Mohon tunggu...
Farid Sudrajat
Farid Sudrajat Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar kehidupan

pembelajar kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Sungai Cisadane, Saksi Harmonisnya Ragam Agama

27 Februari 2017   13:17 Diperbarui: 28 Februari 2017   02:01 1622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Berlanjut mengikuti aliran sungai ini, kita akan tiba di kawasan Pasar Lama Kota Tangerang. Ini merupakan pusat pemerintahan dan aktifitas Kota Tangerang pada masa lalu. Disini keharmonisan kehidupan beragama sangat terasa.

Warga Tionghoa merupakan warga mayoritas di wilayah ini. Kegigihan dalam bidang ekonomi bagi etnis ini sudah dikenal sejak dahulu, sehingga tidak heran kita sering mendengar daerah pecinan di berbagai tempat di Indonesia bahkan di dunia. Nah kawasan Pasar Lama Kota Tangerang ini termasuk katagori daerah pecinan itu, seperti hal nya Glodok di Jakarta. Mereka sudah mendiami kawasan ini ratusan tahun lalu, dan sudah melampaui beberapa generasi.

Di kawasan kota tua ini, pertama kita akan temukan kelenteng Khongku MAKIN, yaitu tempat ibadah bagi umat Khonghucu. Apabila  kita berada di tepi sungai cisadane, maka posisinya  terhalang bangunan usaha/toko. Jadi ia terletak dibalik toko di pasar lama. Selanjutnya dalam hitungan beberapa puluh meter, maka kita akan dapati klenteng Boen Tek Bio persis di tengah-tengah Pasar Lama di tepi bagian timur Sungai Cisadane. 

Untuk menjangkaunya kita harus menembus kawasan pasar yang mungkin bagi sebagian akan menjadi kurang nyaman dengan aroma pasar. Klenteng ini telah berusia ratusan tahun. Menurut catatan ia dibangun sekitar tahun 1689 dan merupakan kelenteng tertua di Kota Tangerang. Saat ini untuk melestarikan berbagai peninggalan berharga etnis Tionghoa ini telah dibangun Museum Benteng (benteng heritage) yang menyimpan berbagai peninggalan dan sejarah terkait etnis ini.

Hanya berjarak beberapa meter dari klenteng ini, akhirnya kita akan dapati Masjid Kali Pasir. Masjid ini telah berusia ratusan tahun juga. Hampir sama tuanya dengan klenteng Boen Tek Bio. Masjid ini dibangun sekitar tahun 1700, dan merupakan masjid tertua di Kota Tangerang. Ini sekaligus menjadi bukti keharmonisan kehidupan beragama di Kota Tangerang telah berlangsung sejak dahulu kala. 

Masjid kali pasir ini berada di tepi jalan, menghadap langsung sungai cisadane. Di lingkungan masjid ini juga terdapat komplek pemakaman para lelulur, termasuk bupati pertama yang memerintah Kabupaten Tangerang -sebelum berubah menjadi Kota Tangerang- serta para pengurus Masjid terdahulu dan warga Kali Pasir. Belum lama, keberadaan masjid bersejarah ini telah ditetapkan sebagai jagar budaya Kota Tangerang, sehingga diharapkan keberadaannya tetap terjaga dan terpelihara. Pada perayaan HUT Kota Tangerang ke 24 nanti, direncanakan Walikota beserta jajarannya akan melakukan napak tilas atau ziarah ke Masjid ini.

Lepas dari Masjid Kali pasir, terus berjalan menuju arah utara aliran sungai ini, setelah melewati beberapa bangunan, persis di sudut jembatan lama Kota Tangerang, terletak masjid yang dahulunya adalah Masjid Agung Kabupaten Tangerang, sebelum terjadi pemekaran. Posisinya langsung berhadapan dengan sungai cisadane dan bisa dikatakan masih satu kawasan dengan pasar lama. Bangunan masjid ini telah mengalami renovasi dan saat ini proses renovasi itu masih berjalan.

Hal yang menarik, renovasi kali ini mengubah total bentuk dan arsitektur masjid al Ittihad. Dahulu bentuk masjid memiliki kubah bulat sebagaimana umumnya kubah masjid kebanyakan dan hanya memiliki satu lantai, tetapi kali ini, tampilan kubahnya menyerupai atap kelenteng yang berbentuk mengerucut ke atas masjid.

Arsitektur masjid ini menjadi symbol bagaimana Islam sangat toleran dengan keberadaan beragaman etnik, khususnya etnis tionghoa di kawasan pecinan Pasar Lama ini. Semangat yang sama harus diwariskan kepada generasi kini di Kota Tangerang saat ini tentunya. Betapa indahnya hidup dalam keharmonisan perbedaan.

3. Gereja Santa Perawan Maria Tak Bernoda

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Bergeser dengan menyebarang jalan ujung jembatan  sisi timur bantaran Sungai Cisadane ini, kita akan tiba di kawasan yang dikenal dengan Benteng Makasar. Disini terdapat Gereja Santa Perawan Maria Tak Bernoda, sebagai tempat ibadah bagi umat Katolik di Kota Tangerang. 

Bangunan yang mulanya bekas sekolah jaman Kolonial, yang berpindah kepemilikian seiring bergantian pemerintahan Kolonial Belanda kepada penjajah Jepang, kembali lagi dikuasai oleh pemerintah Belanda dan dijadikan markas  tentara. Hingga akhirnya pada tahun 1951, berdiri sebuah bangunan gereja yang menjadi cikal bakal Gereja Santa Maria sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun