Saat ini bagian belakang gereja menghadap langsung dengan Sungai Cisadane, sedangkan bagian depan adalah jalan nasional dahulunya Jalan Deandels atau Jalan Raya Pos Anyer - Panarukan.
4. Vimara Nimmala (Kelenteng Boen San Bio) dan Pura Kertajaya
Masih sejurusan dengan vihara, persis hanya dibatasi dinding pemisah dibalik vihara ini, maka kita akan temui keberadaan Pura Kertajaya, sebagai tempat ibadah bagi umat Hindu. Arsitektur bangunan ini seperti bangunan pura yang banyak bertebaran di Pulau Bali. Bangunan ini relative baru, dibangun sekitar tahun 1980 yang selanjutnya diresmikan pada tahun 1989.
Sepintas Vihara Nimmala dan Pura Kertajaya ini memang  tidak langsung menghadap Sungai Cisadane, karena diterhalang oleh bangunan yang di depannya, akan tetapi masih dapat dikatakan termasuk area pinggiran Sungai Cisadane. Dengan demikian, hal ini membuktikan hingga sekarangpun kawasan  bantaran Sungai Cisadane adalah kawasan yang ramah untuk semua pemeluk agama.
Kedua Bangunan tersebut adalah bangunan terakhir dalam rangkaian wisata religi di sepanjang aliran Sungai Cisadane sepanjang 5 kilometer ini. Sebenarnya masih ada beberapa tempat ibadah di sepanjang Sungai Cisadane ini yang belum disebutkan, namun  bangunan-bangunan tersebut lebih dari cukup untuk menunjukkan  tentang keharmonisan dalam keragaman beragama di Tepian Sungai Cisadane ini.
Dengan kondisi demikian dapat dikatakan keberadaan Sungai Cisadane bersamaan dengan perkembangan dan pertumbuhan masyarakat dan Kota Tangerang sejak dahulu, sekarang dan akan datang tidak bisa dilepaskan, sekaligus menjadi saksi  keharmonisan kehidupan keragaman keagamaan di tepian Sungai Cisadane di Kota Tangerang. Dan ini adalah modal dan asset untuk sebesarnya kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang.
Tautan :
tangerang.go.id
santamaria.or.id
kompasiana.com/coretansenja
# cimone, 270217