Suasana kabin pesawat demikian mencekam yang sejatinya memang bukan didesain untuk aktifitas penyelematan kehidupan (live saving), sehingga dengan segala keterbatasan, tindakan tetap dilakukan. Perjalanan pesawat sepanjang +- 10 jam terasa begitu lamban berjalan. kami sudah kerahkan apa yang kami bisa, Kami ingin segera mendarat,kami ingin ibu parinah mendapatkan pertolongan yang tepat. Sudah tidak ada lagi persediaan obat untuk menyelamatkan kehidupan.
Benarlah dalam kondisi demikian, sadarlah manusia tidak memiliki kekuatan apapun di hadapan takdir Allah. Setelah semua upaya dilakukan, setelah semua doa dipanjatkan, tinggallah yang ada kepasrahan atas ketetapan Allah...kami saling pandang, dengan tatapan kosong...mata berkaca-kaca, tanpa sadar air mata mengalir. ya Allah kuatkan kami, kuatlah Ibu Hj. Parinah, jamaah kloter 3 Â ini...
Perlahan pesawat mendekati bandara Sokerano Hatta Jakarta, kondisi Ibu Painah tetap tidak lebih baik, kesadaran yang terus menurun. Kru pesawat segera langsung kordinasi dengan pihak bandara untuk menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan jamaah haji. Penyambutan jamaah yang semestinya penuh kegembiraan, hari itu tidak tampak. Yang ada wajah-wajah murung dan sedih.
Akhirnya pesawat dapat mendarat dengan mulus, pintu pesawat langsung terbuka. Jamaah pertama yang turun adalah sosok lemah tergolek tak sadar, ibu Painah. Semua memberikan penghormatan dan memberi jalan kepada ibu Painah, dibantu oleh petugas kesehatan, brankar diujung pintu turun pesawat sudah siap menyambut. Dalam hitungan detik, begitu tubuh lemah itu berhasil dibaringkan dalam brangkar langsung didorong menuju ambulan, yang siap meluncur menembus kegelapan malam.
Sekitar pukul 00.01 wib, ambulan tiba di RS Haji Jakarta. Puji syukur tanda kehidupan ibu Painah masih ada. Tugas sudah ditunaikan, dan inilah akhri perjalanan.. Ya Allah berikan yang terbaik untuk jamaah haji kami......jadikanlah mereka haji yang diterima...
Apresiasi kepada Tim Haji Kloter 3 Jakarta 2008/1439 Hijriah.Â
H. Matroji, H. Rahmat (alm), Hj. Eva, Hj. Angliana, Hj. Uni Evi, Hj. Juju, Hj. Eva
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H