Mohon tunggu...
Ibnu Farid
Ibnu Farid Mohon Tunggu... Sales - Bekerja keras suatu hal wajib untuk mewujudkan cita cita

Ibnu Farid

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teruntuk Keluarga Ridwan Kamil

4 Juni 2022   14:29 Diperbarui: 4 Juni 2022   14:35 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Psttt .... Kita tidak menyerah. Tidak akan pernah. Kita justru sedang berserah. Berserah pada Allah yang Maha Kuat. Menyerahkan apa yang berada diluar kendali kita. Diluar kemampuan kita mengurusnya. Kita tidak menyerah, tapi justru menyerahkan segalanya kepada Allah. Kita kuat, Sayang, karena kita kuatlah maka kita menyerahkan ini pada-Nya. Kita kuat .... Kuat mengingat-Nya ...."

Sendat lelaki itu membuat istrinya menengadahkan wajahnya. Tidak. Aku tidak boleh egois. Aku tidak boleh selalu lemah. Suamiku terlihat tegar bukan berarti ia tidak memiliki kelemahan. Ia hanya harus menegarkanku dan menyimpan tangisnya sendiri. Wanita itu memeluk suaminya.

"Iya, Kang. Maafin Cinta, ya? Cinta hanya memikirkan kesedihan dan kehilangan sendiri. Seakan-akan Akang tidak merasakan kesedihan dan kehilangan yang sama. Terima kasih ya Suamiku, sudah menegarkanku. Sudah menyediakan bahu yang kuat untuk kusandari di saat terlemah beberapa hari ini ...."

Pasangan suami istri yang berkasih-sayang karena Allah itu saling berpelukan. Saling menguatkan. Bibir mereka bergetaran mengagungkan asma Allah dalam bilangan istighfar tak terhitung.

"Kita jangan khawatir dengan nasibnya. Sejatinya kita berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah. Jangan khawatirkan dimana jasadnya. Dimanapun, bumi ini milik-Nya. Aa akan selalu dekat dan ada di hati kta, tempat dimana tak seorangpun mampu mengikisnya dari ingatan kita."

"Jadi Aa tidak akan kedinginan'kan, Kang?"

Pertanyaan sederhana itu membuat lelaki berkaca mata minus itu menggeleng.

"Aa tidak akan kedinginan dan tidak akan kekurangan suatu apapun. Cinta, kamu ibunya. Doamu menembus langit untuknya. Ampuni dan ridhoi dia, itu sudah cukup. Kita semua mencintai Aa. Tapi Akang tahu, tidak ada yang lebih besar daripada cinta seorang ibu pada buah hatinya."

Lagi mereka berpelukan. Saling menguatkan.

*

Pagi ini, mereka kembali menyusuri tepian Aare River. Sejuk hembusan angin awal menerpa wajah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun